Antisipasi Kenaikan Kasus Covid-19 dengan Vaksinasi
Oleh : Deka Prawira )*
Kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia wajib dikendalikan dengan vaksinasi. Jika semua WNI sudah divaksin lengkap maka akan terbentuk kekebalan kelompok dan transisi pandemi ke endemi dapat terus dipercepat.
Ketika awal pandemi Covid-19 di Indonesia, banyak orang mengimpikan vaksin agar mereka tidak tertular Corona. Saat vaksin Sinovac sudah masuk di Indonesia, berbondong-bondong orang yang mengantri agar mendapatkannya. Namun sayang 1 tahun 5 bulan setelah program vaksinasi nasional dicanangkan, cakupan vaksinasi dosis 2 baru berkisar 80%.
Padahal Presiden Jokowi mentargetkan maksimal dalam 18 bulan saja, cakupan vaksinasi mencapai 100%. Cakupan vaksinasi harus ditingkatkan agar terbentuk kekebalan kelompok yang bisa melawan Corona. Apalagi kasus Corona belakangan naik lagi, karena hadirnya virus Covid-19 varian Omicron subvarian Centaurus di Indonesia, yang lebih cepat menular daripada varian lain.
Juru Bicara Tim Satgas Penanganan Corona Profesor Wiku Adisasmito terus mengingatkan masyarakat untuk melakukan vaksinasi Covid-19. Apalagi ada 4.549 kasus baru per harinya, sehingga vaksin penting untuk melawan keganasan Corona. Dalam artian, ketika kasus Corona sedang naik, maka vaksinasi adalh tiket menuju keselamatan dari bahaya Corona.
Vaksinasi dan protokol kesehatan adalah cara untuk mengamankan diri dari ganasnya virus Covid-19. Sayang sekali jika antusiasme masyarakat hanya terjadi ketika awal program vaksinasi nasional diberlakukan. Namun ketika pandemi sudah terjadi selama 2 tahun lebih, malah banyak yang malas-malasan vaksinasi. Padahal vaksinasi masih digratiskan oleh pemerintah dan sudah disediakan bagi warga yang berusia 6 tahun ke atas.
Program vaksinasi nasional harus digencarkan lagi, apalagi ketika kasus Corona sedang naik. Jika banyak orang yang sudah vaksin maka ia tidak akan tertular virus Covid-19. Kekebalan kelompok sudah mulai terbentuk karena cakupan vaksinasi mencapai 80%. Namun alangkah baiknya jika cakupan vaksinasi dosis 2 disempurnakan jadi 100%, agar makin banyak orang yang selamat dari bahaya Corona.
Kemudian, vaksin booster (dosis ketiga) juga masih sedikit yang mendapatkannya. Baru 22% warga negara Indonesia yang mendapatkannya, alasannya karena cukup 2 dosis vaksin saja. Ada juga yang takut untuk vaksin booster karena khawatir kena KIPI (kejadian ikutan pasca imunisasi). Padahal yang disuntikkan saat booster hanya ½ dosis dan efek sampingnya sangat ringan, hanya pegal di lengan dan mudah mengantuk.
Ketika ada masyarakat yang belum booster maka ia dihimbau untuk segera pergi ke Rumah Sakit terdekat. Vaksin booster terbukti aman dan minim KIPI, dan masih digratiskan oleh pemerintah. Booster akan menyempurnakan imunitas karena 6 bulan setelah suntikan dosis vaksin Corona yang kedua, kekebalannya akan sedikit menurun. Oleh karena itu imunitas tubuh perlu dinaikkan lagi dengan booster, yang diberikan 3 bulan setelah suntikan kedua.
Jangan menganggap enteng vaksin booster karena Corona makin mengganas. Booster sangat penting untuk menyempurnakan kekebalan tubuh. Jangan pula beralasan tidak ke mana-mana dan merasa booster hanya dibutuhkan untuk masyarakat yang akan bepergian naik Kereta Api atau pesawat terbang. Bisa jadi ke depannya semua pengendara sepeda motor, mobil, dan kendaraan umum di dalam kota, diwajibkan untuk booster.
Profesor Wiku menambahkan, pemerintah daerah harus mendukung dan mensosialisasikan vaksinasi ke masyarakat. Tujuannya untuk meningkatkan cakupan vaksinasi di Indonesia. Cara sosialisasinya dengan komunikasi, kesadaran, dan informasi. Dalam artian, pemerintah daerah tidak bisa diam saja di masa pandemi. Namun mereka harus berperan aktif dalam mensukseskan program vaksinasi nasional di Indonesia.
Untuk sosialisasi vaksin bisa dengan cara door to door, misalnya di daerah pedesaan. Sebelum melakukan vaksinasi on the spot maka ada himbauan dan pengarahan, sehingga masyarakat teredukasi dan tidak lagi takut disuntik. Mereka juga tidak akan termakan hoaks mengenai vaksinasi.
Ketika ada sosialiasi vaksinasi maka masyarakat bisa dipicu semangatnya dengan hadiah. Misalnya warga yang aktif bertanya saat diskusi akan mendapat doorprize sembako. Dengan cara ini maka mereka akan lebih semangat dan mau divaksin, baik suntikan pertama, kedua, atau ketiga. Yang sudah vaksin kedua juga akan mau dibooster.
Sementara itu, cara untuk sosialisasi vaksin booster bisa melalui media sosial karena cukup efektif, dan masyarakat Indonesia merupakan pengguna medsos terbanyak di dunia. Jika ada gambar dan konten yang memperlihatkan pentingnya booster maka akan menjadi kampanye. Akan ada lebih banyak orang yang sadar akan manfaat booster, lalu mereka akan pergi ke RS terdekat.
Untuk mengantisipasi kenaikan kasus Corona di Indonesia maka vaksinasi harus digencarkan. Masyarakat jangan hanya puas dengan suntikan dosis pertama atau kedua, tetapi juga harus dibooster. Sosialisasi harus dilakukan lagi, terutama oleh pemerintah daerah, tujuannya agar meningkatkan cakupan vaksinasi di Indonesia.
)* Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute