Amien Rais dan Kontroversi Yang Tidak Kunjung Usai
Oleh : Rengganis Putri )*
Saat ini publik sedang dihebohkan dengan pernyataan partai Allah dan partai setan. Amien Rais kembali memicu kontroversi lewat pernyataannya ketika sedang menjadi pembicara pada acara gerakan Indonesia salat subuh berjamaah yang digelar di masjid Baiturrahim, Jakarta Selatan pada Jumat 13 April 2018.
Pembahasan Amien Rais yang membagi partai menjadi dua kubu, yakni partai Allah dan partai setan tersebut menjadi kegaduhan di area publik. Sebenarnya ini bukan kali pertama Amien Rais membuat banyak orang salah paham dengan pernyataan-pernyataannya.
Hal ini pun lantas menjadikan pihak yang tidak menyukai ucapannya melaporkannya pada pihak berwajib. Saat ini kelompok Cyber Indonesia telah melaporkan Amien Rais karena dinilai menyebarkan ujaran kebencian.
Mengenai hal tersebut, Aulia Fahmi selaku ketua Cyber Indonesia membenarkan jika telah melaporkan Amien dengan berlandaskan pasal 156 a KUHP28 ayat 2, UU ITE. Menurut Aulia, kelompoknya juga telah menyerahkan barang bukti ke polda metro jaya dan menunggu berkas diproses lebih lanjut.
Aulia juga menegaskan bahwa pernyataan Amien Rais terkait partai Allah dan partai setan telah menjadi semacam bentuk provokasi kepada masyarakat. Hal tersebut juga bertentangan dengan Pancasila yang selama ini menjadi dasar negara.
Pernyataan Amien Rais bisa memicu konflik karena membawa masalah SARA dengan menyudutkan pihak tertentu yang tidak sejalan dengannya. Menurut Amien dalam pertanyaannya, ia menyebutkan bahwa partai gerindra, PAN, dan PKS, dan kelompok yang membela agama Allah sebagai partai Allah yang harus bersatu padu melawan partai setan.
Pernyataan yang sensitif ini dan cukup menyinggung agama membuat permasalahan ini menjadi viral. Meski, Amien memang tidak menjelaskan lebih jauh tentang partai mana yang masuk dalam kategori partai setan, akan tetapi banyak orang yang merasa emosi atas ucapannya dan melaporkannya pada pihak berwajib.
Mengenai pernyataan Amien Rais tersebut, yang ternyata memang sudah beberapa kali membuat pernyataan menghebohkan. Hal tersebut membuat Sekjen PPP, Arsul Sani ikut berpendapat sebaiknya Amien Rais lebih bijak dalam beropini di depan publik. Namun, meski memang menuai kontroversi, serta membuat pernyataan yang kurang tepat, menurut Arsul tidak perlu sampai dilaporkan ke jalur hukum.
Pendapat lain juga datang dari Hamdi Muluk yang merupakan pakar psikologi politik dari UI. Menurut Hamdi, pernyataan Amien Rais yang membedakan antara partai Allah dengan partai setan sangat disayangkan karena menjadi tanda bahwa saat ini belum bisa berpolitik secara sehat. Padahal seharusnya sebagai seorang tokoh politik yang sudah senior, Amien perlu memikirkan lebih jauh lagi setiap pernyataannya bisa saja menimbulkan reaksi di masyarakat.
Menurut Hamdi, cara berpolitik dengan mengintimidasi partai lain bukan lah sebuah hal yang elegant dan bermartabat. Dibandingkan melakukan hal tersebut, para elite partai politik bisa menggunakan cara lain yang lebih baik di dalam berpolitik. Salah satunya dengan memberikan argumentasi, memaparkan, dan menjelaskan visi-misi dari partai yang ia bawa sehingga masyarakat juga bisa menilai secara logika, tanpa adanya provokasi.
Sekarang ini masyarakat kita telah pintar untuk melihat program-program yang benar-benar nyata dijalankan oleh pemimpinnya. Sudah bukan jamannya lagi menciptakan provokasi untuk meraih suara rakyat.
Sementara itu setelah dikonfirmasi pada Amien Rais mengenai pernyataannya, Amien Rais mengatakan bahwa yang ia maksud bukan lah dalam konteks politik tetapi lebih ke konsep berpikir.
Meski begitu, namun masalah ini sudah terlanjur rumit karena ada kelompok yang telah melaporkan pernyataan Amien Rais tersebut ke ranah hukum.Sementara itu, dikatakan Aulia Fahmi dari kelompok Cyber Indonesia yang juga sebagai pelapor. Laporannya tersebut dikarenakan menganggap bahwa pernyataan Amien Rais sudah masuk kategori berbahaya.
Terlihat adanya indikasi memprovokasi masyarakat dengan menggunakan agama demi kepentingan politik. Sebenarnya ucapan Amien Rais memang sangat disayangkan, terlebih dikatakan di tempat ibadah yang seharusnya suci dari kepentingan-kepentingan tertentu.
Pembicaraan Amien Rais seusai sholat subuh berjamaah tersebut justru tidak mengajarkan nilai-nilai agama, namun menyasar pada hal-hal yang bersifat politik.
Amien Rais yang memang merupakan ketua penasihat dalam kelompok alumni 212 ini memang aktif berbicara mengenai politik.Namun, menjadi tidak tepat ketika dilakukan ketika tidak pada tempatnya. Menyerukan hal-hal tentang politik sebenarnya adalah hal yang wajar asalkan tahu tempat dan waktunya serta dibicarakan dengan cara yang santun.
Bagi yang belum tahu, pernyataan Amien Rais yang memicu kontroversi ini di mulai dari saat Amien Rais diberikan kesempatan sebagai pembicara di masjid Baiturrahim. Tercetusnya sebuah kalimat yang membagi dua kubu antara partai Allah dengan partai setan itu kemudian viral.
Sebenarnya, sebelum ini pun pernyataan Amien Rais yang gencar mengkritik kebijakan pemerintah pun telah lebih dulu viral. Seperti kritikan Amien Rais terhadap utang Indonesia yang semakin bertambah. Pernyataan Amien Rais yang juga heboh adalah program pembagian sertifikat tanah oleh pemerintah yang dibilang ngibul. Sebab disaat yang sama kekayaan Indonesia hanya dikuasai oleh beberapa gelintir orang saja. Untuk kasus, reaksi publik terbagi antara yang pro dan kontra.
Sementara itu, menanggapi pernyataan Amien Rais yang sudah terlanjur viral. PAN menganggap bahwa apa yang dikatakan Amien Rais tidak bermaksud untuk menyinggung partai politik tertentu. Menurut Dradjad Wibowo, anggota dewan kehormatan PAN. Amien Rais mengatakan sesuatu berkonteks ajaran agama, bukan sedang membahas partai politik.
Namun, tentunya pernyataan Amien Rais telah menimbulkan kontroversi. Terlepas dari ketersengajaan atau pun bukan. Hal ini sebaiknya menjadi peringatan setiap orang agar berhenti membawa masalah agama untuk kepentingan politik. Hal senada juga dikatakan oleh ketua umum PPP, Romahurmuzy yang menghimbau agar setiap pihak bisa berpolitik secara bijak. Hindari untuk meggunakan kata-kata provokasi yang memancing kemarahan publik.
Sebenarnya untuk bisa meraih simpati masyarakat, tidak harus menggunakan ujaran kebencian yang menjatuhkan kelompok lain, tapi ditunjukkan dengan kerja nyata dan menunjukkan bukti-bukti yang sudah dijanjikan.
Para elite politik sebenarnya juga bagian dari rakyat. Namun, bedanya pendapat mereka akan lebih cepat menyebar dan juga diikuti oleh para pengikut setianya. Jadi, sebagai elite politik tentunya punya tanggung jawab lebih besar dalam menyampaikan pendapatnya dibandingkan rakyat biasa.
Sebenarnya sah-sah saja mengkritik pemerintah, karena itu pun juga bagian dari demokrasi. Dimana seseorang dapat bebas menyampaikan pendapatnya. Namun, tentunya pendapat tersebut akan lebih baik jika adil dalam menyoroti keadaan yang sebenarnya. Tidak melulu tentang hal-hal negatif yang mungkin masih menjadi PR dari pemerintahan saat ini, tapi kita juga perlu melihat dari sisi positifnya. Tentang apa saja yang sudah berhasil Indonesia capai hingga saat ini.
Melihat kondisi politik yang sepertinya semakin memanas, tentunya kita sebagai rakyat jangan sampai mudah terprovokasi. Pilih pemimpin pemilu menatang sesuai dengan hati nurani demi kemajuan negara Indonesia ke arah yang lebih baik lagi.
)* Penulis adalah Pengamat Masalah Komunikasi Politik