Warta Strategis

KIP Kuliah, Pelita Pendidikan Anak Indonesia

Oleh : Arjuna Wiwaha )*

Calon Presiden nomor urut 01, Joko Widodo mengutarakan alasannya dalam mencanangkan program Kartu Indonesia Pintar Kuliah. Ia mengakui bahwa dirinya berasal dari keluarga tidak mampu, lahir di pinggir kali. Jokowi merasakan betul bahwa keluarganya turut merasa sedih saat tidak bisa menyekolahkan dirinya.

Jokowi mengatakan, dirinya bersyukur diberi kemudahan oleh Tuhan untuk bisa sekolah hingga melanjutkan kuliah. Dari pengalaman itu, mantan Wali Kota Solo ini tidak ingin ada anak – anak di Indonesia yang tidak bisa kuliah hanya karena terkendala urusan biaya. “Maka kita keluarkan KIP Kuliah,” ujarnya.

Menurut Jokowi, KIP Kuliah merupakan kelanjutan dari program KIP yang sudah berlangsung. Selama ini, KIP hanya diberikan kepada anak SD, SMP, SMA atau SMK. Untuk peserta didik SD dan sederajatnya mendapatkan bantuan Rp 450 ribu per tahun, SMP dan sederajatnya Rp 750 per tahu dan setingkat SMA sebesar Rp 1 juta per tahun.

Sejak 2015 hingga Agustus 2018, pemerintah telah membagikan Rp 35,7 triliun untuk 27,9 juta siswa penerima KIP di seluruh tanah air. Rencananya, KIP Kuliah akan diberikan pada jutaan calon mahasiswa di Indonesia pada 2020. Namun, Jokowi masih menghitung secara pasti jumlah KIP Kuliah yang bisa diberikan kepada anak dari keluarga tidak mampu.

Dengan adanya KIP Kuliah, Jokowi berharap anak – anak memiliki keinginan kuat untuk meneruskan sekolah ke jenjang lebih tinggi. Sebab, pendidikan yang tinggi diharapkan bisa menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas agar bisa bersaing dengan negara lain.

Di tempat terpisah, menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir mengungkapkan, program kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah akan berlaku pada 2020.

“Dalam rapat kabinet, presiden sudah memaparkan program kerjanya nanti. Dana infrastruktur akan digeser besar – besaran ke peningkatan SDM,” ujar Nasir usai pelantikan pimpinan perguruan tinggi di lingkungan kemenristekdikti.

Walaupun belum bisa memaparkan seperti apa KIP kuliah itu, menurut mantan rektor UNDIP ini, nanti modelnya seperti program beasiswa bidikmisi. Sehingga mahasiswa yang tidak terakomodir dalam bidik misi, afirmasi pendidikan tinggi (Adik) dimasukkan ke KIP kuliah.

“Akan dibahas secara detil. Apakah KIP kuliah ini masuk dalam program PPA (Peningkatan Prestasi Akademik). Penilaiannya setiap enam bulan atau sebulan sekali. Kalau Bidikmisi dan Adik kan tiap bulan. Nah, KIP kuliah akan dilihat apakah masuk di situ atau berbeda,” terangnya.

Pihaknya menambahkan, jurusan KIP kuliah akan disesuaikan dengan keinginan mahasiswa. Sedangkan S2 dan S3 sesuai keinginan pemerintah karena menggunakan dana LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan).

“Prinsipnya KIP kuliah ini condong ke jurusan vokasional karena presiden ingin lulusannya bisa langsung kerja. Apalagi baru 10 persen anak miskin yang bisa kuliah, dengan KIP kuliah akan lebih banyak lagi anak yang melanjutkan ke perguruan tinggi. Insyaallah 2020 berlaku,” pungkasnya.

KIP Kuliah diprioritaskan untuk pendidikan vokasi. Menteri Riset Teknologi (Menristekdikti) menambahkan bahwa pihaknya tengah menyiapkan skema yang paling tepat untuk KIP kuliah yang akan diberlakukan 2020. Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi – Ma’ruf, Ace Hasan mengatakan bahwa KIP kuliah berbeda dengan program bidikmisi.

“Ini adalah sebuah kebijakan baru, ini berbeda. Kalau Bidikmisi itu kan beasiswa pendidikan untuk mahasiswa berprestasi. Kalau ini KIP Kuliah adalah setiap warga negara yang berpenghasilan rendah yang mau kuliah tetapi tidak punya biaya,” Ujar Ace

Ia menambahkan, program KIP Kuliah yang akan diluncurkan Jokowi merupakan bukti kehadiran negara untuk membantu warganya memperoleh hak akan pendidikan hingga bangku kuliah.

“Negara hadir di situ untuk membantu mereka. Supaya mereka punya akses yang sama untuk mendapatkan pendidikan perguruan tinggi,” lanjut politisi Golkar itu.

Dengan adanya KIP kuliah, selain meningkatkan daya saing SDM, diharapkan jumlah Sarjana Membangun Desa akan semakin banyak, sehingga keberadaan Sarjana di Desa bisa mengembangkan potensi yang ada di desa dan meningkatkan perekonomian masyarakat agar lebih sejahtera.

Program ini senada dengan penuturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDT) Eko Putro Sandjojo yang memaparkan pentingnya peran pemuda dalam membangun desa. Pasalnya, sebuah desa akan maju apabila generasi mudanya diberikan kebebasan, khusunya di bidang pengembangan ekonomi kreatif. Jika pemuda itu mendapatkan bekal pendidikan yang mumpuni di jenjang perguruan tinggi, tentu pembangunan di desa akan bisa lebih optimal. Sehingga pengembangan SDM di kalangan pemuda untuk bisa mendapatkan jenjang pendidikan tinggi, tentu patut kita apresiasi.

Eko menjelaskan, bahwa saat ini Indonesia berada di peringkat 16 besar perekonomian dunia dan pada tahun 2050 diprediksi bergeser ke peringkat 5 besar dunia. Hal itu akan terwujud apabila anak mudanya dibebaskan untuk kreatif dalam pembangunan desa – desa. Pembangunan di desa tidak hanya dari sektor fasilitas, namun SDM juga harus dibangun agar dapat mewujudkan masyarakat desa yang berdaya.

Dengan hadirnya KIP kuliah kelak, diharapkan anak muda dari desa utamanya dari kalangan kurang mampu, dapat menimba ilmu dan pengalaman agar nantinya dapat diterapkan secara langsung di desanya, sehingga diharapkan akan lahir akademisi dari pinggiran.

)* Penulis adalah Mahasiswa Universitas Indonesia

Show More

Related Articles

Back to top button

Adblock Detected

Kami juga tidak suka iklan, kami hanya menampilkan iklan yang tidak menggangu. Terimakasih