Dana Kampanye Saja Dipermasalahkan, Bagaimana Kubu Sebelah Urus Duit Negara?
PKS adalah salah satu partai Koalisi Indonesia Adil Makmur, selain Partai Gerindra, PAN, dan Partai Demokrat. Koalisi ini mengusung Prabowo-Sandiaga Uno dalam Pilpres 2019.
Akan tetapi mereka mulai ribut-ribut terutama Prabowo yang menyindir partai lain selain Gerindra yang belum memberikan sumbangan dana kampanye untuk paslon Prabowo-Sandiaga.
Akan tetapi mereka mulai ribut-ribut terutama Prabowo yang menyindir partai lain selain Gerindra yang belum memberikan sumbangan dana kampanye untuk paslon Prabowo-Sandiaga.
Sebelumnya, BPN memaparkan total dana kampanye yang terkumpul dalam rentang empat bulan sejak September hingga Desember. Total dana kampanye yang diterima Prabowo-Sandi mencapai Rp 54 Miliar. Adapun perinciannya Rp 39,5 Miliar dari Sandiaga, Rp 13 Miliar dari Prabowo, Rp 1,38 Miliar sumbangan Partai Gerindra. Lalu ada tambahan Rp 76,1 Juta berasal dari sumbangan warga perorangan, dan Rp 28 juta dari sumbangan kelompok.
Cawapres Sandiaga tak mempermasalahkan jika PKS, PAN, dan Demokrat tidak memberikan bantuan dalam bentuk dana kampanye. Akan tetapi Prabowo beberapa waktu lalu sempat menyinggung para elite partai koalisi pendukungnya yang belum menyumbangkan dana kampanye. Dia bahkan membandingkan partai koalisi dengan pengemudi ojek online yang telah menyisihkan penghasilan mereka untuk menyumbang.
“Hei kalian elite partai, kalau kalian tidak menyumbang, kelewatan kalian. Ini tukang ojek saja mengirimkan penghasilannya kepada kita,” kata Prabowo.
Hahaha, ayo cepat sumbang. Prabowo telah angkat bicara dan memberikan peringatan. Jangan sampai ada insiden lain yang tidak diinginkan seperti handphone terbang dan pertunjukan tinju meja.
Partai PKS memberikan pembelaan soal sumbangan dana kampanye Pilpres 2019. Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera mengakui PKS belum menyumbang dana kampanye Pilpres 2019 untuk Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Tapi menurutnya, PKS sudah bekerja untuk memenangkan Prabowo-Sandiaga di Pilpres 2019.
PKS sudah menyumbang hal lain selain dana. “Semua partai pendukung sudah bekerja dan memang tidak dalam bentuk sumbangan dana kampanye karena kebanyakan digabung dengan kegiatan partai,” kata Mardani.
PKS, PAN, dan Demokrat membantu pemenangan Prabowo-Sandi melalui pemasangan alat peraga kampanye (APK) dan biaya sosialisasi di sejumlah daerah. “Kita menikmati semua proses dan bahagia dengan kampanye Prabowo-Sandi. Kebanyakan memang dalam bentuk APK dan biaya sosialisasi. PKS sudah memasang APK di 80 daerah pemilihan se-Indonesia,” katanya.
Ini hanya analisis yah. Seharusnya Prabowo tahu diri lah. Ini bukan membela, tapi coba pikirkan baik-baik. Selama ini PKS seolah hanya dianggap sebagai pembantu saja. Pada pilpres, pasangan Prabowo dan Sandiaga dua-duanya dari Gerindra. PKS dapat apa? Terus soal kisruh pemilihan wakil gubernur DKI Jakarta yang sampai saat ini belum ada kepastian. PKS terus ngotot harus dari kadernya tapi Gerindra seolah menahan melalui fit & proper test. PKS dapat apa? Dapat ampas sajalah. Makanya bisa jadi partai ini lebih fokus pada pemilihan calon legislatif.
Kalau menurut pembaca, PKS setengah hati, wajar kalau melihat penjelasan di atas. Gerindra agak rakus dan serakah. Dan sekarang Prabowo malah minta sumbangan dengan cara menyindir. Makin ruwet dah.
Dan untuk Prabowo, kasihan sekaligus geleng-geleng kepala. Dia entah memaksakan diri atau dipaksakan jadi calon presiden oleh para gila kekuasaan atau penjual agama. Giliran dia sudah maju jadi capres malah mereka tidak mau keluarkan dana untuk kampanye. Penasaran sekaligus bakal seru nih pas mau bahas bayar saksi di TPS seluruh Indonesia. Pakai apa? Terpaksa Sandiaga lagi deh yang diperas.
Dari kisruh partai pendukung yang enggan menyumbang, sepertinya bisa ditarik kesimpulan kenapa Sandiaga yang dipilih oleh Prabowo sebagai calon wakil presiden. Sudah paham yah? Kalau bukan Sandiaga yang jadi cawapres, Prabowo bakal lebih pusing lagi memikirkan dana kampanye. Yang ini saja sudah pusing, betul?
Dan ada lagi, inikah alasan si emak-emak asik menyuruh orang jihad harta (jual harta jual mobil) buat Prabowo-Sandi? Dana kering? Dan satu lagi yang masih misteri, bagaimana dengan kardus?
Yang jelas, malu-maluin deh. Urusan seperti ini sampai semrawut dan diumbar ke publik. Masalah dana kampanye saja bisa semrawut, bagaimana kalau mengurus uang negara yang sampai ribuan triliun? Bisa tinju-tinjuan deh.
Belum lagi kalau misalnya mengurusi pelaksanaan tugas dan pembagian tugas di eksekutif (Presiden & jajaran menteri)?
Jokowi dan kubu petahana tidak ada ribut-ribut urusan duit yang diumbar ke publik. Mereka lebih dewasa, profesional, dan elegan dalam berpolitik. Kubu sebelah tidak dewasa. Ini baru namanya ugal-ugalan. Yang begini mau urus negara?
Bagaimana menurut Anda?
Sumber : Seword