Polemik Politik

Jokowi Dinilai Lebih Paham TNI Daripada Prabowo

Oleh : Rahmat Kartolo )*

Sebagai seorang petahana, Jokowi merupakan pemimpin yang memerlukan waktu untuk mempelajari segala sektor. Tentu tidak sedikit yang meragukan pengetahuan capres nomor urut 01 tersebut dalam dunia militer, mengingat lawan pada debat ke – 4 merupakan mantan Danjen Koppasus yang dalam akhir karir militernya dipecat.

            Ketua Tim 19, Andi Widjajanto mengklaim bahwa Jokowi lebih memahami substansi debat mengenai tema pertahanan dan keamanan daripada Prabowo pada gelaran debat Pilpres ke – 4.  Pihaknya mengatakan bahwa hal itu tampak dari penjabaran berbagai hal mengenai dunia militer oleh Jokowi. Pihaknya juga membeberkan ada tiga hal mengenai TNI yang ditunjukkan selama debat. Pertama, Jokowi disebut mengetahui gelar baru mengenai TNI seperti Komando Gabungan (Kogab), Divisi 3 Kostrad, Komando Operasi Angkatan Udara III dan Komando Armada 3. Kedua, Jokowi menurut Andi juga mengetahui gelar satuan terpadu yang dilakukan TNI di Natuna, Morotai, Saumlaki dan Biak. Ketiga, Ia juga menyebutkan bahwa Jokowi mengetahui paradigma investasi pertahanan yang mengubah belanja militer untuk pembelian senjata menjadi alokasi anggaran untuk membangun industri pertahanan.

            “Ini menunjukkan Jokowi memiliki visi dan komitmen untuk menguatkan TNI untuk menghadapi perang teknologi dan perang siber masa depan. Sementara, Prabowo cenderung tidak percaya teknologi,” ujarnya.

            Selain tak percaya teknologi, Andi mengaku heran Prabowo tidak memahami Intelijen Strategis. Ia menjelaskan intelijen strategis merupakan operasi merumuskan Perkiraan Keadaan (Kirka) dan beberapa skenario ke depan untuk dijadikan salah satu pertimbangan membuat kebijakan oleh Presiden.

            Kirka, tutur Andi, ditulis di beberapa produk strategis Kemhan dan TNI, seperti Analisa Lingkungan Strategis yang dikeluarkan dan dibahas secara rutin di Rakor Intel di Kemhan dan TNI setiap awal tahun untuk membantu perumusan kebijakan tahunan. Sebagai mantan perwira yang lama bertugas di Kopassandha, sangat aneh jika Prabowo tidak paham fungsi intelijen strategis. Di sisi lain, Andi tidak sependapat dengan tudingan Prabowo yang menyebutkan bahwa perwira TNI hanya menyampaikan hal yang membuat senang Jokowi selama ini atau Asal Bapak Senang (ABS). Tudingan itu, seolah membuat TNI bekerja tanpa didasari etos kerja dan evaluasi kinerja yang terukur.

            “Prabowo tidak paham bahwa ada target pencapaian minimum Essential Force yang selalu dievaluasi per tahun yang menunjukkan bahwa terjadi peningkatan signifikan pembangunan kekuatan TNI sesuai Renstra 2024,” ujarnya.

            Dalam kampanye terbuka di Makasar, Jokowi juga sempat menyatakan bahwa angkatan bersenjata Indonesia kuat dan kemampuannya jangan diremehkan.

            “Perlu saya sampaikan, kekuatan TNI kita nomor satu di ASEAN. Saya ulangi lagi. Jangan sampai ada yang meremehkan TNI kita,” kata Jokowi saat kampanye terbuka.

            Jokowi menganggap bahwa tantangan Indonesia yang berkenaan dengan perkembangan teknologi. Dia mengklaim bahwa pemerintah telah memasang belasan radar strategis yang saling terkoneksi. Prabowo pun sependapat. Namun, menurutnya, Alutsista pertahanan dan keamanan juga harus ditingkatkan. Tuturnya, pertahanan Indonesia saat ini masih sangat lemah dan jauh dari harapan. Prabowo tampak gusar ketika pendukung Jokowi menertawakannya kala dirinya berbicara hal itu.

            Sementara itu Pengamat Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno menganggap wajar Prabowo lebih lantang bicara soal alutsista konvensional. Menurut Adi, Prabowo ingin menunjukkan kepada Jokowi bahwa dirinya adalah mantan jenderal bintang tiga. Prabowo bersikap demikian bukan semata – mata peduli pada kondisi pertahanan dan keamanan dalam negeri. Adi menyatakan bahwa Prabowo memang berusaha mengoptimalkan tema debat pertahanan dan keamanan. Sementara itu, pernyataan Prabowo yang mengatakan bahwa Indonesia tidak dihormati dunia dinilai tidak tepat.

            Ketua Departemen Hubungan Internasional (CSIS), Sharfiah Muhibat, menganggap pernyataan calon presiden nomor urut 02 itu tidak tepat karena meski memiliki keterbatasan untuk bertindak, Indonesia telah berkontribusi cukup banyak dalam penyelesaian sejumlah isu internasional. Menurut Sharfiah, suara Indonesia cukup kuat berkumandang dalam sejumlah isu internasional, seperti Palestina dan Rohingya. Ia juga menganggap kontribusi Indonesia di kancah Internasional cukup dipandang dunia. Hal itu terlihat dari Indonesia yang berhasil terpilih kembali sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB untuk keempat kalinya pada Juni 2018 lalu untuk periode 2019 – 2020.

)* Penulis adalah Pengamat Masalah Sosial Politik

Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button

Adblock Detected

Kami juga tidak suka iklan, kami hanya menampilkan iklan yang tidak menggangu. Terimakasih