Geger “Sandiwara Uno”, Mien Uno Tuntut Permintaan Maaf
Oleh : Rizal Arifin )*
Tidak akan ada satu orangpun yang menyangkal bahwa cinta kasih seorang ibu lebih besar dibandingkan dunia. Cinta kasih seorang ibu tidak akan pernah berhenti hinggal ajal menjemput. Hal ini berlaku bagi Ibunda Calon Wakil Presiden (Cawapres) nomor urut 02, Mien Uno. Seperti yang diketahui, semua kontestan yang terjun dalam kancah politik Pilpres 2019 kerap mendapat serangan isu hoax ataupun fitnah yang bertujuan untuk menjatuhkan citra dan kredibilitasnya. Sandiaga Uno tak luput dari hal tersebut, dimana muncul label “Sandiwara Uno” yang melekat pada dirinya.
Baru-baru ini banyak tersebar isu “Sandiwara Uno” di media sosial seputar dugaan sandiwara dalam kampanye Cawapres Sandiaga Uno di sejumlah tempat. Perbincangan itu menjadi ramai di media sosial dengan tagar #SandiwaraUno. Salah satu dugaan sandiwara yang disoroti adalah ketika seorang ibu menangis mengejar mobil Sandiaga Uno saat berkampanye di Sumedang, Jawa Barat. Aksi ibu itu tertangkap kamera dan beredar di media sosial. Warganet menduga aksi itu sandiwara karena setelah ditelusuri ada dugaan ibu itu Caleg dari PAN. Dalam penelusuran lain warganet menemukan foto ibu itu berdiri tak jauh dari Sandiaga Uno. Viral Sandiwara Uno pun tak hanya merujuk pada insiden ibu tersebut.
Warganet juga membicarakan “Sandiwara Uno” lain, ketika Sandi berkampanye di Makassar, belum lama ini. Dalam kampanye itu Sandi bertemu dengan korban banjir. Foto yang beredar, korban banjir itu menemui Sandi dalam keadaan dada penuh lumpur. Namun, di punggungnya tak ada lumpur seperti terlihat penuh di bagian depan tubuhnya. Dari foto itu warganet juga menduga Sandiaga sedang melakukan sandiwara.
Menanggapi hal tersebut, Mien Uno merasa sakit hati dengan istilah “Sandiwara Uno” dan menantang pihak penuding meminta maaf. Mien mengaku berang dan sakit hati setelah banyak tersebar tagar bahkan video dan foto yang disertai dengan keterangan Sandiwara Uno di media sosial. Wanita berusia 78 tahun tersebut ingin berhadapan langsung dengan orang-orang yang telah menyebarkan label “Sandiwara Uno” kepada putranya tersebut. Mien mengungkapkan, selama ini dia telah membesarkan putranya dengan cukup baik. Walhasil dia tak terima putranya dikatakan sebagai pembohong hingga dilabeli Sandiwara Uno oleh publik.
Tanggapanpun muncul dari kubu Jokowi. Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf Amin menyarankan untuk tak melibatkan orang tua dalam berpolitik. Juru Bicara TKN Jokowi-Ma’ruf, Ace Hasan Syadzily, mengimbau agar menghormat Bu Mien Uno dan ibu-ibu Indonesia lain yang telah mendidik dan membesarkan para tokoh politik nasional. Mereka adalah ibu-ibu bangsa yang sangat luar biasa. “Tapi, saran saya untuk urusan politik, para politisi sebaiknya jangan dikit-dikit libatkan ibu atau orang tua untuk melindungi kita. Kasihan beliau. Harusnya cukup dengan restu dan doa. Sebagai politisi, kita harus siap untuk menghadapi berbagai serangan dan tudingan,” ungkap Ace.
Ace lantas mencontohkan Capres petahana Jokowi. Dia mengatakan selama ini Jokowi tak pernah melibatkan ibu dan keluarganya meski kerap dicaci maki, dihina, hingga diserang fitnah, bahkan sejak Pilpres 2014. Walau disebut-sebut sebagai keturunan PKI, keturunan Tionghoa, dan lain-lain, namun Bu Noto, Ibu Jokowi, tetap tegar dan selalu mendoakan anaknya untuk kuat menghadapi semburan fitnah itu. Politikus Golkar itu juga mengatakan berpolitik haruslah berbasis nilai moral, etika, dan kejujuran. Dengan demikian, tudingan bersandiwara pun tidak akan disematkan.
Sementara itu, Wakil Ketua TKN Jokowi-Ma’ruf, Abdul Kadir Karding, menilai sikap Mien Uno adalah hal yang wajar dan manusiawi. Namun, menurutnya, perlu juga diinformasikan kepada Mien Uno bahwa sandiwara yang dilakukan putranya adalah nyata dan dapat dibuktikan.
Anggota keluarga memang tidak seharusnya cawe-cawe dalam urusan pertarungan politik. Sebenarnya kritik pada Sandiaga Uno masih wajar jika dibanding dengan fitnah dan hoax yang menyerang Ibunda Jokowi yang dituduh bukan ibu asli. Bu Noto sempat diminta untuk tes DNA, dikaitkan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI), dan diragukan keislamannya oleh pendukung Prabowo dan Sandiaga. Jika melihat sebagai sesama perempuan, Ibunda Sandi seharusnya lebih marah soal ini. Namun begitulah politik. Hanya petarung tangguh yang mampu melewatinya. Tidak perlu melibatkan orang tua di dalamnya.
)* Penulis adalah Pengamat Sosial Politik