Bersama Tangkal Radikalisme Jelang Pemilu 2024
Oleh : Ratih Safira Utami )*
Jelang Pemilu 2024 masyarakat mewaspadai peningkatan radikalisme. Oleh karena itu rakyat Indonesia dihimbau untuk bekerja sama dengan aparat dalam rangka misi pemberantasan radikalisme dan terorisme. Kemudian, radikalisme juga tumbuh di media sosial, sehingga harus diwaspadai.
Pemilu adalah gelaran akbar yang diselenggarakan 5 tahun sekali dan masyarakat menantinya dengan antusias, karena ingin mendapatkan calon pemimpin baru. Sejak era reformasi, rakyat Indonesia dibebaskan untuk memilih calon presidennya sendiri. Pemilu menjadi momen untuk menegakkan demokrasi dan memajukan Indonesia sampai bertahun-tahun ke depan.
Jelang masa kampanye Pemilu masyarakat dihimbau untuk lebih berhati-hati karena ada potensi peningkatan serangan dari kelompok radikal dan teroris. Sosialisasi dilakukan untuk menangkal radikalisme. Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kabupaten Tulungagung, menggelar Sosialisasi Pembinaan Kewaspadaan dan Deteksi Dini Tangkal Radikalisme Menjelang Pemilu Tahun 2024.
Kepala Bakesbangpol Kabupaten Tulungagung Bambang Priono menyatakan bahwa kegiatan sosialisasi dimaksud, untuk meningkatkan koordinasi, sinergitas, dan kerjasama dalam menangkal paham radikalisme, ekstrimisme, berbasis kekerasan yang mengarah kepada aksi terorisme, serta memetakan potensi konflik sosial dan kerawanan sosial dan politik menjelang pemilu serentak tahun 2024.
Adapun tujuan dari sosialisasi ini adalah melakukan identifikasi serta deteksi dini dan cegah dini, potensi ancaman radikalisme, ekstrimisme, dan terorisme, serta meningkatkan pemahaman akan tindak lanjut Perpres 7 tahun 2021, tentang rencana aksi nasional pencegahan dan penanggulangan ekstrimisme berbasis kekerasan yang mengarah pada terorisme tahun 2020-2024.
Tujuan lain dari sosialisasi adalah memetakan potensi konflik, kerawanan sosial dan kerawanan politik serta strategi menciptakan situasi yang aman, nyaman, dan kondusif di wilayah Kabupaten Tulungagung.
Dalam artian, sosialisasi dilakukan untuk mencegah serangan dari kelompok radikal dan teroris. Masyarakat perlu diberi edukasi seperti apa ciri-ciri dari kelompok radikal. Mereka sudah menyebar di tengah masyarakat. Oleh karena itu perlu ada sosialisasi sehingga saat ada gerakan yang mencurigakan bisa langsung dilaporkan ke aparat keamanan.
Masyarakat diharap untuk ikut aktif dalam menangkal radikalisme karena gerakan ini berpotensi menggagalkan Pemilu. Kelompok radikal dan teroris menganggap pemerintah sebagai musuh dan tidak suka akan program-program pemerintah, termasuk Pemilu. Oleh karena itu mereka berusaha agar Pemilu dirusak, dengan cara merencanakan penyerangan atau pengeboman.
Sementara itu, Kasat Binmas Polres Tulungagung AKP Hery Poerwanto, S.H. mengatakan sosialisasi kewaspadaan terhadap faham Radikalisme jelasng Pemilu 2024 dilaksanakan dalam rangka memberikan pemahaman kepada peserta sosialisari terkit konteks rasional terorisme terhadap pelaksanaan Pemilu 2024. Kegiatan ini merupakan upaya membangun personal guna mencegah dan membentengi diri dari pengaruh radikalisme.
Saat ini paham radikalisme dan separatisme banyak dihembuskan oleh kelompok tertentu melalui berbagai elemen. Tujuannya mengubah paham seseorang menjadi radikal. Oleh karena itu sosialisasi perlu diadakan di tempat lain, tak hanya di Jawa Timur tapi juga di seluruh Indonesia. Dengan adanya edukasi ini maka masyarakat akan lebih paham bahaya radikalisme dan terorisme.
Sementara itu, ada sinergi dari pemerintahan dan seluruh elemen masyarakat baik tokoh agama, masyarakat, adat dan pemuda untuk terus berperan aktif guna menangkal penyebaran paham radikalisme. Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi menyatakan pihaknya siap menangkal konten-konten hoaks hingga radikalisme di ruang digital menjelang pelaksanaan Pemilihan Umum serentak 2024.
Menteri Budie melanjutkan, upaya penangkalan konten hoaks diambil Kemenkominfo untuk memastikan berlangsungnya Pemilu yang produktif dan sehat bagi masyarakat Indonesia. Pihaknya akan diskusi dengan banyak pihak untuk mendiskusikan mana yang hoaks, mana yang mengandung narasi-narasi radikalisme.
Ia juga berkomitmen untuk menyiapkan koordinasi lintas kementerian dan lembaga agar konten-konten bermuatan negatif tidak merusak kedamaian di ruang digital menjelang pesta demokrasi di 2024 itu. Salah satunya untuk penanganan konten radikalisme, Budi menyiapkan koordinasi dan diskusi dengan Kementerian Agama.
Esensi pelaksanaan pemilu adalah menyatukan sesama anak bangsa dan memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas demokrasi. Oleh karena itu pemerintah mengajak masyarakat ambil bagian dan berperan untuk menjaga ruang digital yang aman dan sehat dengan membagikan konten-konten yang positif.
Sebaliknya, masyarakat jangan percaya akan hoaks dan propaganda yang beredar di media sosial. Media sosial sengaja digunakan oleh kelompok radikal, sebagai tempat untuk mempopulerkan baik mengenai radikalisme maupun intoleransi.
Kelompok radikal paham bahwa netizen Indonesia suka membuka media sosial setiap hari. Saat buka akun media sosial maka otak dalam keadaan rileks sehingga mudah dipengaruhi. Oleh karena itu masyarakat dihimbau untuk berhati-hati di media sosial dan jangan mudah percaya akan suatu konten.
Masyarakat dihimbau untuk tidak percaya akan hoaks dan propaganda yang beredar di media sosial karena rata-rata dibuat oleh anggota kelompok radikal. Kemudian, mereka juga wajib mengikuti sosialisasi agar paham bahaya radikalisme dan terorisme. Jika ada yang mencurigakan maka bisa cepat dilaporkan ke aparat keamanan untuk ditindaklanjuti.
)* Penulis adalah kontributor Persada Institute