Belajar Dari Pilkada Jakarta: Perlunya Kedewasaan Masyarakat Menghadapi Tahun Politik
Oleh: Adi Ginanjar )*
Tahun 2017 adalah tahun-tahun dimana terjadi banyak sekali peristiwa-peristiwa yang menghebohkan. Peristiwa yang paling sering dan mudah dijumpai adalah merebaknya isu-isu SARA yang perlahan menjadikan Indonesia terkotak-kotak. Isu-isu SARA ini menyebar dengan cepat dan menjadi buah bibir secara luas di Indonesia karena di zaman digital ini informasi bisa menyebar dengan menggunakan berbagai sosial media. Banyaknya aksi-aksi yang mengatasnamakan agama belakangan adalah bukti nyata bahwa isu-isu ini kemudian dapat dijadikan alat penggerakan massa.
Entah apa yang menjadi penyebab isu-isu semacam ini merebak beberapa tahun belakangan, padahal bila ditilik lebih ke belakang tak pernah ada isu-isu SARA yang sebesar ini. Hal ini kemudian menstimulus pertanyaan, Mengapa muncul dengan mendadak dan melibatkan massa dalam jumlah besar?. Isu ini mulai masif dan menyebar luas sejak Pilkada DKI Jakarta setahun silam yang kemudian menimbulkan pertanyaan soal maksud dan tujuannya.
Dengan kata lain, kemungkinan ada yang memanfaatkan dan isu-isu semacam ini dan sengaja untuk disebarluaskan secara masif dengan motif politik yang secara tidak langsung menimbulkan kerugian bagi pemerintah. Kerugian tersebut meliputi aspek finansial dan terganggunya program-program pemerintah karena pergerakan massa yang masif ini tentunya akan membuat pemerintah menyiapkan perhatian khusus dan anggaran pengamanan yang tak sedikit. Selain itu, dampak dari isu-isu SARA ini adalah kembali digunakanya politik sektarian atau politik identitas berbasis agama sebagai referensi publik dalam politik elektoral.
Tak hanya sampai disitu, isu-isu yang muncul telah cukup meresahkan masyarakat dan telah menjadi perdebatan publik dengan berbagai spekulasi yang menyebabkan terjadinya konflik horizontal. Eksploitasi agama dalam kepentingan politik telah menggiring terciptanya sentimen SARA yang berujung pada kebencian, kekerasan dan bahkan radikalisme sehingga berpotensi memecah belah persatuan bangsa. Hal ini tentunya harus dan wajib segera dihentikan agar tak mengganggu kepentingan nasional.
Bersiap menghadapi tantangan 2018
Jika memang benar isu-isu SARA yang merebak beberapa tahun belakangan memiliki tujuan politik praktis, kita sebagai warga negara Indonesia harus waspada terhadap hal ini mengingat 2018 adalah tahun politik. Tahun 2018 adalah tahun politik, di mana pemberitaan akan banyak dihiasai oleh berita-berita politik dan kooptasi kepentingan, mobilisasi massa dan kekerasan juga dimungkinkan terjadi karena dampak dari pemberitaan dan cara kerja jurnalis di lapangan. Jika ditahun sebelumnya yang pilkada di satu daerah saja bisa sebesar ini, maka tentunya ada kekhawatiran di tahun politik ini akan terjadi sesuatu yang lebih besar mengingat pesta politik akan dilakukan di 17 provinsi secara serentak.
Kita harus belajar dari tahun-tahun politik sebelumnya, dimana hegemoni kepentingan politik telah membuat banyak masyarakat umum dan para jurnalis menjadi bimbang di persimpangan jalan. Sehingga tidak sedikit orang yang terseret dalam arus keberpihakan dan kepentingan politik dan hal ini sangat menguntungkan pihak-pihak tertentu yang berkepentingan. Dampak nyatanya adalah maraknya perdebatan-perdebatan di dunia maya yang tak lain dan tak bukan mengangkat isu SARA. Dalam perdebatan ini, tak jarang juga ada oknum yang juga menjelek-jelekkan pemerintah sehingga makin nyata bahwa banyak orang yang dimanfaatkan untuk tujuan politik dalam hal ini.
