Berjuta Manfaat Pertemuan Annual Meeting IMF – World Bank 2018 untuk Indonesia
Oleh: Shenna Faradilla )*
IMF-WB Annual Meetings (AM) adalah pertemuan tahunan yang diselenggarakan oleh Dewan Gubernur IMF dan World Bank. Annual Meetings dilaksanakan setiap tahun pada awal Oktober di headquater IMF-WB di Washington DC, AS selama dua tahun berturut-turut. Sementara untuk tahun berikutnya, Annual Meetings dilaksanakan di negara anggota terpilih. Pertemuan tersebut bertujuan untuk mendiskusikan perkembangan ekonomi dan keuangan global serta isu-isu terkini, antara lain: pengurangan kemiskinan, pembangunan ekonomi internasional dan isu-isu global lainnya.
Pada bulan Oktober 2015, Indonesia terpilih sebagai tuan rumah IMF-WB Annual Meetings 2018 (AM 2018). Pertemuan tahunan International Monetary Fund (IMF) dan World Bank (WB) di Nusa Dua, Bali, mulai digelar sejak Senin 8 Oktober hingga 14 Oktober 2018. Pertemuan ini merupakan salah satu ajang berkelas dunia yang paling besar. Sebanyak 34.000 peserta termasuk Gubernur Bank Sentral dan menteri keuangan dari 189 negara, swasta, lembaga non pemerintah, akademisi, dan media menjadi bagian dalam perhelatan IMF-World Bank Annual Meeting 2018. Melalui momen ini, Indonesia tentu mendapatkan banyak dampak positif sebagai tuan rumah. Seperti yang dikutip dari BI.go.id, ada dua manfaat bagi Indonesia yang bisa didapatkan dari adanya acara IMF yang diselenggarakan di Bali tersebut, yakni manfaat ekonomi jangka pendek dan manfaat ekonomi jangka panjang.
Manfaat Ekonomi jangka pendek dalam penyelenggaraan IMF-WB AM 2018 adalah biaya penyelenggaraan IMF-WB AM 2018 sepadan dengan potensi penerimaan devisa dari kehadiran dan aktifitas tambahan dari seluruh peserta sebelum, selama dan setelah IMF-WB AM 2018. Potensi penerimaan devisa tersebut berasal dari Pertemuan (Private Sector), Transportasi & Akomodasi, Makanan & Minuman, Belanja & Hiburan serta Wisata (Alam & Budaya). Sedangkan Manfaat ekonomi Jangka Panjang yang dapat dihasilkan melalui penyelenggaraan IMF-WB AM 2018, berupa: knowledge-transfer atau pembelajaran mengenai penyelenggaraan international event, laIu ada investasi dan perdagangan dimana makin dikenalnya produk dan peluang investasi serta transaksi perdagangan, dari segi pariwisata yakni dapat meningkatan kunjungan wisatawan ke 10 destinasi utama Indonesia serta dari segi leadership yakni kepemimpinan Indonesia untuk penyelenggaraan international event dan pembahasan isu-isu global.
Walaupun banyak dampak positif atas terselenggaranya event international di Bali tersebut, Namun tetap saja banyak perbincangan yang lagi-lagi menyudutkan pemerintah. Salah satunya adalah tentang besaran anggaran yang digunakan pemerintah untuk menyelenggarakan IMF-WB di Bali dinilai terlalu mewah. Namun, anggapan tersebut tentu dibantah oleh Pemerintah. Panitia pelaksana, mulai dari Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Menteri Kominfo, Menko Kemaritiman dan Menko Perekonomian mengungkapkan telah menggunakan anggaran sehemat mungkin. Pihak panitia juga menegaskan seluruh delegasi yang diundang mengeluarkan biaya akomodasi mulai dari penyewaan kendaraan hingga penginapan ditanggung oleh masing-masing peserta. Hal yang sama juga diungkakan oleh Ketua Panitia Nasioanal Pertemuan tahunan IMF di Bali, Luhut Binsar Panjaitan bahwa estimasi nominal yang terpakai untuk penyelenggaraan adalah Rp 566 miliar. nominal Rp 566 miliar itu murni untuk penyelenggaraan acara yang memang dikeluarkan Indonesia sebagai tuan rumah. Adapun untuk biaya hotel tidak ditanggung oleh tuan rumah, melainkan dari masing-masing partisipan yang telah mendaftar untuk ikut acara ini.
Presiden Jokowi juga ikut menegaskan bahwa sebagian besar anggaran dari pemerintah bukan spesifik untuk acara IMF-WB saja, melainkan dialokasikan untuk pembenahan infrastruktur penunjang di Bali selaku tuan rumah. Dengan demikian, pembenahan infrastruktur itu bukan hanya dinikmati delegasi IMF dan World Bank saja, namun juga oleh masyarakat umum. Jokowi menambahkan, kehadiran partisipan juga diharapkan mendongkrak destinasi wisata di Bali yang otomatis meningkatkan devisa negara. Ia juga mengingatkan bahwa pertemuan itu menjadi incaran sejumlah negara. Artinya banyak negara yang menginginkan pertemuan itu dilaksanakan di negaranya. Sebab, pertemuan seperti itu memberikan banyak keuntungan bagi negara tuan rumah.
Adanya perbincangan lain yang menuding bahwa pemerintah dianggap tidak fokus terhadap penanganan bencana Lombok dan Palu juga ikut menjadi sorotan. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan bahwa pemerintah tentu tetap fokus menangani para korban dan daerah terdampak bencana. Fokus ini tidak berubah meski Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia. Bantuan kemanusiaan tentu tetap dilakukan Pemerintah. Selain itu, Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde juga mengungkapkan, setelah melihat langsung keadaan di Lombok dan Palu, beliau akan meminta uluran tangan seluruh peserta Pertemuan Tahunan. Kesempatan tersebut akan dimanfaatkan sebaik mungkin untuk sama-sama mendukung Indonesia yang dinilai sudah mempersiapkan diri menjadi tuan rumah Pertemuan Tahunan kali ini. Seperti yang diketahui bahwa Anggota IMF sebelumnya telah mengumpulkan dana untuk menyumbang korban bencana di Palu (Sulawesi Tengah) dan Lombok (NTB) sebesar Rp 2 miliar. Sumbangan tersebut akan digunakan untuk penanganan korban gempa dan tsunami di Palu serta perbaikan resort di Lombok.
Kembali Bicara dampak positif, tentunya Indonesia dianggap berhasil dalam mengoptimalkan berbagai potensi wisatanya. Hal tersebut dikarenakan para delegasi/peserta event tersebut membawa pasangan dan keluarganya untuk sekaligus berlibur di Indonesia. Hal ini dibuktikan dari adanya peningkatan pengunaan hotel yang mencapai 15%. Bahkan tidak hanya hotel, sewa mobil pun ikut mendapatkan keuntungan. Selain dampak positif diatas, diketahui bahwa adanya hampir 2.000 jurnalis dari seluruh dunia yang datang ke Indonesia untuk meliput event Internasional yang mana dengan jumlah jurnalis yang demikian besar, akan mendatangkan eksposur yang besar karena bisa dipastikan dunia akan melihat Bali dan Indonesia selama satu minggu di bulan Oktober 2018. Tentunya lagi-lagi hal ini akan menguntungkan Indonesia sebagai tuan rumah. Oleh karna itu, hal Inilah yang menjadi wujud dari besarnya eksposur dan perhatian dunia atas pertemuan Internasional IMF-WBG AM 2018 dengan Indonesia sebagai tuan rumahnya.
)* Penulis adalah Mahasiswi Universitas Serang Raya