Barisan Nasional Dukung Jokowi
Penulis : Ahmad Harris*
Menjelang pelaksanaan kontestasi politik Pilpres 2019, berbagai pihak mulai menyatakan dukungan kepada pasangan calon yang dianggap layak memimpin. Adapun dukungan tersebut sering kali dilatarbelakangi adanya kesamaan visi misi dan tujuan kelompok tersebut dengan visi misi pasangan calon yang didukung. Salah satu kelompok yang belakangan baru menyatakan dukungan kepada salah satu paslon ialah Barisan Nasional.
Barisan Nasional merupakan kelompok para eksponen kelompok nasionalis Indonesia yang bersatu untuk mendukung pasangan calon Jokowi-KH. Ma’ruf Amin. Barisan Nasional dipimpin oleh Theo L. Sambuaga bersama jajarannya seperti Ugik Kurniadi, Agung Laksono, Ahmad Basarah dan Awang Faroek Ishak. Adapun anggotanya merupakan gabungan dari GMNI, Gerakan Pemuda Marhaenis, Wanita Demokrat dan komunitas nasionalis lainnya. Kelompok tersebut hadir sebagai jawaban atas keresahan Indonesia atas upaya mencoba mengganti ideologi Pancasila akhir-akhir ini, khususnya berkenaan dengan Pilpres.
Barisan Nasional meyakini bahwa bangsa Indonesia saat ini menghadapi kekuatan dari dalam negeri dan luar negeri yang berupaya mengubah ideologi Pancasila dengan deologi impor yang mengusung perbedaan sebagai alat untuk memperlemah persatuan dan gotong royong. Di samping itu, praktik intoleransi yang ada di Indonesia juga menjadi fokus dari kelompok Barisan Nasional agar dapat diselesaikan dengan baik tanpa menimbulkan konflik baru. Berdasarkan keinginan dan tujuan tersebut, Barisan Nasional melihat pasangan calon Jokowi-Ma’ruf Amin adalah kelompok ideal yang dapat memberangus gangguan terhadap ideologi Pancasila.
Sementara itu, dalam Pilpres 2019, Barisan Nasional mencium pihak lain dalam kontestasi politik ini justru menjadi bagian dari mengganggu ideologi Pancasila. Permainan narasi kebencian dan kabar bohong menjadi ciri bahwa ada pihak lain yang ingin memecah belah negara secara sengaja. Kondisi ini juga yang mendorong Barisan Nasional untuk meneguhkan dukungan terhadap Jokowi dan Kyai Ma’ruf Amin. Namun demikian, apakah deklarasi Barisan Nasional berdampak signifikan terhadap Jokowi, khususnya berkaitan dengan penguatan ideologi bangsa?
Barisan Nasional terdiri dari kaum-kaum intelektual dan berpengaruh yang memiliki rasa cinta tanah air yang sangat tinggi. Anggota dari barisan ini pun sangat kredibel dan memiliki kompetensi dalam mengelola negara sesuai prosedur hukum yang berlaku tanpa abai terhadap Pancasila sebagai dasar dari seluruh pengelolaan negara ini. Sebut saja, Theo L. Sambuaga yang pernah menjadi Menteri Tenaga Kerja dalam masa kepemimpinan Soeharto. Deklarasinya untuk mendukung Jokowi dapat dikatakan berasal dari keinginan untuk mencegah terpilihnya Prabowo Subianto sebagai kandidat yang ingin mengembalikan kejayaan orde baru.
Belum lagi, Ahmad Basarah yang saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia. Beliau dalam beberapa kesempatan selalu menulis dan aktif menyuarakan betapa pentingnya Pancasila sebagai dasar dalam mengelola negara ini. Tak heran jika saat ini, ia merapatkan dukungan kepada Jokowi sebagai bentuk pencegahan terhadap upaya penggantian ideologi Pancasila dengan ideologi impor berkedok agama yang dikemas dalam kontestasi politik Pilpres 2019.
Hadirnya Barisan Nasional beserta para anggotanya yang memiliki kompetensi dan keahlian dalam mengelola negara, memperkuat posisi Jokowi dalam Pilpres 2019. Kondisi ini menegaskan bahwa Jokowi didukung oleh masyarakat dari berbagai kalangan, baik itu kalangan religius, nasionalis, hingga milenial. Melalui dukungan ini pula, dapat ditegaskan bahwa Jokowi merupakan pemimpin yang dapat mewakili keinginan seluruh elemen masyarakat di Indonesia. Di atas kedua hal tersebut, kehadiran Barisan Nasional dalam kubu Jokowi, menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia semakin erat dalam bersatu melawan pengaruh ideologi impor berbasis agama. Tidaklah berlebihan untuk menilai bahwa Pilpres 2019 ini bukan hanya pertarungan antara dua pasangan calon, tetapi juga pertandingan antara ideologi Pancasila dan ideologi impor berkedok agama.
* Mahasiswa FISIP Universitas Dharma Agung