BEM UI Dimanfaatkan Kelompok Kepentingan
Oleh : Muhamad Yasin )*
Kritikan pedas ketua BEM UI kepada Presiden Jokowi di media sosial menghebohkan publik, karena mereka mengeluarkan statement tanpa bukti yang jelas. Lantas muncul dugaan bahwa ada kelompok kepentingan yang menyetir para mahasiswa, agar mereka menyerang pemerintah. Tujuannya agar sang dalang bersembunyi sementara mahasiswa yang melakukan aksinya.
Mahasiswa adalah agen perubahan. Statement ini lekat dari tahun ke tahun, sehingga status mahasiswa dianggap cukup penting di mata masyarakat. Mereka dianggap brilian, terutama sejak runtuhnya orde baru, karena berani mendobrak sesuatu yang ditakuti oleh masyarakat dan membuat perubahan drastis bagi masa depan Indonesia.
Akan tetapi saat ini mahasiswa agak berubah dan sayangnya tidak ke arah positif. Hal ini terlihat ketika akun media sosial BEM UI mengunggah foto hasil editan Presiden Jokowi yang disertai dengan caption menusuk. Mereka menuduh presiden macam-macam dan merasa kurang puas dengan kinerja beliau.
Ungkapan BEM UI bagaikan petir di siang bolong. Bahkan masyarakat menganggapnya sebagai usaha untuk mencari perhatian agar viral. Mahasiswa benar-benar berubah, dari agen perubahan menjadi hanya sekadar status pelajar yang belajar di universitas. Penyebabnya karena mereka menyerang presiden terang-terangan tanpa ada data dan data. Seharusnya sebagai mahasiswa mereka berpikir secara dewasa.
Rudi S Kamri, Direktur Eksekutif Kajian Anak Bangsa menyatakan bahwa para mahasiswa yang tergabung dalam BEM UI hanya dimanfaatkan dan disetir oleh kelompok tertentu. Julukan buruk yang diberikan kepada presiden tidak berdasarkan logika yang benar. Dalam artian, mereka bicara seenaknya tanpa mencari dasarnya terlebih dahulu. Padahal sebagai mahasiswa seharusnya melakukan riset agar tidak terjerumus seperti ini.
BEM UI jadi emosi ketika diprovokasi oleh kelompok kepentingan, lalu memviralkan statement buruk tentang presiden. Padahal sebagai mahasiswa yang sudah berusia dewasa, mereka mengedepankan logika, bukan emosi. Jika selalu sumbu pendek maka bagaimana masa depan Indonesia? Ketika para calon pemimpin bangsa malah mudah diprovokasi dan terbawa emosi.
Seharusnya BEM UI mencari tahu apa motif dari oknum kelompok kepentingan tersebut, mengapa sampai menghasut lalu ingin agar citra bapak Jokowi jadi menurun. Bukannya terpengaruh lalu mengeluarkan pernyataan kontroversial di media sosial. Presiden sendiri santai ketika ada kritik dari mahasiswa, padahal mereka bisa saja dijerat UU ITE dan pasal penghinaan presiden.
Ada rumor bahwa tanggal 5 juli 2021 akan diadakan demo mahasiswa lagi, yang diprakarsai oleh BEM UI, dan diduga akan dibonceng oleh kelompok kepentingan. Meski baru desas-desus tetapi wajib diwaspadai, karena biasanya mendekati kebenaran. Demo yang berjudul ‘mahasiswa bergerak’ tentu wajib diwaspadai oleh semua orang.
Kewaspadaan akan demo meningkat karena tanggal itu masih PPKM mikro darurat. Aparat akan diturunkan ke jalan untuk menghalau, berjaga-jaga jika ternyata benar ada unjuk rasa mahasiswa. Jika ada yang nekat melakukan aksi, tentu akan langsung disuruh pulang ke rumah atau kos-kosan.
Pelarangan ini jangan dilihat sebagai pemberangusan demokrasi dan jangan digoreng menjadi berita negatif. Penyebabnya karena saat ini masih pendemi, sehingga takut ada klaster corona baru. Kelompok kepentingan juga dijaga agar jangan menyetir dan memprovokasi demo mahasiswa dan akhirnya membuat kerusuhan, khususnya di dekat istana negara.
BEM UI seharusnya melakukan evaluasi, mengapa mereka dicerca masyarakat setelah melayangkan kritik pada Presiden Jokowi. Penyebabnya karena statement yang viral di media sosial itu tidak berdasarkan data yang valid. Sebagai mahasiswa seharusnya mengutamakan logika dan jangan mau disetir oleh oknum. Jangan sampai mereka terprovokasi oleh kelompok kepentingan sehingga merugikan diri sendiri.
)* Penulis adalah warganet tinggal di Bogor