Puisi Neno Warisman Tuai Kontroversi
Oleh : Dodik Prasetyo )*
Puisi yang dibacakan Neno Warisman di acara Munajat 212 menjadi perbincangan dan kontroversi. Ada sejumlah bait dalam puisi Neno Warisman yang menjadi perdebatan di kalangan netizen. Tak ayal, nama Neno Warisman hingga pukul 18.30 WIB, Jumat 22 Februari 2019 menjadi trending topic di Twitter dengan 9.929 cuitan.
Pada Munajat 212 di Monas, Kamis 21 Februari 2019, ada sejumlah tokoh yang memberi orasi. Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo – Sandiaga Neno Warisman membacakan puisi Munajat 212. Potongan video Puisi Munajat 212 beredar luas di media sosial. Neno Warisman terdengar membacakan Puisi Munajat 212 sembari terisak.
“Jangan, jangan engkau tinggalkan kami dan menangkan kami karena jika engkau tidak menangkan kami khawatir ya Allah kami khawatir ya Allah tak ada lagi yang menyembahmu” itulah potongan puisi Munajat 212 yang dibacakan Neno Warisman sembari menangis terisak.
Hal ini pun mendapatkan sorotan dari PBNU. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama menanggapi potongan puisi Neno Warisman yang seolah ‘mengancam Tuhan’ saat Munajat 212 viral di media sosial. PBNU mengingatkan Tuhan yang seharusnya disembah adalah Allah SWT. Bukan Pilpres. Bahkan bukan agama itu sendiri,” Kata ketua PBNU, Robikin Emhas, kepada wartawan.
Robikin mengatakan tidak seharusnya Pilpres disamakan dengan Perang Badar. Bagi Robikin, Pilpres merupakan pesta demokrasi biasa.
“Pengandaian Pilpres sebagai perang adalah kekeliruan. Pilpres hanya kontestasi lima tahunan. Proses demokrasi biasa. Tentu akan ada yang dinyatakan terpiluh dan tidak terpiluh. Itulah mengapa konstitusi maupun regulasi lain tidak menggunakan istilah ‘menang’ dan ‘kalah’,” ujarnya.
Dia kemudian menyinggung soal keislaman dari kedua paslon di Pilpres 2019. Menurut dia, tak perlu ada kekhawatiran jika salah satu paslon kalah dalam kontestasi politik tersebut.
“Jokowi – Ma’ruf Islam, Prabowo – Sandi Islam, pasangan capres – cawapres semuanya beragama Islam. Lalu atas dasar apa kekhawatiran Tuhan tidak ada yang menyembah kalau capres – cawapres yang didukung kalah? Apa selain capres – cawapres yang didukung bukan menyembah Tuhan, Allah SWT?” ujarnya.
“Tak usah berusaha mengukur kadar keimanan orang. Apalagi masih terbiasa ukur baju orang lain dengan yang dikenakan sendiri,” sambungnya.
Tanggapan terhadap puisi Neno Warisman juga muncul dari tokoh muda NU Taufik Damas. Dia menilai orang yang bicara seperti itu tidak pernah mempelajari tauhid dengan benar. Karena jika dia belajar tauhid dengan benar, maka tak mungkin bagi Neno untuk mengancam Tuhan.
“Bagaimana mungkin kita yang lemah ini mengancam Tuhan? Tuhan itu tidak disembah oleh seluruh umat manusia pun tidak rugi. Tuhan itu disembah oleh seluruh umat manusiapun tidak menambah kekuasaannya,” imbuhnya.
Taufik menilai aneh jika seseorang mengancam Tuhan. Menurutnya, hal itu menunjukkan jika seseorang tidak berpikir berdasarkan ilmu agama.
“Emang orang – orang ini kadang – kadang aneh, karena tidak belajar tauhid yang baik dan benar. Sehingga kadang – kadang bela Tuhan hari ini, besok dia mengancam Tuhan. Itu karena cara berpikirnya itu tidak berdasarkan ilmu agama yang baik dan benar,” ujar Taufik.
Ketua DPP PPP Lena Maryana yang juga merupakan juru bicara TKN, turut menyayangkan puisi Neno Warisman yang viral di media sosial. Doa yang dibacakan Neno itu, menurutnya, memberi kesan hanya pendukung calon presiden tertentu saja yang beribadah sehingga berpotensi memecah belah masyarakat.
“Semestinya sebagai publik figur, Neno Warisman menyampaikan doa yang menyejukkan. Mendoakan bangsa agar terus maju, kuat, tidak terpecah belah dan bukan sebaliknya,” ujar Lena.
Lena juga mengutarakan harapannya agar semua tokoh masyarakat berperan untuk menciptakan suasana kondusif menjelang pemilu serentak yang akan berlangsung pada 17 April 2019 mendatang.
Dalam kasus ini, Wakil Presiden Jusuf Kalla menganggap puisi dari Neno sebagai bagian dari kampanye. Namun, menurut Jusuf Kalla, kampanye tersebut tidak pas untuk dilakukan dalam Munajat 212. Karena semestinya Munajat 212 berisi ajakan massa untuk mendengarkan ceramah dan berdzikir bersama, bukan lantas mengancam Tuhan dengan puisi.
Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan turut berkomentar, menurutnya berdoa dengan mengancam Tuhan adalah hal yang tidak benar. Luhut lalu mengutip perkataan mantan presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Luhut menceritakan saat Gus Dur menasihatinya soal ‘melindungi’ Tuhan.
“Saya itu pernah bicara sama Pak Gus Dur. “Pak Luhut, Tuhan itu tak perlu dilindungi, yang perlu dilindungi itu adalah kita.” Itu Gus Dur yang ngomong, saya sahabat sama beliau,” tutur Luhut sambil mengulang pernyataan Gus Dur.
Luhut mengatakan tidak ada larangan orang untuk berdoa. Namun “Biasa – biasa aja kan berdoa. Kalau berdoa boleh, ndak ada yang salah kalau berdoa. Asal jangan memaksa Tuhan,” ujar Luhut.
Viralnya puisi tersebut ditandai dengan tagar #NenoMengancamAllah, tweet itu membakah cuitan Neneng Herbawati yang me-retweet video doa Neno Warisman. Ancaman terhadap Tuhan sebenarnya juga pernah terjadi di belahan dunia, bahkan ada sejumlah orang yang bukan hanya mengancam, tapi membawa Tuhan ke pengadilan. Menyeret Tuhan ke pengadilan, itu bukan karena bercanda, tapi benar – benar dilakukan karena menganggap Tuhan telah melakukan perbuatan yang merugikan.
)* Penulis adalah Kontributor Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia (LSISI)