Berantas Hoax, Wujudkan Cita-Cita Bangsa
Oleh : Gerry Katon Mahendra
Bulan ini, tepatnya tanggal 17 Agustus 2019 bangsa Indonesia merayakan ulang tahun kemerdekaan yang ke-74 tahun. Suatu fase usia yang tidak dapat dikategorikan muda, melainkan layak untuk dimaknai sebagai fase usia kematangan bagi suatu bangsa. Bukan suatu kebetulan jika pada usianya yang ke-74 tahun ini bangsa Indonesia telah mengalami berbagai dinamika yang silih berganti, baik dinamika berorientasi positif maupun negatif. Tercatat setidaknya terdapat tiga peristiwa besar yang menghiasi rentang usia bangsa Indoneisa, mulai dari peristiwa G30S PKI pada rentang waktu 1960-an, unjuk rasa besar-besaran yang berujung pada lengsernya Presiden Soeharto pada akhir tahun 1990-an, dan kembalinya mandat, dimana rakyat diberikan kepercayaan penuh untuk memilih Presiden secara langsung pada awal tahun 2000-an.
Tiga peristiwa besar tersebut yang pada akhirnya turut berperan terhadap arah dan wajah kondisi Indonesia saaat ini. Terbaru, kita semua baru saja merampungkan salah satu hajat besar Pemilu Presiden yang turut menguras energi seluruh elemen bangsa. Menariknya, Pemilu Presiden kali ini turut ditandai dengan masifnya penyebaran berita hoax yang menyerang kedua kubu yang berkontestasi. Dalam pengertian sederhana menurut KBBI hoaks (hoax) diartikan sebagai berita bohong. Gambaran sederhana, selama bulan April 2019 saja sudah tercatat sebanyak 486 informasi hoax berhasil diidentifikasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kementerian Kominfo). 209 diantaranya merupakan informasi hoax yang berasal dari kategori politik jelang dan pasca Pemilu.
Secara operasional, masifnya penyebaran berita hoax tentu sangat meresahkan masyarakat, tidak hanya berpotensi membuat informasi menjadi kabur dan salah, juga berpotensi memicu terjadinya perpecahan bangsa. Beberapa peristiwa politik tersebut, beserta ragam cerita didalamnya seharusnya mampu menjadi bahan pembelajaran yang baik untuk menatap dan merealisasikan cita-cita masa depan bangsa Indonesia, baik jangka pendek (lima tahun mendatang) maupun jangka panjang. Berkaca dari situasi politik negara yang saat ini sudah relatif mencair dan kondusif, sudah saatnya kita alihkan energi bangsa dalam memaknai dan merefleksikan kemerdekaan yang ke-74 untuk diisi dengan rumusan-rumusan yang inovatif.
Hal tersebut juga sejalan dengan semangat revolusi industri 4.0, dimana hampir setiap negara di seluruh belahan bumi merasakan efeknya. Berbicara mengenai revolusi industri 4.0, konsep tersebut pertama kali dicetuskan oleh sekelompok perwakilan ahli berbagai bidang asal Jerman, pada tahun 2011 lalu di acara Hannover Trade Fair. Dipaparkan bahwa industri saat ini telah memasuki inovasi baru, dimana proses produksi berbagai aspek mulai berubah pesat. (Listhari Baenanda, binus.ac.id).
Empat Modal Utama
Lantas, dimanakah posisi Indonesia dalam memaknai Revolusi Industri 4.0 ? Sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia, tentu saja Indonesia sangat berpotensi memainkan berbagai macam peran strategis dalam menyambut era baru tersebut demi kemajuan bangsa. Sumber daya alam, sumber daya manusia, letak geografis, dan penguatan kultur masyarakat merupakan empat modal awal mengimplementasikan Revolusi Industri 4.0 sekaligus mengawal cita-cita bangsa lima tahun kedepan. Sumber daya alam, negara kita sudah sangat elok termasyhur memiliki berbagai potensi sumber daya alam. Sebagai gambaran, dari catatan lembaga pemerintah AS, yang mempunyai fokus di bidang Geologi (US Geological Survey), menunjukkan bahwa Indonesia menjadi salah satu negara yang mempunyai produksi dan cadangan bahan tambang terbesar di Dunia. Per 2014, dari segi cadangan SDA, Indonesia mempunyai cadangan timah terbesar kedua (2) sedunia, emas (6), dan energi panas bumi (1). Sedangkan dari sisi produksi, negara kita merupakan penghasil nikel terbesar ketiga di dunia, bauksit (2), gas (9), batubara (6), crude paint oil (1) (lipi.go.id, 2015).
