Bersatu Melawan Kelompok Separatis Papua
Oleh : Yemima Yulince Asmuruf)*
Evakuasi korban selamat di Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua berhasil dilakukan oleh Pasukan gabungan TNI-Polri, pada 5 Desember 2018. Pasukan gabungan tersebut berhasil menemukan jenazah sebanyak 15 orang. Jenazah itu merupakan korban dari kekejaman kelompok kriminal separatis bersenjata (KKSB) di Papua.
Aksi yang dilakukan terbilang sadis. Dari keterangan korban selamat, sebenarnya, karyawan Istaka Karya memutuskan untuk tidak bekerja pada tanggal 1 Desember 2018. Hal tersebut dikemukakan pada Kapendam XVII/Cenderawasih Kolonel Infanteri Muhammad Aidi.
Para karyawan memutuskan untuk libur karena telah mengetahui perihal upacara yang akan dilakukan oleh KKSB.
Seperti yang telah diketahui, 1 Desember merupakan hari kemerdekaan Papua Barat yang diklaim oleh kelompok separatis Papua. Acara tersebut dibarengi dengan agenda bakar batu bersama dengan masyarakat setempat. Pada saat itu, ada seorang pekerja PT Istaka Karya yang mengambil gambar dari rangkaian acara tersebut. Lantas, KKSB mendatangi base camp-nya.
Aidi menuturkan bahwa KKSB datang pada pukul 15.00 WIT. Senjata api dan senjata tajam dibawa oleh kelompok yang dipimpin oleh Eiganus Kogoya. Puluhan anggota kelompok memaksa 25 pekerja PT. Istaka Karya untuk keluar dari base camp-nya. Kemudian, seluruh pekerja digiring menuju ke Kali Karunggame dalam kondisi tangan yang terikat. Hingga 2 Desember 2018, para pekerja tidak kunjung dilepaskan. Hingga pukul 07.00 WIT, pekerja dibawa ke puncak dari Bukit Kabo.
Di dalam perjalanan ke Bukti Kabo, puluhan pekerja dimintai untuk berjalan jongkok. Hingga akhirnya, KKSB pun mulai menembaki mereka satu per satu. Akan tetapi sebagian orang hanya pura-pura terkapar di tanah. Sementara, sebagian lainnya langsung tewas di tempat.
Total pekerja yang pura-pura mati ada 11 orang. Namun, lima diantaranya tertangkap saat akan melarikan diri. Eksekusi menggunakan senjata tajam pun tidak terelakkan.
Sementara sisanya berhasil menyelamatkan diri ke arah yang sama, yaitu ke Distrik Mbua. Dua orang diketahui belum dapat ditemukan. Sedangkan empat orang lainnya telah selamat.
Empat orang selamat dibawa ke Pos Batalyon Infanteri (Yonif) 755/Yalet oleh gabungan TNI-Polri. Kemudian, para korban diterbangkan ke Wamena. Prajurit TNI di pos itu memilih untuk mundur mengikuti evakuasi korban.
Pos Yonif 755/Yalet dinilai tidak lagi aman, sebab sempat diserbu oleh KKSB. Jumlah petugas gabungan juga tidak sepadan dengan KKSB yang datang. Dari serangan KKSB, seorang anggota TNI bernama Serda Handoko meninggal, sementara anggota lain yaitu Pratu Sugeng tertembak di lengan. Dan akhirnya jenazah dibawa ke Distrik Kenyam yaitu ibu kota Kabupaten Nduga. Begitu juga korban tertembak, agar diberi penanganan medis.
Dari hasil otopsi pada jenazah Serda Handoko, tim medis AD menemukan luka tembak pada bagian punggung.
Sementara pada tanggal 5 Desember lalu, pasukan gabungan TNI-Polri kembali bergerak ke Distrik Yigi untuk mendatangi lokasi eksekusi pekerja PT Istaka Karya. Dalam penyisiran, ditemukan 15 jenazah yang meninggal dunia di area puncak Kabo. Pasukan juga menemukan seorang korban yang selamat bernama Jhony Arung.
