Cegah Penyebaran Paham Khilafah Dengan Tingkatkan Pemahaman Pancasila
Oleh : Dalilah Naysila)*
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia adalah fondasi yang menjadi pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai ideologi yang mengakomodasi keberagaman, Pancasila memastikan bahwa setiap warga negara memiliki hak yang sama tanpa memandang agama, ras, atau golongan. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, paham khilafah telah muncul sebagai ancaman yang serius bagi persatuan dan kesatuan Indonesia.
Paham ini, yang mengusung konsep negara berbasis agama dengan penegakan syariah sebagai hukum negara, bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Oleh karena itu, peningkatan pemahaman Pancasila menjadi sangat penting untuk mencegah penyebaran paham khilafah di masyarakat.
Paham khilafah, yang diusung oleh beberapa kelompok ekstremis, tidak hanya mengancam persatuan bangsa, tetapi juga berpotensi merusak tatanan sosial yang telah dibangun di Indonesia.
Paham ini mendorong terbentuknya negara Islam global di bawah satu pemimpin (khalifah), yang pada akhirnya akan menghapuskan negara-bangsa seperti Indonesia. Hal tersebut sangat berbahaya karena Indonesia adalah negara dengan keanekaragaman suku, agama, ras, dan budaya. Penerapan paham khilafah di Indonesia akan mengikis nilai-nilai kebinekaan dan toleransi yang telah menjadi ciri khas bangsa ini.
Adanya aksi terorisme berakar dari paham khilafah. Paham khilafah mengajarkan bahwa hukum agama harus diimplementasikan secara mutlak dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam hukum pidana. Ini akan menciptakan ketidakadilan bagi mereka yang tidak beragama Islam atau memiliki interpretasi yang berbeda tentang Islam itu sendiri.
Untuk mencegah penyebaran paham khilafah, pemahaman yang mendalam terhadap Pancasila perlu ditanamkan di seluruh lapisan masyarakat, terutama generasi muda. Pancasila, sebagai ideologi negara, tidak hanya menjadi alat pemersatu bangsa tetapi juga benteng pertahanan terhadap ideologi-ideologi yang bertentangan dengan nilai-nilai kebangsaan.
Pemahaman Pancasila membantu masyarakat memahami dan menginternalisasi nilai-nilai kebangsaan. Dengan memegang teguh prinsip-prinsip Pancasila, masyarakat akan memiliki identitas nasional yang kuat dan tidak mudah terpengaruh oleh ideologi-ideologi asing, termasuk paham khilafah. Identitas nasional yang kokoh ini akan mendorong persatuan dan kesatuan di tengah perbedaan yang ada di Indonesia.
Ketua Umum Gerakan Anti Radikalisme dan Terorisme (Garis) Indonesia, Dr. Sadri, S.Pdi.,M.Pd mengapresiasi sikap yang dilakukan oleh Polda Sulteng dengan melakukan upacara HUT Kemerdekaan RI ke-79 bersama eks narapidana teroris (Napiter) di Kabupaten Poso.
Sadri mengatakan personel Polda Sulteng melalui Satgas Madago Raya telah melakukan upaya pencegahan radikalisme dan terorisme dengan sangat baik, dengan berbagai kegiatan yang telah dilakukan seperti sosialisasi melalui da’i Polri yang dilakukan ditengah-tengah masyarakat, tempat ibadah, maupun bagi pelajar di sekolah, serta melakukan dengan upaya patroli demi mencegah pergerakan ataupun berkembangnya aksi terorisme.
Budayawan Ngatawi, Al-Zastrouw menilai Pancasila merupakan penawar paling efektif dalam upaya menangkal radikalisme dan terorisme yang menjadi ancaman nyata dalam mengganggu stabilitas negara jika tidak ditangani dengan tepat.
Sejatinya, Pancasila memberikan ruang bagi setiap manusia untuk mengaktualisasikan pandangan keagamaan secara manusiawi. Maka dari itu, pihaknya menekankan pentingnya aktualisasi Pancasila dalam bentuk nyata agar dapat menjadi pengikat yang efektif di tengah keberagaman bangsa, mengingat implementasi Pancasila belum sepenuhnya nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Hal tersebut, terutama dalam menghadapi radikalisme di kalangan generasi muda karena anak muda di masa sekarang tidak bisa lagi hanya dijejali narasi dan retorika para pemimpin negeri.
Selain itu, diperlukan pula pengarusutamaan berbagai praktik hidup yang mencerminkan Pancasila. Dirinya memberikan contoh bagaimana di kampung-kampung dan desa-desa banyak terdapat praktik kehidupan yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila, seperti gotong royong dan kerukunan antarumat beragama.
Keteladanan dari para pemimpin bangsa dalam beragama dan bermasyarakat menjadi inspirasi penting bagi generasi muda, namun keteladanan tersebut diharapkan tidak hanya dalam bentuk ceramah, tetapi juga melalui tindakan nyata yang dapat dilihat dan dijadikan rujukan.
Oleh karenanya, generasi muda Indonesia diharapkan dapat membangun imunitas ideologi yang kuat terhadap radikalisme dan intoleransi. Vaksinasi kultural melalui pengamalan Pancasila secara nyata merupakan kunci untuk menjaga persatuan dan menghadapi berbagai ancaman ideologis.
Sekretaris Daerah Kota Batu, Zadim Effisiensi, mengatakan pentingnya sinergi antara pemerintah, aparat keamanan, dan masyarakat dalam memerangi radikalisme dan terorisme. Diharapkan seluruh pihak dapat bersama-sama menyatukan komitmen dalam mencegah dan menangani radikalisme serta terorisme. Pemerintah berkomitmen untuk terus berupaya bersama pihak terkait dalam menciptakan Kota Batu sebagai contoh dalam pencegahan terorisme.
Melalui berbagai program dan kegiatan, pemerintah dan masyarakat perlu terus mengembangkan wawasan kebangsaan di semua lapisan masyarakat. Wawasan kebangsaan yang kuat akan memperkuat komitmen terhadap Pancasila dan menolak segala bentuk ideologi yang merusak persatuan dan kesatuan bangsa.
Paham khilafah merupakan ancaman serius bagi keberlangsungan NKRI. Paham ini bertentangan dengan prinsip-prinsip Pancasila yang menjunjung tinggi kebinekaan dan toleransi. Untuk mencegah penyebaran paham khilafah, masyarakat Indonesia harus memperkuat pemahaman dan pengamalan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan memahami dan menghayati Pancasila, masyarakat tidak hanya dapat membentengi diri dari pengaruh ideologi asing, tetapi juga memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa yang beragam ini. Pemerintah, masyarakat, dan seluruh elemen bangsa harus bekerja sama untuk menjaga Pancasila sebagai dasar negara dan panduan hidup berbangsa dan bernegara.
)* Penulis merupakan mahasiswa studi Islam
Cegah Penyebaran Paham Khilafah Dengan Tingkatkan Pemahaman Pancasila
Oleh : Dalilah Naysila)*
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia adalah fondasi yang menjadi pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai ideologi yang mengakomodasi keberagaman, Pancasila memastikan bahwa setiap warga negara memiliki hak yang sama tanpa memandang agama, ras, atau golongan. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, paham khilafah telah muncul sebagai ancaman yang serius bagi persatuan dan kesatuan Indonesia.
Paham ini, yang mengusung konsep negara berbasis agama dengan penegakan syariah sebagai hukum negara, bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Oleh karena itu, peningkatan pemahaman Pancasila menjadi sangat penting untuk mencegah penyebaran paham khilafah di masyarakat.
Paham khilafah, yang diusung oleh beberapa kelompok ekstremis, tidak hanya mengancam persatuan bangsa, tetapi juga berpotensi merusak tatanan sosial yang telah dibangun di Indonesia.
Paham ini mendorong terbentuknya negara Islam global di bawah satu pemimpin (khalifah), yang pada akhirnya akan menghapuskan negara-bangsa seperti Indonesia. Hal tersebut sangat berbahaya karena Indonesia adalah negara dengan keanekaragaman suku, agama, ras, dan budaya. Penerapan paham khilafah di Indonesia akan mengikis nilai-nilai kebinekaan dan toleransi yang telah menjadi ciri khas bangsa ini.
Adanya aksi terorisme berakar dari paham khilafah. Paham khilafah mengajarkan bahwa hukum agama harus diimplementasikan secara mutlak dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam hukum pidana. Ini akan menciptakan ketidakadilan bagi mereka yang tidak beragama Islam atau memiliki interpretasi yang berbeda tentang Islam itu sendiri.
Untuk mencegah penyebaran paham khilafah, pemahaman yang mendalam terhadap Pancasila perlu ditanamkan di seluruh lapisan masyarakat, terutama generasi muda. Pancasila, sebagai ideologi negara, tidak hanya menjadi alat pemersatu bangsa tetapi juga benteng pertahanan terhadap ideologi-ideologi yang bertentangan dengan nilai-nilai kebangsaan.