Sumber daya manusia, dengan jumlah penduduk mencapai 267 juta jiwa sudah lebih dari cukup untuk bersama-sama dimanfaatkan kearah yang lebih produktif. Terlebih lagi, Indonesia saat ini sedang menikmati masa bonus demografi di mana jumlah penduduk usia produktif lebih banyak dari usia tidak produktif, yakni lebih dari 68% dari total populasi (katadata.co.id, 2019). Letak geografis, jika dilihat dari sektor teknologi dan ekonomi, dengan posisi Indonesia yang strategis membuat Indonesia dijadikan sebagai jalur perdagangan dunia atau bisa dikatakan Indonesia terletak di persilangan lalu lintas yang ramai. Dengan begitu tentunya dampak positif terhadap perkembangan teknologi dan keadaan ekonomi di Indonesia akan didapatkan (romadecade.org, 2019). Mengenai kultur, meskipun bukan menjadi dengan kultur dan etos bekerja tertinggi diantara negara lain, namun kultur umum yang dimiliki masyarakat Indonesia saat ini diyakini mampu dijadikan modal mumpuni untuk mengawal cita-cita bangsa karena bangsa ini memiliki kultur yang beragam dan memiliki kekhasan yang sangat kuat.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sejarawan sekaligus Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM), Profesor Djoko Suryo “Kita punya kekhasan, Bhinneka Tunggal Ika yang mampu membingkai, membalut, dan mengikat keberagaman” (mediaindonesia.com, 2018). Satu hal lagi mengenai kultur, kita harus mau dan mampu mengakui bahwa masih diperlukan perbaikan kultur masyarakat, dari kultur reaktif menjadi kultur masyarakat antisipatif. Mengapa hal tersebut sangat diperlukan ? berkaca dari apa yang terjadi beberapa tahun belakangan ini, perlu adanya komitmen bersama untuk menangkal penyebaran hoax sedini mungkin. Potensi dan semangat Ke-Bhinneka-an yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, dirasa akan menjadi sia-sia apabila masyarakat masih bersikap reaktif dan tanpa filter dalam menyaring informasi yang diterima. Mengecek kebenaran sumber informasi kejadian, membiasakan diri untuk tidak reaktif dan provokatif dalam merespon suatu kejadian, dan berperan aktif dalam setiap kampanye anti-hoax merupakan beberapa langkah sederhana yang dapat diwujudkan dalam rangka melawan penyebaran berita hoax.
Empat modal diatas, apabila mampu dikelola secara profesional, komitmen kuat, dan berkelanjutan dirasa mampu menjadi “senjata” paling mujarab dalam upaya memaknai, mengawal, dan mengimplementasikan cita-cita bangsa Indonesia lima tahun mendatang dalam bingkai revolusi industri 4.0. Tugas kita semua, baik pemerintah maupun rakyat Indonesia untuk bersama-sama mewujudkan hal tersebut dan momentum kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang ke-74 harus mampu dijadikan tonggak awal untuk melompat lebih jauh agar bangsa kita senantisasa menjadi bangsa yang tumbuh, berkembang, dan berkemajuan seperti apa yang telah dicita-citakan oleh para bapak pendiri bangsa puluhan tahun silam. Mari kita kawal, mari kita bergerak bersama untuk Indonesia yang lebih baik. Jadikan Indonesia ber-SDM unggul menuju cita-cita Indonesia maju ! Merdeka !