Apkam dan Rakyat Bersinergi Tumpas KST Papua
Oleh : Timotius Gobay )*
Penumpasan anggota Kelompok Separatis dan Teroris (KST) di Papua terus dilakukan oleh aparat, karena tingkah mereka makin lama makin menggila. Setelah tega membakar sekolah dan membunuh guru, anggota KST tega membunuh warga sipil pendatang dan Kepala Desa. Kebiadaban mereka membuat para pentolan KST dijadikan DPO dan masyarakat berharap mereka segera tertangkap. Warga sipil juga bekerja sama agar KST cepat dibekuk.
Pada masa pemerintahan Presiden Jokowi, pembangunan di Papua benar-benar pesat. Setelah ada jembatan Youtefa, ada pula Jalan Trans Papua dan berbagai infrastruktur lainnya. Semua ini demi kesejahteraan rakyat di Bumi Cendrawasih dan menghindari ketimpangan kemajuan antara Indonesia bagian barat dan timur.
Namun sayangnya pembangunan di Papua terancam oleh keberadaan KST, yang dulu bernama KKB. Kelompok separatis ini ketahuan beberapa kali mengganggu proses pembangunan di Jalan Trans Papua, sehingga di sana harus dijaga ketat oleh aparat.
Selain itu, KST juga melakukan teror lain di Papua, yang juga bisa menghambat pembangunan kecerdasan masyarakat. Anggota KST di bawah pimpinan Sabius Walker ketahuan membakar gedung sekolah, dan mereka juga tega membunuh 2 orang guru. Kelakuan KST sungguh ingin menjerumuskan anak-anak Papua, karena mereka bisa gagal menuntut ilmu, saat tidak ada pengajar dan tempat untuk belajar.
KST juga membuat image Papua jadi jelek, karena identik dengan daerah yang rawan konflik dan mengerikan. Sehingga turis lokal dan asing akan takut untuk traveling ke sana. Padahal di Bumi Cendrawasih ada hidden gems berupa Raja Ampat, Puncak Jayawijaya, dan beberapa tempat wisata lain yang cantik dan potensial.
Jika Papua sepi karena turis takut untuk berkunjung, maka akan berpengaruh pada pendapatan pemerintah daerah Provinsi Papua dan Papua Barat. Karena pendapatan dari sektor pariwisata berkurang akibat sepinya peminat. Semua ini gara-gara KST yang mempermalukan warga asli Papua secara tidak langsung.
Oleh karena itu, pemberantasan KST patut dijadikan fokus utama bagi aparat yang bertugas di Papua. Setelah dibentuk Satgas Nemangkawi yang terdiri dari gabungan anggota TNI dan Polri, mereka langsung bergerak cepat untuk memberantas KST hingga ke markasnya. Tujuannya agar anggota organisasi teroris ini cepat tertangkap.
Aparat juga melakukan baku tembak dengan anggota KST di kawasan bandara, tanggal 4 juni 2021. Kontak senjata ini dilakukan setelah mereka tega membunuh seorang kepala desa dan 4 anggota keluarganya. Belum ada keterangan lebih lanjut dari kejadian ini karena masih belum selesai.
Masyarakat sangat miris pada perbuatan anggota KST yang terus melakukan kekejaman, seolah-olah kecanduan untuk membunuh orang lain. Padahal seorang kepala desa tentu berstatus sebagai warga asli Papua, tetapi mereka tega untuk menembak saudara sesukunya sendiri. Sungguh biadab.
Selain aparat, warga sipil juga bekerja sama untuk menumpas KST. Mereka bersinergis dan kompak agar organisasi teroris itu cepat dibubarkan. Komunitas Melanesian Clan menyatakan dukungannya pada aparat untuk terus membasmi KST, karena mereka terus meresahkan masyarakat.
Selain pemuda Papua, ibu-ibu dan elemen masyarakat lain juga mendukung pemberantasan KST. Mereka langsung memberi informasi ketika ada aktivitas yang mencurigakan, sehingga saat ada ancaman KST akan dicegah oleh aparat. Selain itu, warga sipil juga kompak untuk tidak mau bekerja sama maupun menyembunyikan anggota KST dari kejaran aparat.
Ketika ada sinergi dari masyarakat dan aparat, maka kita optimis KST akan lekas dibubarkan. Karena warga sipil mengerti lika-liku daerah Papua dan menjadi informan aparat, ketika mereka melakukan penelusuran untuk menemukan markas KST. Semoga KST segera diberangus agar tidak meresahkan masyarakat.
)* Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Gorontalo