Pemahaman Pancasila membantu masyarakat memahami dan menginternalisasi nilai-nilai kebangsaan. Dengan memegang teguh prinsip-prinsip Pancasila, masyarakat akan memiliki identitas nasional yang kuat dan tidak mudah terpengaruh oleh ideologi-ideologi asing, termasuk paham khilafah. Identitas nasional yang kokoh ini akan mendorong persatuan dan kesatuan di tengah perbedaan yang ada di Indonesia.
Ketua Umum Gerakan Anti Radikalisme dan Terorisme (Garis) Indonesia, Dr. Sadri, S.Pdi.,M.Pd mengapresiasi sikap yang dilakukan oleh Polda Sulteng dengan melakukan upacara HUT Kemerdekaan RI ke-79 bersama eks narapidana teroris (Napiter) di Kabupaten Poso.
Sadri mengatakan personel Polda Sulteng melalui Satgas Madago Raya telah melakukan upaya pencegahan radikalisme dan terorisme dengan sangat baik, dengan berbagai kegiatan yang telah dilakukan seperti sosialisasi melalui da’i Polri yang dilakukan ditengah-tengah masyarakat, tempat ibadah, maupun bagi pelajar di sekolah, serta melakukan dengan upaya patroli demi mencegah pergerakan ataupun berkembangnya aksi terorisme.
Budayawan Ngatawi, Al-Zastrouw menilai Pancasila merupakan penawar paling efektif dalam upaya menangkal radikalisme dan terorisme yang menjadi ancaman nyata dalam mengganggu stabilitas negara jika tidak ditangani dengan tepat.
Sejatinya, Pancasila memberikan ruang bagi setiap manusia untuk mengaktualisasikan pandangan keagamaan secara manusiawi. Maka dari itu, pihaknya menekankan pentingnya aktualisasi Pancasila dalam bentuk nyata agar dapat menjadi pengikat yang efektif di tengah keberagaman bangsa, mengingat implementasi Pancasila belum sepenuhnya nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Hal tersebut, terutama dalam menghadapi radikalisme di kalangan generasi muda karena anak muda di masa sekarang tidak bisa lagi hanya dijejali narasi dan retorika para pemimpin negeri.
Selain itu, diperlukan pula pengarusutamaan berbagai praktik hidup yang mencerminkan Pancasila. Dirinya memberikan contoh bagaimana di kampung-kampung dan desa-desa banyak terdapat praktik kehidupan yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila, seperti gotong royong dan kerukunan antarumat beragama.
Keteladanan dari para pemimpin bangsa dalam beragama dan bermasyarakat menjadi inspirasi penting bagi generasi muda, namun keteladanan tersebut diharapkan tidak hanya dalam bentuk ceramah, tetapi juga melalui tindakan nyata yang dapat dilihat dan dijadikan rujukan.
Oleh karenanya, generasi muda Indonesia diharapkan dapat membangun imunitas ideologi yang kuat terhadap radikalisme dan intoleransi. Vaksinasi kultural melalui pengamalan Pancasila secara nyata merupakan kunci untuk menjaga persatuan dan menghadapi berbagai ancaman ideologis.
Sekretaris Daerah Kota Batu, Zadim Effisiensi, mengatakan pentingnya sinergi antara pemerintah, aparat keamanan, dan masyarakat dalam memerangi radikalisme dan terorisme. Diharapkan seluruh pihak dapat bersama-sama menyatukan komitmen dalam mencegah dan menangani radikalisme serta terorisme. Pemerintah berkomitmen untuk terus berupaya bersama pihak terkait dalam menciptakan Kota Batu sebagai contoh dalam pencegahan terorisme.
Melalui berbagai program dan kegiatan, pemerintah dan masyarakat perlu terus mengembangkan wawasan kebangsaan di semua lapisan masyarakat. Wawasan kebangsaan yang kuat akan memperkuat komitmen terhadap Pancasila dan menolak segala bentuk ideologi yang merusak persatuan dan kesatuan bangsa.
Paham khilafah merupakan ancaman serius bagi keberlangsungan NKRI. Paham ini bertentangan dengan prinsip-prinsip Pancasila yang menjunjung tinggi kebinekaan dan toleransi. Untuk mencegah penyebaran paham khilafah, masyarakat Indonesia harus memperkuat pemahaman dan pengamalan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan memahami dan menghayati Pancasila, masyarakat tidak hanya dapat membentengi diri dari pengaruh ideologi asing, tetapi juga memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa yang beragam ini. Pemerintah, masyarakat, dan seluruh elemen bangsa harus bekerja sama untuk menjaga Pancasila sebagai dasar negara dan panduan hidup berbangsa dan bernegara.
)* Penulis merupakan mahasiswa studi Islam