Polemik Politik

Janji Politik Sandi dan Kepentingan Elektoral

Oleh : Abdul Aziz )*

Pilpres 2019 akan berlangsung sekitar 3 bulan lagi. Kampanye politik kian gencar dilakukan masing – masing Paslon Capres dan Cawapres. Baru – baru ini, Cawapres nomor urut 02, Sandiaga Uno melakukan dialog dengan kelompok tani bawang merah di Desa Sukomoro, Kecamatan Sukomoro, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Di hadapan para petani bawang merah Sandiaga berjanji akan memberlakukan sistem yang pernah diterapkannya di DKI Jakarta untuk membantu petani jika memenangi Pilpres 2019. Dia akan membeli langsung hasil produksi pertanian dari sumbernya sehingga petani dapat sejahtera.

Cara atau sistem tersebut akan dilakukan melalui Bulog atau pemangku kepentingan lainnya atau pihak ketiga melalui mekanisme Public Private Partnership. Selain itu, dia juga akan menerapkan teknologi Control Atmosphere Storage (CAS) yang dapat membuat produk pertanian seperti bawang bisa disimpan selama enam sampai sembilan bulan. Sandi menegaskan, jika dirinya disodorkan kontrak politik dengan petani bawang untuk menjaga harga jual bawang merah tetap stabil, dia tidak akan keberatan. Sepanjang tahun, Prabowo-Sandi siap membeli bawang dengan harga bawah Rp10.000 dan harga atas Rp15.000 saat panen. ”Jadi tidak ada lagi petani rugi. Pemerintah harus hadir buat petani. Karena salah satu fokus Prabowo-Sandi adalah mewujudkan swasembada pangan. Bagaimana mau swasembada pangan jika petaninya tidak sejahtera,” ujar Sandiaga.

Sebelumnya, Prabowo – Sandi saat pidato pada deklarasi Komando Ulama Pemenangan Prabowo-Sandi (Koppasandi) mengutarakan niat mewujudkan swasembada pangan seperti dicapai rezim Orba tahun 1984. Swasembada pangan menjadi solusi yang ditawarkan sembari mengkritik kebijakan impor pemerintahan Jokowi.

Mengenai swasembada pangan, untuk sama – sama kita ketahui, Negara kita Indonesia tetap tidak bisa terlepas dari impor. Sebab, tidak semua komoditas bisa dihasilkan di Tanah Air. Tidak ada di negara ini yang memenuhi semua kebutuhannya sendiri. Alasan pemerintahan Jokowi melakukan impor tak lepas dari keterbatasan lahan. Meski impor masih jadi solusi dari swasembada pangan, namun dari sisi kedaulatan pangan Indonesia tetap berdaulat. Sehingga, ketergantungan dengan negara lain masih dalam batas kecil. Bukan hanya asal bicara tolak impor demi meraih dukungan dan janji palsu politik. Impor sejak belum merdeka sampai sekarang terus dilakukan di setiap pemerintahan Indonesia. Fakta sebenarnya, di samping melakukan impor, pemerintahan Jokowi juga telah membenahi infrastruktur di dalam. Seperti membangun embung, membuat bendungan dan mencetak sawah baru.

Era Soeharto, sejak berkuasa tahun 1967, baru pada tahun 1983 bisa menyelesaikan swasembada pangan, swasembada itu pun hanya bertahan selama 5 tahun selama 32 tahun kepemimpinannya. Proses ketahanan pangan dan swasembada pangan adalah proses Panjang. Tidak bisa kemudian diselesaikan hanya dengan jargon janji politik dan dimanfaatkan untuk kepentingan elektoral jelang Pilpres 2019.

Pakar ekonom dan pertanian banyak berpendapat bahwa narasi pembangunan ekonomi dan swasembada pangan Prabowo-Sandi selama ini hanya sebatas jargon semata untuk kepentingan elektoral dan tidak untuk kepentingan pembangunan ekonomi negara. Tujuannya hanya untuk menggaet suara, terlalu menyederhanakan dan menggampangkan. Sulit mempercayai bahwa program ekonomi dan swasembada pangan yang ditawarkan Prabowo Sandi mampu untuk dilaksanakan dan direalisasikan oleh mereka.

Ada cerita unik dalam kampanye Sandi belakangan ini yang mendapat sambutan unik di Pulau Jawa. Setelah kehadirannya di beberapa daerah di Jawa Tengah, seperti Wonogiri mendapat teriakan dari para pendukung Jokowi yang meneriakkan nama Jokowi ketika iring-iringan mobil Sandiaga melalui sebuah jalan, hal tersebut juga terjadi di Surabaya, Jawa Timur saat menuju Pondok Pesantren Jadwa Al Hasyimi. Saat konvoi kendaraan Sandiaga melintas, sekumpulan orang meneriaki kata ‘Jokowi’ dan mengibarkan bendera berukuran kecil bergambar Jokowi. Peristiwa tersebut seolah menjadi gambaran apik, kemana arah dukungan dan kepercayaan masyarakat ke depan. Kepada yang telah menunjukan prestasi  dan terus berkerja meski terus di caci, atau pendatang baru yang coba mengumbar janji.

)* Penulis pengamat sosial dan politik

Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button

Adblock Detected

Kami juga tidak suka iklan, kami hanya menampilkan iklan yang tidak menggangu. Terimakasih