Buka World Water Forum, Presiden Jokowi Tegaskan Kembali Komitmen Aksi Nyata Pengelolaan Air Berkelanjutan
World Water Forum ke-10 yang berlangsung di Bali pada 18 – 25 Mei 2024 menjadi ajang penting untuk menemukan solusi bagi tata kelola air di tingkat global. Dalam sambutannya, Presiden Jokowi menyampaikan status tuan rumah menegaskan kembali komitmen Indonesia untuk bersama – sama merumuskan aksi nyata pengelolaan air yang inklusif dan berkelanjutan.
Dengan tema “Water for Shared Prosperity”, acara ini dihadiri sejumlah sejumlah kepala negara seperti Perdana Menteri (PM) Tajikistan Qohir Rasulzoda, Presiden Sri langka Ranil Wickremesinghe, dan Presiden Fiji Ratu Wiliame Maivalili Katonivere. Krisis air bersih yang terus meningkat dan perubahan iklim yang semakin tidak terduga, menjadi latar belakang bagi forum ini untuk merumaskan perubahan positif dalam mengelola sumber daya air.
Presiden Jokowi menegaskan bahwa pengelolaan air harus dilakukan dengan baik karena menyangkut ketahanan pangan hingga dapat mengganggu perdamaian karena air merupakan salah satu sumber kehidupan.
Selain itu Presiden jokowi juga menyampaikan bahwa Indonesia telah memiliki pengalaman dalam pengelolaan air dengan pendekatan kearifan lokal untuk mengatur air salah satunya adalah sistem pengairan Subak di Bali yang dipraktekkan sejak abad ke-11 yang lalu, dan diakui sebagai warisan budaya dunia.
Dalam 10 tahun terakhir, Indonesia telah memperkuat infrastruktur airnya dengan membangun 42 bendungan, 1,18 juta hektare jaringan irigasi, 2156 km pengendali banjir dan pengamanan pantai, serta merehabilitasi 4,3 juta hektare jaringan irigasi.
World Water Forum diselenggarakan bertujuan untuk memperkuat kolaborasi dan kemitraan global dalam menemukan solusi dan mengatasi tantangan terkait air dan sanitasi. Selain tujuan utama tersebut, terdapat beberapa tujuan turunan yang ingin dicapai pada setiap penyelenggaraannya. Pertama, meningkatkan nilai strategis air dengan membangun komitmen politik untuk kemajuan dalam manajemen air dan sanitasi (SDGs 6). Kedua, meningkatkan kesadaran terhadap air sebagai isu penting secara global. Ketiga, sebagai ajang multi-stakeholder untuk mendiskusikan dan berbagi pengalaman, serta mengembangkan pengetahuan dan praktik terbaik dalam tata kelola air dan sanitasi.
Sejak pertemuan kedua di Den Haag, penyelenggaraan World Water Forum telah menghasilkan Ministerial Declaration yang berisi komitmen-komitmen politik dari negara-negara peserta. Isu-isu utama yang terus berkembang hingga pertemuan kesembilan mencakup berbagai aspek penting terkait dengan air dan sanitasi.
Beberapa isu yang menonjol adalah hak dasar untuk mengakses air dan sanitasi berkualitas, serta nexus atau koneksi antara air, makanan, energi, kesehatan, dan perubahan iklim. Isu lain yang menjadi fokus adalah penguatan kolaborasi dan kemitraan dalam integrasi manajemen sumber daya air untuk mencapai ketahanan air, termasuk pengelolaan air lintas batas dan pendanaan inovatif bagi pengelolaan air berkelanjutan.
Selain itu, penyelenggaraan World Water Forum juga membahas pemajuan inovasi teknologi dalam mendukung tata kelola manajemen air dan sanitasi, serta upaya mengatasi bencana yang berkaitan dengan air. Inklusivitas dalam manajemen air dan sanitasi pun menjadi perhatian penting, di mana seluruh pemangku kepentingan dan komunitas lokal terlibat dalam proses pengambilan keputusan dan implementasi kebijakan. Isu-isu ini terus menjadi fokus dalam berbagai forum untuk mendorong solusi yang berkelanjutan dan inklusif dalam menghadapi tantangan air global.
Dalam pidatonya, Presiden Jokowi menyampaikan pertemuan di Bali hari ini, Indonesia sebagai tuan rumah berharap dunia dapat saling bergandengan tangan secara berkesinambungan untuk dapat memperkuat komitmen kolaborasi dalam mengatasi tantangan global terkait air.
Sejak awal kehadirannya di berbagai forum internasional, Indonesia selalu konsisten mendorong agar persoalan air diangkat ke level tertinggi. Negara memahami pentingnya air sebagai sumber daya vital dan kebutuhan fundamental bagi manusia. Oleh karena itu, dorongan kuat dari para pengambil kebijakan diperlukan untuk memastikan bahwa persoalan air mendapatkan perhatian yang layak di tingkat global.
Staf Ahli Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Firdaus Ali menyatakan Indonesia tidak hanya bertekad menyukseskan WWF ke-10, tapi juga mendorong output dan outcome bisa dieksekusi oleh negara-negara di dunia pada level proyek dan aksi nyata di lapangan.
World Water Forum di Bali adalah langkah penting menuju masa depan yang lebih berkelanjutan. Dengan tantangan yang dihadapi dunia terkait air, forum ini menjadi kesempatan untuk menyatukan pemangku kepentingan dan bekerja sama dalam menciptakan solusi. Air adalah sumber kehidupan. Air juga merupakan symbol keseimbangan dan keharmonisan. Tapi jika tidak dikelola dgn baik air juga dapat menjadi sumber bencana.
Dari diskusi hingga implementasi, World Water Forum menjadi titik awal untuk aksi nyata yang dapat mengatasi krisis air global dan dampak perubahan iklim.
Dengan kolaborasi dan inovasi, tantangan dapat diatasi, dan peluang untuk masa depan yang lebih baik terbuka lebar. World Water Forum adalah arah baru untuk keberlanjutan air, dan penyelenggaraan WWF menjadi momen bersejarah bagi komunitas global yang bekerja sama untuk masa depan yang lebih berkelanjutan.
)* Penulis Adalah Pengamat Kebijakan Publik Lembaga Gala Indomedia