Warta Strategis

Dukungan AKMA Menutup Politik Identitas

Oleh : Ahmad Harris )*

Dukungan komuntias masyarakat kian meningkat terhadap pasangan calon nomor urut 1. Di wilayah Garut, sekitar 3.000 warga yang tergabung dalam Relawan Kemenangan (Rekan) Desa mendeklarasikan sikap untuk memenangkan pasangan Jokowi-Ma’ruf. Selain itu, kalangan profesi pilot yang tergabung dalam Perhimpinan Profesi Pilot Indonesia (PPPI) turut menambah deretan dukungan terhadap Jokowi dan Kyai Ma’ruf. Bahkan, belakangan ini kalangan ulama asal Madura yang mengatasnamakan Aliansi Kiai Kampung Madura (AKMA) juga turut mendukung pasangan calon nomor urut satu.

Dukungan tersebut dinyatakan saat menyambangi kediaman Calon Wakil Presiden Nomor Urut 1, Ma’ruf Amin di Jakarta. Pihak AKMA menegaskan akan mengawal penuh proses Pilpres 2019 di wilayah Madura dalam rangka meminimalisir adanya manipulasi hasil suara dari pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. Bahkan, pihak AKMA melalui deklaratornya, Subhan Effendy, juga menyatakan akan menerapkan ekonomi syariah yang diusung Kyai Ma’ruf Amin dalam kehidupan perekonomian di Madura. Kehadiran Ulama asal Madura ini menguatkan pintu penghalang mengalirnya praktik politik identitas khususnya yang berkaitan dengan agama dalam Pilpres 2019.

Sebagaimana diketahui, sebelum masa kampanye Pilpres 2019 dimulai, politik identitas berkedok agama telah digunakan oleh pihak tertentu untuk memperoleh dukungan dari masyarakat. Salah satunya adalah gerakan membela Islam yang ditunggangi Prabowo-Sandiaga dengan agenda menuding Presiden Jokowi sebagai sosok yang anti Islam dan mendzalimi umat Islam. Kelompok yang menggunakan agama dalam praktik politik identitas tersebut kemudian menunjuk tokoh-tokoh agama yang pendidikannya dari negeri antah berantah untuk berceramah di hadapan kerumunan guna menebar narasi kebencian dan provokasi terhadap Jokowi. Alhasil, masyarakat yang terlibat mengalami pergeseran norma-norma sosial hingga terprovokasi untuk mengikuti narasi kebencian yang telah disampaikan.

Atas pengaruh politik identitas berbasis agama tersebut, kubu masyarakat yang mendukung Paslon Prabowo-Sandiaga, mengalami pergeseran norma sosial. Seorang ulama mulia asal NTB, Tuan Guru Bajang, kerap kali dihina oleh pendukung kubu 02 karena memberikan dukungan terhadap Jokowi. Padahal, TGB sendiri merupakan ulama santun dan selalu menunjukkan sikap ramah. Hanya karena berbeda pandangan politik, masyarakat yang terpengaruh politik identitas, tak lagi segan untuk mengkafirkan dan berkata kasar pada TGB.

Kejadian Tuan Guru Bajang adalah sekelumit dampak yang terjadi akibat politik identitas berbasis agama yang dimainkan oleh pihak Prabowo-Sandiaga meski mereka tidak mengakuinya. Pihak Prabowo seolah memberikan stereotip bahwa pihak yang berada di belakangnya ialah ulama-ulama Islam yang benar. Sementara, ulama yang tidak mendukungnya adalah ulama Islam yang salah. Kondisi ini tentu sangat berbahaya dan dapat menyebabkan dampak jangka panjang seperti perpecahan diantara masyarakat.

Untungnya, kalangan ulama seperti Aliansi Kiai Kampung Madura (AKMA) mulai hadir dalam kancah politik Pilpres 2019. Kehadiran AKMA diharapkan dapat menjadi kontra opini yang digaungkan oleh kubu Prabowo tentang Presiden Jokowi sebagai sosok yang anti Islam. AKMA dapat dikatakan sebagai pembuktian bahwa politik identitas yang diangkat selama ini hanyalah karangan dan fiktif belaka. Melalui kehadiran dan dukungannya, AKMA dapat meredam sekaligus menetralisir upaya kotor politik identitas yang dikumandangkan oleh kubu oposisi.

Jika kubu oposisi dianalogikan sebagai api yang membakar Indonesia, maka AKMA harus berperan sebagai air yang memadamkan api tersebut. Melalui ceramah-ceramah di Masjid wilayah Madura, diharapkan AKMA dapat memberikan kesejukan di tengah maraknya narasi kebencian dan provokasi yang dihadirkan pihak oposisi. Dengan demikian, masyarakat Indonesia dapat melihat gambaran Islam yang sejati dan patut untuk ditiru. Jika hal tersebut dapat dilakukan oleh AKMA, niscaya kalangan Kiai di seluruh Indonesia pun akan tergerak untuk ikut melawan politik identitas kotor berbasis agama.

)* Penulis pemerhati politik

Show More

Related Articles

Back to top button

Adblock Detected

Kami juga tidak suka iklan, kami hanya menampilkan iklan yang tidak menggangu. Terimakasih