Perlu Upaya Bersama Untuk Menangkal Kampanye Hitam
Oleh : Indah Rahmawati Salam )*
Tahun lalu, tahun 2017 menjadi tahun yang panas bagi Indonesia berkaitan dengan perhelatan Pilkada Jakarta. Dalam Pilkada ini, banyak sekali terlihat upaya-upaya black campaign atau kampanye hitam yang memang ditujukan untuk menyerang para pasangan calon gubernur dan wakil gubernur pada waktu itu. Dampaknya sangat terlihat, yaitu bagaimana terlihat jelas hingga hari ini masyarakat di Jakarta seolah menjadi tersekat-sekat. Adu argumen yang awalnya hanya dilakukan oleh masing-masing pendukung dan simpatisan pasangan calon, berangsur-angsur meluas hingga melibatkan mereka yang ada di luar Jakarta.
Pilkada Jakarta memang sudah usai dengan kemenangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno yang mengalahkan kedua pasangan calon lainnya. Namun, amat sangat disayangkan dampak dari black campaign yang terjadi pada Pilkada ini masih dirasakan hingga hari ini. Dampaknya yang meluas tak hanya di Jakarta saja melainkan nyaris ke seluruh pulau Jawa, menunjukkan bahwa black campaign memiliki dampak yang luas dan berkelanjutan. Sehingga, diperlukan perhatian khusus baik dari pemerintah maupun masyarakat Indonesia secara luas mengenai hal ini.
Jika kita telaah baik-baik, politik memang sesuai dengan yang dikatakan oleh Mao Zedong. Ia mengatakan bahwa politik adalah peperangan tanpa pertumpahan darah. Mungkin orang-orang awam akan bertanya-tanya soal perang tanpa pertumpahan darah ini. Maksud dari perang tanpa pertumpahan darah ini adalah perang mulut, adu argumen baik oleh para pelaku politik maupun oleh para pendukungnya. Namun, perang mulut dan adu argumen ini maksudnya adalah perang adu intelektual dan kualitas masing-masing pelaku politik sehingga politik disini menjadi politik yang sehat. Akan tetapi, yang sangat disayangkan adalah ternyata pada realitanya banyak yang berupaya menjatuhkan lawan politiknya tanpa memikirkan dampak dari tindakannya.
Para politikus yang memiliki kepentingan untuk berkuasa tentunya akan berupaya mendapatkan banyak simpatisan dan pendukung agar melancarkan upaya mereka mencapai tujuan. Akan tetapi, yang sangat disayangkan adalah ada sebagian politikus yang juga menjatuhkan lawan politiknya dengan cara-cara yang tidak bisa dibenarkan. Mereka menjatuhkan dengan menyebarkan propaganda-propaganda berbau SARA dan menjelek-jelekkan latar belakang kehidupan masa lalu lawan politiknya. Hal ini diperparah dengan adanya pasukan bayaran yang terus berupaya agar propaganda-propaganda ini menyebar luas dan menimbulkan opini yang buruk dalam masyarakat terhadap seseorang. Sehingga, orang-orang tak akan lagi melihat dengan jernih mengenai kualitas dari orang tersebut dan stigma negatif terbentuk sesuai dengan keinginan mereka.
Inilah yang saat ini terjadi di Indonesia dimana orang-orang yang berpolitik dan memiliki pengaruh terhadap suatu kelompok masyarakat, saling menggunakan cara-cara kotor untuk menjatuhkan lawan politiknya atau disebut black campaign. Hal ini bukan hanya merusak, tapi bisa menghancurkan kedaulatan NKRI, moral bangsa dan juga kesatuan bangsa. Hal ini bisa membuat efek jangka panjang, yaitu efek pada generasi penerus untuk terpancing untuk melakukan hal yang sama karena banyaknya politikus hari ini yang sengaja dan menganggap penggunaan black campaign ini adalah lumrah atau biasa. Seiring perkembangan teknologi, maka media untuk melancarkan black campaign pun semakin canggih. Jika dahulu black campaign yang juga dikenal sebagai whispering campaign menggunakan metode desas-desus dari mulut ke mulut, maka dewasa ini telah memanfaatkan kecanggihan teknologi dan multimedia.
Konsep dari black campaign sendiri mengingatkan pada suatu pepatah “gajah di pelupuk mata tidak terlihat, semut di seberang lautan nampak jelas”. Dimana pepatah ini memiliki arti kesalahan diri sendiri tidak terlihat, tetapi kesalahan orang lain terlihat jelas. Dengan kata lain, mereka yang melakukan black campaign hanya berupaya menghancurkan lawan dengan menebar isu-isu yang buruk soal lawan. Mereka tidak percaya diri dengan kualitas dari diri mereka sendiri sehingga mereka berupaya untuk menjatuhkan lawannya. Sehingga orang-orang yang menjadi korban seolah memilih pihak terbaik dari mereka yang buruk-buruk padahal kenyataannya belum tentu demikian. Mereka hanya menjadi alat dan pion bagi kemenangan kepentingan politik.
Sebenarnya, black campaign ini sangat terlihat tujuan dan maksudnya yaitu untuk membentuk kelompok simpatisan-simpatisan yang rela melakukan apa saja untuk memenangkan tujuan politik dari politikus yang berkepentingan. Propaganda-propaganda yang mereka gunakan ini akan menjadikan korbannya menjadi mudah untuk digerakkan bagaikan pion-pion catur guna kepentingan pembuatnya. Di saat pion-pion ini lelah bergerak dan melakukan aksinya yang mana mereka harapkan adalah untuk kebaikan Indonesia, padahal hanya sebuah akal-akalan mereka yang duduk santai dibalik layar. Ini sangat ironi karena masyarakat yang kelelahan karena termakan black campaign ini namun mereka dibalik layar yang diuntungkan.
Keberhasilan black campaign pada masa masa sebelumnya, sangat membuka potensi bahwa kampanye hitam akan terulang dalam Pilkada 2018. Bahkan bukan hanya terulang, mungkin akan jadi lebih besar dan masif. Masih banyaknya para politikus yang belum sadar bahwa jabatan yang tinggi sejatinya merupakan sebuah tanggung jawab untuk mengabdi, tidak hanya mencari kekuasaan untuk kepentingan pribadi, menjadikan para politikus menghalalkan berbagai cara untuk bisa berkuasa. Mereka akan tetap melakukan cara-cara yang berpotensi merusak persatuan dan kesatuan Indonesia untuk mencapai tujuannya.
Oleh karena itu, disinilah masyarakat sebenarnya dituntut harus mulai merubah pola pikirnya. Pola pikir yang sebelumnya mudah percaya dengan semua informasi-informasi di media online atau sosial, sekarang mulai berpikir lebih jernih dan objektif. berikut Jangan mudah percaya suatu informasi yang bersifat negatif terhadap seorang politikus. Lakukan pengecekan sendiri tentang kebenaran informasi tersebut, karena saat ini sudah banyak praktik-praktik politik yang menyimpang dari batas kewajaran. Mereka sengaja melakukannya tanpa memikirkan dampak dari hal tersebut. Sangatlah penting untuk tidak mudah terbawa emosi, berpikir dingin apabila mendapatkan informasi-informasi yang bernuansa politik. Sadar, dan jangan mau dijadikan pion politik !
)* Penulis adalah Mahasiswi IAIN Kendari