Cintai Keberagaman, Terapkan Moderasi Bergama Maka Pemilu Damai Akan Terwujud
Oleh : Ahmad Dzul Ilmi Muis )*
Salah satu kunci untuk menjadi bangsa yang berkarakter yakni terwujudnya perdamaian. Menjelang Pemilu 2024 mendatang masyarakat Indonesia wajib hukumnya untuk menerapkan moderasi beragama hingga mencintai keberagaman demi terwujudnya pesta demokrasi yang damai, aman, sejahtera dan tentunya untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045 mendatang.
Umat manusia di Indonesia memiliki berbagai macam karakter dan pemikiran yang berbeda-beda. Hal ini memang tidak terlepas dari sifat manusia yang berbeda-beda, bahkan kebiasaan yang menjadi kebudayaan membuat Indonesia menjadi semakin kaya akan budayanya. Relakah kita mengorbankan kekayaan berupa kebudayaan, suku, bahasa, dan sebagainya ini hanya demi kepentingan satu hari saja? Masa depan bangsa kita masih panjang, perjalanan juga masih jauh, terlalu dini untuk kata ‘menyerah’. Kita tidak boleh menyerah dengan apa yang sudah ada sekarang. Untuk itu, berbagai keberagaman yang sudah terbentuk saat ini wajib untuk dicintai dan dilestarikan.
Keyakinan nusantara yang sudah terbentuk sejak dulu ini harus benar-benar memberikan makna toleransi bagi seluruh umat manusia. Perbedaan bukan menjadi masalah, termasuk juga berbeda pandangan politik. Banyak oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab karena memiliki perbedaan pandangan politiknya hingga berpotensi untuk memecah belah bangsa kita. Jangan sampai hal ini terjadi untuk kesekian kalinya. Lagi-lagi, kita harus selalu ingat tentang toleransi dan saling menghormati sesama untuk mencintai keberagaman yang ada di bangsa ini.
Memang benar jika tahun-tahun politik menjadi salah satu kelemahan untuk memecah belah sebuah bangsa, namun kita sebagai bangsa yang kuat harus menghindari hal-hal tersebut agar terus bersama-sama mewujudkan persatuan dan kesatuan. Bola api panas yang menggelinding di tengah-tengah tahun politik juga perlu diwaspadai. Biasanya bola api panas itu berbentuk intoleransi, radikalisme, politik adu domba, politik identitas, hingga kampanye hitam. Tanpa kita sadari, hal-hal tersebut mungkin telah lewat di kehidupan dan begitu saja membiarkannya. Mulai sekarang, masyarakat Indonesia, khususnya generasi penerus bangsa harus lebih mengenali hal buruk tersebut, bahkan wajib untuk memeranginya demi kemaslahatan bersama.
Selain itu mencintai keberagaman yang ada di Indonesia, kita sebagai masyarakat dan warga negara yang baik untuk mewujudkan pemilu yang damai ini perlu menerapkan moderasi beragama agar tidak menimbulkan sikap-sikap intoleransi. Salah satu sinergi yang diwujudkan dalam moderasi beragama yakni pembentukan kampung moderasi beragama. Pembentukan tersebut memanglah inisiasi dari Kementerian Agama (Kemenag) untuk menjaga kerukunan dan persatuan bangsa antarumat beragama yang ada di berbagai daerah. Bukan hanya itu saja, hal positif lainnya yaitu untuk memupuk nilai-nilai toleransi di tengah keberagaman masyarakat Indonesia ini. Salah satu kampung yang sudah membentuk moderasi beragama yakni ada di Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Menurut Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana (Mas Dhito) hal tersebut dapat menekan intoleransi atau radikalisme yang terjadi di Kediri. Dirinya juga terus mendorong kampung lainnya agar banyak yang membentuk ‘kampung moderasi beragama’.
Perbedaan keberagaman memang sebuah hal yang diibaratkan sebagai pisau bermata dua, keduanya dapat memberikan keuntungan dan kerugian, kalau tidak memperkaya suatu bangsa ya dapat menimbulkan konflik dan ketegangan suatu bangsa. Oleh sebab itu, hal ini sangatlah berperan penting, terutama untuk masyarakat majemuk seperti Indonesia. Dengan hadirnya moderasi beragama dapat memerangi sikap intoleransi dan sikap-sikap yang lain sekiranya dapat memecah belah bangsa kita. Moderasi beragama tentunya mengedepankan nilai-nilai kebhinekaan. Hal-hal lainnya yang dapat dilakukan yakni dengan kolaborasi antarumat beragama dengan melakukan aktivitas yang baik.
Dengan kata lain, menerapkan dan memperkuat moderasi beragama dapat membuat masyarakat memiliki berbagai macam persepsi. Bisa dikatakan juga hal ini menjadi pola komunikasi yang positif. Terlebih memang hal ini sangat dibutuhkan menjelang Pemilu 2024 yang sangatlah berpotensi mengandung konflik. Namun, moderasi beragama juga bukan hanya tugas Pemerintah yang bertanggung jawab untuk menciptakan lingkungan dan mendukung adanya moderasi beragama, melainkan masyarakat juga memiliki peran penting dan turut ikut andil dalam membangun moderasi beragama tersebut. Sehingga, kesejahteraan dan keharmonisan suatu bangsa tetap terjaga meskipun terdapat perbedaan apapun sekalipun perbedaan dalam pandangan politik.
Masyarakat Indonesia harus terus meningkatkan kecintaannya terhadap keberagaman dan menerapkan moderasi beragama yang sejalan dengan nilai-nilai kebhinekaan dan tidak meninggalkan budaya lokal serta tetap menghargai budaya asing. Pemilu 2024 mendatang menjadi acara penting Indonesia untuk melihat masa depannya, apabila tidak memupuk kecintaan tersebut bagaimana nasib Indonesia di masa mendatang? Sebagai warga negara yang baik, bukankah kita semua wajib dan harus menjaga kedamaian dan persatuan negara tercinta kita? Sudah bisakah kita melakukannya? Kalau bukan sekarang kapan lagi? Dengan mencintai keberagaman dan menerapkan moderasi beragama, maka kita semua memiliki keyakinan yang kuat untuk mewujudkan Pemilu 2024 yang damai, aman, tentram, dan sejahtera seperti yang dicita-citakan.
)* Penulis adalah alumni Fisip Unair