Polemik Politik

Cegah Doktrinasi Radikalisme di Medsos Yang Jahat dan Berbahaya

Oleh: Yudha Pratama (Ketua Gerakan Literasi Terbit Regional Malang)

Radikalisme bukanlah fenomena baru dalam sejarah bangsa Indonesia. Bibit dari gerakan yang mencita-citakan berdirinya negara Khilafah ini telah ada sebelum Indonesia merdeka. Bukan hanya itu, gerakan ini sempat memproklamirkan berdirinya Negara Islam Indonesia pada tahun 1949 di bawah kepemimpinan Kartosuwiryo.

Hingga hari ini, gerakan radikalisme terus menyebarkan pengaruhnya secara masif, bukan hanya pada masyarakat awam, tapi juga pada masyarakat terpelajar di berbagai instansi pendidikan. Fenomena ini tidak bisa anggap remeh jika kita benar-benar mengidealkan tatanan masyarakat yang aman, tenteram, dan damai.

Di era media sosial pola doktrin radikalisme semakin efektif dan efisien. Saat ini kelompok radikal benar-benar memanfaatan media sosial sebagai media doktrin yang mudah dan murah. Tak tanggung-tanggung seluruh lini media sosial tidak ada celah yang tidak dijejali oleh radikalisme.

Narasi-narasi pendalilan yang menjerumuskan ke ranah radikal kini bertebaran di medsos. Dalil jihad dikutip, lalu diramu dengan suatu kasus tertentu supaya menarik warganet untuk terpapar paham radikal. Tanpa filter yang baik, paham radikal sangat gampang meracuni pikiran masyarakat.

Melawan doktrin secara online juga harus lewat online. Salah satu cara mematahkan doktrin radikalisme online adalah dengan cara memberikan pemahaman yang pas soal ajaran agama yang baik di medsos. Pasalnya selama ini upaya melawan kaum radikal hanya membongkar kekejamannya. Sudah saatnya di medsos melawan kaum radikal dengan mematahkan pendalilannya, terutama mematahkan dalil kekerasannya.

Warganet jangan terbuai dengan postingan-postingan manis kaum radikal. Emosional mereka sering terpancing ketika disuguhkan video provokasi penindasan umat Islam. Terkadang video itu hoaks atau video lama yang sengaja digunakan menyulut api jihad. Model-model doktrin seperti inilah yang perlu disadari, dipahami, dan dilawan.

Perlu kita pahami bersama bahwa beragama harus dibarengi dengan ilmu. Jangan sampai kita beragama dengan nafsu.

Doktrin via medsos sejatinya memang membangunkan semangat beragama dengan nafsu. Nafsu apa yang dibangun? Misalnya nafsu jihad yang beradiah mati sahid. Setelah mati sahid langsung masuk surga dan berkumpulkan serta dilayani para bidadari. Konsep seperti inilah beragama dengan nafsu. Maka beragama wajib memperdalam dan memperluas pemahaman agamanya supaya tidak mudah didoktrin kaum radikal.

Sekarang, marilah hindari provokasi dan propaganda radikalisme dengan tingkatkan rasa patriotisme dan nasionalisme demi Indonesia yang damai dan maju. Seluruh orang tentunya mendambakan ketenteraman. Di tengah perbedaan, ketenteraman jauh lebih terasa dengan toleransi.

Dengan meguhkan hati keberagaman dan keberagamaan, bersama saatnya mendukung dan sukseskan program pemerintah melalui upaya melawan radikalisme dan deradikalisasi dengan membumikan serta menjalankan nilai-nilai Pancasila di kehidupan sehari-hari.

Show More

Related Articles

Back to top button

Adblock Detected

Kami juga tidak suka iklan, kami hanya menampilkan iklan yang tidak menggangu. Terimakasih