Asian Games 2018 Tidak Akan Mengganggu Perekonomian Negara
Oleh : Steven Sulu )*
Asian Games Jakarta-Palembang 2018 memiliki jumlah sponsor yang jauh lebih banyak dibandingkan Asian Games Incheon 2014. Total sponsor mencapai Rp 780 miliar, hampir dua kali lipat dari target yang sebelumnya di tetapkan. Sebelumnya PanitiA Penyelenggaraan Asian Games 2018 (Inasgoc) hanya menargetkan penerimaan sponsor sebesar Rp 300 miliar.
Artinya penerimaan bantuan dari sponsor lebih banyak 160 persen dari target yang ditentukan sebelumnya. Ketua Inasgoc Erick Thohir mengatakan sejak persiapan Asian Games, Inasgoc sudah mendapatkan 43 mitra sponsor.
Sebanyak 22 sponsor sudah menekan perjanjian pada Jumat, (6/7) lalu. Tiga diantara 22 sponsor tersebut menjadi sponsor utama Asian Games 2018, yakni Mastercard, Tanoto Foundation dan Aice. Selain tiga sponsor tersebut Aqua dan Samsung juga akan menjadi sponsor utama Asian Games 2018.
Hingga saat ini, sebanyak 33 perusahaan resmi telah tercatat sebagai sponsor resmi Asian Games 2018. Sponsor tidak hanya memberikan bantuan berupa dana tunai tapi juga non tunai atau ‘value in kind’ (VIK). Bantuan VIK ini mencapai Rp 869 miliar yang terdiri antara lain penyediaan jaring WiFi, bus Transjakarta dan asuransi.
Maka totalnya Inasgoc menerima bantuan sponsor sekitar Rp 1,8 triliyun. Padahal sebelumnya Inasgoc menargetkan hanya sebesar Rp 1,5 triliyun. Selain sponsor utama Inasgoc memiliki 22 mitra pendukung, antara lain, PT Adhi Karya, PT Waskita Karya, PT Wijaya Karya, Bank Tabungan Negara, Perusahaan Gas Negara, Asuransi Jiwasraya, PT Transportasi Jakarta, Martha Tilaar, PT Coca Cola Distribution Indonesia dan Combiphar.
Kerja keras pemerintah dan Inasgoc untuk menyukseskan Asian Games 2018 tentu pantas mendapat apresiasi. Besarnya penerimaan bantuan tunai maupun non-tunai dari sponsor membantah Asian Games 2018 menghabiskan anggaran negara.
Pemerintah dan Inasgoc melakukan berbagai cara agar dapat mensukseskan Asian Games 2018 tanpa harus membebani keuangan negara. Inasgoc bahkan berhasil mengurangi beban biaya selama penyelenggaraan dengan menggandeng PT Astra International yang akan menyediakan kendaraan operasional pada Asian Games 2018 nanti.
Dengan banyaknya kehadiran sponsor utama tentu membantu pemerintah dalam menggelar Asian Games 2018. Sponsor memperkecil beban pemerintah. Dengan adanya tambahan dana dari sponsor anggaran Asian Games menjadi Rp 6 triliyun lebih dari yang sebelumnya hanya sekitar Rp 5,2 triliyun.
Dana yang digunakan pemerintah lebih banyak digunakan untuk pembangunan infrastuktur yang memiliki manfaat jangka panjang. Sementara itu proses penyelenggaran lebih banyak ditanggung oleh sponsor. Pembangunan stadion dan venue dapat digunakan setelah Asian Games 2018 usai.
Stadion dan venue-venue tersebut dapat digunakan oleh berbagai cabang olahraga untuk menggelar event internasional masing-masing. Begitu pula dengan berbagai fasilitas lainnya seperti Athlete Village yang dapat digunakan untuk ajang-ajang internasional selanjutnya.
Inasgoc sudah melakukan penghematan dari anggaran yang diajukan sebelumnya sebesar Rp 8 triliyun. Dengan adanya bantuan sponsor anggaran Asian Games semakin mendekati dengan dana yang sebelumnya diajukan.
“Kita harus jaga jangan sampai kita efisien tetapi standarnya tidak baik. Ini yang terus kami kawal dan Insyaallah kami kerja keras untuk itu,” kata ketua Inasgoc Erik Thohir, Jumat (6/8) lalu.
Dengan adanya bantuan sponsor ini maka penyelenggara Asian Games juga dapat menekan harga sewa usaha kecil-menengah yang ingin menjajakan produknya di berbagai event Asian Games 2018 nanti. Para pelaku usaha kecil-menengah cukup merogok kantong sebesar Rp 1-5 juta untuk dapat menjajakan barang dagangannya di sekitar arena laga.
Sehingga Asian Games Jakarta-Palembang tidak hanya sebagai ajang promosi Indonesia ke dunia luar. Tapi juga menggerakan perekonomian masyarakat terutama di level kecil-menengah. Inasgoc juga akan menggelar ‘pasar rakyat’ sepanjang penyelenggaraan Asian Games di berbagai tempat salah satunya kawasan Monas.
Tidak ada keluhan dari peserta Asian Games di test-event bulan Febuari lalu. Semuanya puas dengan infrastruktur dan fasilitas yang disediakan pemerintah. Artinya penggunaan anggaran berjalan dengan sangat efektif dan efesien. Semuanya dialokasikan sesuai dengan kebutuhan yang ada.
Tidak ada anggaran yang terbuang percuma seperti Asian Games 2014 lalu di Korea Selatan. Asian Games yang digelar di Incheon tersebut menghabiskan anggaran mencapai Rp 20 triliyun. Tapi memiliki sponsor yang lebih sedikit dan penggunaan anggarannya pun terlalu berlebihan.
Asian Games Korea Selatan 2014 lalu tidak berhasil menyedot ketertarikan warganya untuk menontong langsung setiap pertandingan yang digelar. Sehingga penyelenggara tidak banyak mendapatkan penerimaan dari penjualan tiket.
Asian Games Incheon lebih fokus pada infiltrasi budaya Korea habis-habisan. Mereka tidak berusaha untuk menggerakan perekonomian rakyat kecil-menengah. Promosi kebudayaan ini memang wajib di tiru oleh Indonesia tapi tidak perlu hanya memfokuskan hal tersebut. Karena Asian Games 2018 nanti juga harus memberikan manfaat bagi rakyat Indonesia
)* Penulis adalah Mahasiswa Universitas Nusa Cendana Kupang.