Apresiasi Tindakan Terukur Apkam Terhadap Markas KST Papua Sepanjang Tahun 2023
Sepanjang tahun 2023, pihak pasukan gabungan TNI dan Polri telah berhasil menguasai 42 tempat yang dijadikan sebagai markas Kelompok Separatis Teroris Papua (KST Papua). Selain markas, aparat keamanan juga berhasil menyita puluhan pucuk senjata api beserta ribuan amunisi milik KST Papua. Hal ini menandakan bahwa aparat keamanan telah berhasil dalam menjalankan tugas guna memberantas dan menindak tegas para anggota KST Papua.
Kepala Satuan Tugas (Kasatgas) Damai Cartenz, Kombes Pol Faizal Ramadhani mengatakan bahwa pihaknya telah berhasil menduduki atau menguasai sebanyak 42 titik markas KST Papua di beberapa wilayah hukum Polda Papua dan berhasil menyita puluhan pucuk senjata api berbagai jenis dari KST Papua.
Selama penggeledahan, Kombes Pol Faizal Ramadhani berhasil menemukan dan menyita sejumlah senjata api dengan total 32 pucuk senjata api berbagai jenis, 1.279 butir amunisi, 25 unit magazen, 107 alat komunikasi, 31 bilah senjata tajam, serta 334 atribut KST Papua dari 42 markas tersebut.
Lebih lanjut, Kombes Pol Faizal Ramadhani mengatakan bahwa terhitung dari Januari hingga akhir Desember 2023, penegakan hukum yang dilakukan TNI-Polri menewaskan sebanyak 19 anggota KST Papua. Sedangkan, untuk total korban meninggal dalam peristiwa di Papua baik dari aparat TNI-Polri maupun warga sipil mencapai 60 orang, yang terdiri dari 20 prajurit TNI, tiga anggota Polri, dan 37 masyarakat sipil.
Kemudian, serangkaian kejadian yang melibatkan KST Papua mengakibatkan korban luka-luka sebanyak 84 orang yang terdiri dari 24 prajurit TNI, tujuh anggota Polri, 50 masyarakat sipil, dan tiga orang anggota KST Papua itu sendiri. Kombes Pol Faizal memerinci bahwa gangguan keamanan yang dilakukan oleh KST Papua terdiri dari 20 kontak tembak, dua penyerangan pos, 19 bunyi tembakan, dan 39 penembakan, 16 penganiayaan berat, lima kasus penganiayaan ringan, lima pembunuhan, 32 pembakaran, dan 52 gangguan lainnya.
Diketahui sebelumnya, KST Papua telah melakukan penyerangan secara tiba-tiba ke arah Pos Bousha sebanyak 10 kali tembakan dari arah depan Pos Satgas Pamtas. Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Brigjen Nugraha Gumilar mengatakan bahwa aparat gabungan masih terus menyisir rute Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) atau KST Papua yang menyerang prajurit Batalyon Infanteri (Yonif) 133/Yudha Sakti di Distrik Aifat Selatan, Kab. Maybrat, Papua Barat Daya. Pengejaran dan penyisiran dilakukan melalui rute pelolosan KST papua di wilayah sekitar Distrik Aifat Utara dan Aifat Selatan yang menjadi area pergerakan mereka.
Serangan tersebut mengakibatkan dua prajurit terkena tembakan, satu diantaranya gugur. Prajurit atas nama Pratu Frengky Gulo mengalami kritis akibat serangan. Sementara itu, prajurit atas nama Kopda Hendrianto gugur.
Sementara itu, Tokoh Muda Papua, Ali Kabiay mengatakan bahwa pihaknya mengapresiasi jajaran TNI dan Polri yang sudah berhasil menguasai markas dan menyita sejumlah senjata api milik KST Papua. Ali Kabiay yang merupakan Sekretaris Barisan Merah Putih RI-Papua juga mengatakan bahwa pemberantasan anggota KST Papua sepanjang tahun 2023 ini patut diapresiasi.
Seperti yang diketahui, dari tahun ke tahun teror yang dilakukan KST Papua semakin brutal dan menjadi sumber konflik yang harus diberantas. Eksistensi mereka sudah membuat masyarakat sipil menjadi sengsara dan terus menjalani hidup dalam kekhawatiran. Kekerasan maupun pembantaian yang mereka lakukan wajib untuk diperangi.
Para aparat gabungan tidak boleh berhenti melakukan pengejaran terhadap para anggota KST Papua dan menggempur markas mereka yang berada di tengah hutan. Bahkan, di mana ada markas baru, para aparat keamanan harus langsung segera melakukan penggempuran.
Di sisi lain, sudah saatnya bagi masyarakat ikut turut berperan dalam memberantas KST Papua yang selalu membuat kekacauan di Bumi Cenderawasih dan melakukan berbagai aksi teror terhadap warga sipil yang tidak bersalah. Masyarakat harus bersatu dalam menjaga keamanan dari serangan para anggota KST Papua.
Tidak hanya secara fisik, KST Papua juga melakukan aksi teror dengan memprovokasi masyarakat Papua agar melawan Pemerintah. Masyarakat tidak boleh terpengaruh atas propaganda dan hoaks yang sengaja dibuat oleh anggota KST Papua. Selain itu, masyarakat harus memberanikan diri melawan dan melaporkan keberadaan KST Papua secara langsung kepada aparat keamanan di wilayangnya masing-masing.
Dengan demikian, apabila kolaborasi antara aparat keamanan dengan masyarakat dilakukan untuk menumpas KST Papua maka pengamanan di wilayah tersebut akan semakin membaik dan ke depannya masyarakat Papua dapat beraktivitas kembali dengan penuh kedamaian tanpa dihantui aksi teror KSTP. Kehidupan warga Papua pun akan lebih Makmur dan sejahtera karena tidak adanya penghalang bagi pertumbuhan dan pembangunan Tanah Papua.
*) Penulis merupakan mahasiswa Universitas Cendrawasih