Keberhasilan politik sektarian dalam Pilgub DKI Jakarta besar kemungkinan akan direplikasi dalam Pilkada di wilayah lain. Pilkada serentak Juni 2018 nanti juga tak bisa dipungkiri secara tak langsung akan terkait dengan Pileg dan Pilpres 2019. Hal ini karena, secara umum banyak parpol yang mengusung bakal calon kepala daerah akan memandang kemenangan Pilkada ini sebagai fondasi untuk sukses dalam Pileg dan Pilpres 2019. Semakin banyak menguasai kepala daerah dianggap langkah strategis parpol guna mobilisasi suara dalam pemilu, karena dengan jabatan kepala daerah kapasitas untuk mobilisasi dukungan elektoral lebih maksimal. Hal tersebut tentunya berkemungkinan menjadikan di tahun politik 2018 ini akan lebih marak dan masif isu-isu SARA bermuatan politik ini.
Tahun 2018 bukan hanya tahun politik
Di tahun 2018 ini sebenarnya tak hanya milik politik saja, melainkan akan ada perhelatan ASIAN Games 2018. Sukses atau tidaknya ASIAN Games ini akan menjadi tolok ukur dan acuan penilaian masyarakat dunia khususnya Asia mengenai kualitas Indonesia sebagai tuan rumah. Selain itu, Asian Games ini sebenarnya dapat dijadikan momentum untuk mempromosikan Indonesia di mata dunia Internasional guna mendongkrak sektor pariwisata dan juga menarik minat para investor asing untuk berinvestasi di Indonesia.
Hal tersebut tentunya akan sangat bertolak belakang jika masyarakat Indonesia hanya berkutat dengan isu-isu SARA. Seharusnya masyarakat Indonesia jangan mau terkotak-kotak oleh isu semacam ini. Perhelatan ASIAN Games yang juga akan dihelat di tahun 2018 ini tentunya akan lebih baik jika didukung oleh masyarakat Indonesia secara luas. Jika perhelatan ini berlangsung lancar, baik, maksimal dan diramaikan dengan antusias tinggi oleh masyarakat Indonesia tentunya akan memberi citra positif bagi Indonesia di mata Dunia. Dukungan dari masyarakat Indonesia itu tak hanya untuk pemerintah sebagai penyelenggara, tetapi juga para atlet yang nantinya akan unjuk gigi pada perhelatan ini. Setiap doa dan dukungan moril bagi para atlet juga pastinya akan meningkatkan dan mengobarkan semangat meraih prestasi dan mengharumkan nama Indonesia pada perhelatan ini.
Oleh karena itu, kita sebagai masyarakat Indonesia harus sadar dan waspada serta jangan mau termakan oleh isu-isu yang bersifat SARA dan berpotensi memecah persatuan. Masih banyak hal-hal positif yang bisa dilakukan daripada hanya berfokus pada pengkotak-kotakan akibat isu SARA, yakni salah satunya adalah membantu mensukseskan ASIAN Games 2018. Sudah waktunya bersifat dingin terhadap isu-isu berbau SARA dan mulai membuka mata guna membantu memajukan Indonesia walau hanya dilakukan melalui handphone. Jangan tanyakan apa yang negara ini berikan padamu, tapi tanyakan pada dirimu apa yang kau berikan bagi negara ini. Jika saat ini para atlet Indonesia bersiap untuk mengikuti ASIAN Games dan berupaya menjuarainya agar nama Indonesia harum, maka paling tidak mari kita dukung mereka dan pemerintah sebagai penyelenggara ASIAN Games agar nama baik Indonesia tetap terjaga.
)* Penulis adalah Kontributor Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia (LSISI)