Sebelumnya, pada 3 Desember 2018, nama Jhony Arung dilaporkan oleh pendeta Wihelmus Kogoya sebagai salah seseorang yang hilang. Namun, hingga 6 Desember, identitas 15 korban belum bisa dipastikan. Baru tujuh jenazah yang sudah diidentifikasi. Mereka adalah Agustinus T, Jepry Simaremare, Alpianus, Carly atrino, Muh, Agus, Yousafat, dan Fais Syahputra. Semuanya adalah pekerja PT Istaka Karya.
Namun, petugas belum bisa memastikan seluruh korban adalah karyawan PT Istaka Karya atau bukan. Sebab, sekretaris Perusahaan PT Istaka Karya Kristanto belum bersedia untuk memberikan daftar nama pekerja. Hal tersebut akan diungkapkan dalam rilis resmi setelah jumlah dan identitasnya telah diketahui dengan pasti.
Sekretaris Perusahaan PT Istaka Karya juga menyatakan bahwa hal tersebut dilakukan untuk menjaga perasaan keluarga dari korban. Pasalnya, evakuasi jenazah dilakukan pada hari yang sama (6/12).
Berdasarkan pengamatan fisik, ada beragam luka tembak pada tubuh jenazah. Ada yang tertembak di bagian kepala ataupun dada. Semuanya tertembak pada bagian yang mematikan semua.
Sementara itu, Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian menyatakan bahwa hasil penyelidikan menunjukkan bahwa motif utama dari aksi KKSB adalah ingin menunjukkan eksistensi kelompoknya. Hanya saja, kali ini lebih ekstrem dan berbeda dari perayaan sebelumnya yang hanya mengibarkan bendera saja.
Lalu timbul pertanyaan, mengapa bukan aparat yang disasar, malah menyerang para pekerja. Jawabanya diungkapkan oleh Tito, “Yang diserang biasanya aparat. Kalau aparatnya sulit, ya cari sasaran yang lebih lemah.”
Sementara asal persenjataan, Tito menyebutkan beberapa sumber. Diantaranya hasil rampasan dari anggota TNI atau Polri, senjata selundupan dari perbatasan Papua Nugini, dan sisa persenjatan konflik Ambon. Pasukan gabungan TNI-Polri masih menyelesaikan masalah tersebut.
TNI dan Polri berencana akan membentuk tim keamanan di Papua yang bertugas untuk memastikan pembangunan infrastruktur di Nduga berjalan lancar. Selain itu, seluruh anggota KKSB akan dikejar hingga tertangkap.
Kadivhumas Polri Brigjen M. Iqbal menjelaskan bahwa operasi pengejaran KKSB akan terus dilakukan. Padahal, sebelumnya, Distrik Yigi tergolong sebagai daerah yang aman hingga pimpinan KKSB Egianus Kogoya masuk ke Yigi ketika melarikan diri dari pengejaran TNI dan Polri.
Masuknya KKSB berdampak besar pada kemanan Yigi. Hingga ini, Distrik Yigi menjadi daerah zona merah atau rawan. “Namun, kami akan berupaya menegakkan hukum terhadap mereka,” ungkap mantan Wakapolda Jatim tersebut.
Kebiadaban KKSB memang sudah tidak dapat ditolerir. Ketika semua orang Indonesia bahu membahu untuk memajukkan Indonesia, KKSB justru sebaliknya. Tanpa perikemanusian, KKSB membunuh dengan keji pekerja-pekerja sipil yang bekerja keras untuk membangun jalan Trans Papua. Padahal, Trans Papua sangat dibutuhkan oleh masyarakat guna meningkatkan konektivitas antar wilayah dan mengakselerasi kesejahteraan masyarakat. Sudah sepatutnya, TNI/Polri menumpas tuntas kelompok separatis bersenjata di Papua, yang tega menghabisi dan memeras saudara sebangsanya.
)* Penulis adalah pemerhati masalah sosial