Dukung Hasil Pemilu, Mari Rajut Kembali Persatuan Bangsa Menuju Suksesnya Pembangunan Indonesia Maju.
Oleh: Rahmat Firdaus )*
Pemilihan Umum bukan sekadar siklus lima tahunan yang biasa. Pemilu merupakan sebuah sarana untuk mencari pemimpin yang benar-benar peduli dengan rakyat Indonesia. Outputnya adalah untuk mewujudkan negara yang bukan hanya maju, tapi juga damai, tentram, jauh dari konflik dan perseteruan.
Oleh karenanya sikap siap kalah dan siap menang merupakan hal penting yang perlu ditanamkan dalam setiap momentum gelaran pemilihan umum. Biasanya orang akan selalu siap untuk menang, tetapi jarang sekali yang siap menerima kekalahan dan terus menjadi penghambat bagi yang menang. Saat ini sudah tidak boleh lagi seperti itu karena bangsa membutuhkan kebersamaan dalam membangun dan menghadapi semua tantangan baik dari dalam.maupun dari luar. Pilihan boleh beda tapi persatuan membangun bangsa harus diutamakan.
Karena jika tetap menjadi hambatan karena kekalahan dalam.sebuah kontestasi pollitik maka inimmemjadi celah bagi oknum oknum yang imgin menghancurkan Indonesia. Kenyataan ini yang seringkali menimbulkan konflik sosial yang dapat merusak kerukunan dan persatuan yang telah terbangun dari zaman kemerdekaan.
Apa yang harus khalayak ramai pahami adalah bahwa sikap fanatik berlebihan dan tidak menerima kekalahan merupakan awal dari malapetaka dalam setiap gelaran pemilihan umum. Sikap tidak menerima kekalahan dapat memunculkan sikap benci yang dapat membuat seseorang berani melakukan tindakan yang mengancam kedamaian dan keutuhan masyarakat dan ini rentan di tinggangi oleh pihak anasir luar yang sering kali mencari kesempatan untuk merubah Indonesia menjadi bentuknyang tidak lagi sesuai dengan cita cita para pendiri bangsa.
Semboyan NKRI harga mati jangan sampai hanya sekadar menjadi semboyan kebangsaan yang diteriakkan dengan lantang begitu saja. NKRI merupakan sebuah komitmen yang tidak dapat ditukar dengan apapun. Jangan hanya karena gelaran Pemilihan Umum 2019 ini masyarakat menjadi terkotak-kotak pada satu egoisme identitas.
Meski berbeda pilihan politik, kita tetap satu bangsa. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang melebur satu dalam banyak perbedaan. Bangsa yang mencintai, mengasihi, dan melindungi sesama manusia bukan sesama golongan. Oleh karenanya kita semua membutuhkan sensitivitas kebangsaan yang tinggi agar terus terpanggil merawat persatuan.
Pemilu 2019 merupakan agenda demokrasi yang baru saja dilaksnakan yang meleburkan tujuan bersama dalam satu upaya membangun kehidupan yang sejahtera. Oleh karena itu, pemaknaan pemilihan umum sebagai alat perekat dan pemersatu bangsa sudah sepantasnya melekat pada pemikiran masyarakat Indonesia jangan mau di adu domba dan di pecah belah, sudah sepantasnya kita harus beeoegang oada nilai dasar Pancasila bukan yang lain sebagai pedoman berbangsa.
Jangan sampai kita kotori makna suci Pemilu 2019 ini dengan sentimen berlebihan dan kebencian atas satu pilihan politik sehingga memicu konflik sosial yang mengancam keberagaman kita sebagai suatu entitas yang bersatu. Pemilu 2019 merupakan amanah suci demokrasi yang mengharapkan rakyat Indonesia menjadi bangsa yang tetap satu dan tidak terpecah-belah.
Apa yang perlu kita semua pahami adalah bahwa kemenangan dan kekalahan merupakan bagian dari dinamika demokrasi harus dierima dan dijalani dengan legawa. Kita semua tentu berharap bahwa pemimpin yang terpilih akan benar-benar menjalankan apa yang diamanahkan oleh rakyat, yakni mampu menyejahterakan dan menjaga kedamaian NKRI. Tidak berambisi memperkaya diri serta mengedepankan kepentingan bangsa Indonesia. Mari.kita maknai bahwa kemenangan pada Pemilu 2019 merupakan kemenangan Rakyat Indonesia semua.
Jangan sampai tali silaturahmi kebangsaan kita putus hanya karena disebabkan pasangan politik yang kita usung kalah. Sekali tali silaturahmi kebangsaan terputus, maka percuma ada Pemilu. Untuk itu mari bersama rapatkan barisan sebab pemilu adalah kemenangan rakyat, mari rajut kembali persatuan bangsa untuk Indonesia jaya agar kita menjadi bangsa yang disegani. Mari Dukung hasil.Pemilu dengan damai dan bermartabat.
)* Penulis adalah Content Creator/Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta