Meski Bukan TNI, Jokowi dinilai Paham Akan Dunia Militer
Oleh : Dodik Prasetyo )*
Andi Widjajanto selaku ketua tim relawan Jokowi Cakra 19 mengatakan bahwa Jokowi lebih memahami substansi permasalahan di bidang pertahanan dan keamanan dibanding penantangnya Prabowo – Subianto.
“Jokowo lebih paham TNI daripada Prabowo,” tutur andi.
Dirinya menjelaskan, pada saat debat Capres putaran ke – 4 Jokowi dapat menjelaskan secara rinci tentang gelar baru TNI seperti Kogab, Divisi 3, Koops AU 3 dan Armada 3.
Selain itu, Capres petahana juga mampu menjelaskan tentang gelar satuan terpadu TNI di Natuna, morotai, Saumlaki, Biak.
Suami dari Ibu Iriana tersebut dipandang mampu menjelaskan paradigma investasi pertahanan yang mengubah belanja militer untuk pembelian senjata menjadi alokasi anggaran untuk membangun industri pertahanan.
“Ini menunjukkan Jokowi memiliki visi dan komitmen untuk menguatkan TNI untuk menghadapi Perang Teknologi – Perang Siber masa depan. Sementara, Prabowo cenderung tidak percaya teknologi,” kata Andi yang juga pengamat pertahanan.
Pada kesempatan yang sama, Andi justru memandang bahwa mantan Danjen Kopassus Prabowo Subianto tidak memahami hal terkait intelijen strategis. Intelijen strategis ini yaitu merumuskan perkiraan keadaan (Kirka) dan membuat beberapa skenario ke depan yang dijadikan salah satu pertimbangan untuk membuat kebijakan oleh presiden.
Kirka ini ditulis dibahas secara rutin di Rakor Intel di Kemhan dan TNI yang dilakukan setiap awal tahun untuk membantu perumusan kebijakan di tahun lalu.
“Sebagai mantan perwira yang lama bertugas di Kopassandha, aneh banget kalau Prabowo tidak paham fungsi intelijen strategis,” tukas Andi.
Sebelumnya dalam debat ke – 4 dengan tema pertahanan dan keamanan. Jokowi memaparkan telah menerapkan gelar pasukan di empat titik di Indonesia.
“Penting sekali gelar pasukan yang terintegrasi, artinya kita tidak jawasentris, kita perintahkan untuk membangun divisi di Gowa, divvisi di Biak dan Sorong. Titik pinggir semua terjaga, radar maritim kita radar udara kita sudah mengetahui wilayah kita 100 persen,” ungkap Jokowi.
Sementara Prabowo mengatakan bahwa sektor pertahanan negara Indonesia masih lemah karena negara tidak memiliki uang. Karena itu, menurut dia, menambah anggaran di sektor pertahanan sangatlah penting. Namun dengan catatan yaitu, menghentikan kebocoran anggaran dan korupsi.
“Jangan tertawa. Kenapa kalian tertawa. Pertahanan Indonesia rapuh, kalian tertawa. Lucu ya? Kok Lucu,” ujar Prabowo dengan menunjuk – nunjuk ke arah penonton.
Terkait pernyataan Asal Bapak Senang (ABS), Prabowo juga menilai seolah TNI bekerja tanpa didasari etos kerja dan evaluasi kinerja yang terukur.
Apalagi pernyataan Prabowo yang menyatakan lebih TNI dari TNI menunjukkan arogansi yang meletakkan dirinya diatas institusi TNI. Padahal masyarakat tahu bahwa karir militer Prabowo melesat karena saat itu dirinya merupakan bagian dari keluarga cendana.
Pada akhirnya, pada debat keempat yang telah terselenggara tersebut menjadi bukti bahwa Jokowi lebih layak dipilih daripada Prabowo. Karena meskipun capres 02 tersebut berasal dari TNI, dia sama sekali tidak memahami perihal pertahanan dan keamanan kontemporer.
Terlepas dari pengalamannya di dunia militer, jika melihat sebagian besar argumen Prabowo lebih mementingkan gaya daripada substansi. Dia memiliki poin bagus tentang anggaran pertahanan. Tetapi elaborasinya masih kurang fokus. Sementara itu, Jokowi memiliki pemahaman yang sedikit lebih baik tentang substansi.
Sementara itu, Jokowi juga berhasil menyampaikan konsep kebijakan luar negeri Indonesia yakni bebas dan aktif, menerjemahkannya sebagai upaya untuk memperjuangkan kepentingan nasional dan aktif berpartisipasi dalam perdamaian dunia.
Mantan Walikota Solo tersebut juga mampu menjawab pertanyaan panelis tentang kekuatan Indonesia dalam diplomasi internasional. Jokowi menyebutkan bahwa Indonesia sebagai negara yang memiliki populasi Muslim terbesar di dunia, memiliki peran penting dalam mendukung penyelesaian konflik agama di wilayah berpenduduk mayoritas muslim seperti Rakhine di Myanmar serta Afganistan.
Dalam debat tersebut, Joko Widodo tampak lebih kalem dan rasional, dirinya mampu menjelaskan permasalahan secara sistemik, namun sebaliknya Capres nomor urut 02 tampil lebih emosional, dimana dirinya sempat marah kepada audiens. Yang mengagetkan adalah ketika Prabowo mengatakan bahwa dirinya lebih TNI daripada TNI.
Pakar psikologi UI, Hamdan Muluk mengatakan, penonton tidak banyak menyoroti substansi, tapi lebih pada dua karakter yang berbeda. Pihaknya juga menambahkan bahwa sikap temperamen Prabowo sudah diprediksinya sejak beberapa tahun yang lalu.
)* Penulis adalah pegiat media sosial dan pemerhati politik