Data vs Dusta Menentukan Arah Suara Masyarakat
Oleh: Aryo Gusto*
Jakarta, LSISI.ID – Sering kali setiap kita mendengar berita tentang blusukan yang dilakukan oleh cawapres Sandi ke pasar-pasar, selalu ungkapan yang disampaikan adalah harga bahan makanan pokok mahal. Selain itu, mengomentari kualitas dari bahan-bahan makanan di pasar yang tidak bagus. Contohnya seperti tempe setipis kartu ATM. Mungkin niat Sandi berkata demikian adalah menunjukkan bahwa kepemimpinan Jokowi tidak mampu menjaga stabilitas harga pangan dan kesejahteraan tidak menyentuh masyarakat golongan menengah ke bawah.
Namun sayangnya, apa yang terjadi di lapangan jauh dari harapan Sandi. Pertama adalah harga bahan makanan pokok di pasar selalu dalam kondisi stabil. Adapun naik-turunnya harga itu adalah hal yang lumrah selama masih dalam batas wajar. Kedua adalah strategi yang dilakukan oleh Sandi justru menambah kesengsaraan pedagang di pasar. Dengan adanya pernyataan harga bahan makanan di pasar itu lebih mahal otomatis masyarakat akan enggan untuk berbelanja di pasar. Akibatnya pelanggan di pasar lebih memilih berbelanja di supermarket, dan pedagang pasar tidak memperoleh keuntungan yang diharapkan.
Sebenarnya Jokowi sudah memperingatkan agar tidak mengatakan harga bahan makanan di pasar mahal. Karena itu sensitif, serta dapat menimbulkan sentimen negatif bagi para pedagang di pasar. Sandi sebelumnya sangat gencar memamerkan partai emak-emaknya. Tujuan dari adanya partai itu untuk menunjukkan bahwa Sandi sangat berpihak pada emak-emak yang sering kali mengeluh dengan harga bahan makanan pokok yang mahal. Tapi justru ini menjadi pisau bermata dua bagi Sandi. Pasalnya seharusnya Sandi lebih memperhatikan pedagang di pasar daripada partai emak-emak pengikut Sandi. Artinya Sandi akan berupaya menekan harga di pasar demi meringankan beban emak-emak rumah tangga. Padahal yang lebih memprihatinkan adalah kesejahteraan pedagang di pasar. Selain itu kita dapat perhatikan gaya berpakaian partai emak-emak yang mengikuti Sandi terlihat berasal dari golongan masyarakat yang lebih sering berbelanja di mall.
Lagi pula dilihat dari sisi manapun, semenjak kepemimpinan Jokowi kesejahteraan masyarakat meningkat dan merata. Kecuali terhadap masyarakat yang malas bekerja sehingga tidak mendapatkan kehidupan yang layak. Ditambah lagi dengan kehadiran deklarasi Komite Pedagang Pasar yang dipimpin oleh Abdul Rosyid. Hal ini membuktikan mayoritas masyarakat golongan menengah ke bawah seperti pedagang di pasar setuju bahwa kebijakan Jokowi itu pro terhadap rakyat. Selanjutnya Abdul Rosyid akan berupaya menyatukan pemikiran para pedagang pasar untuk terus mendukung kepemimpinan Jokowi.
Selain itu, upaya lain Jokowi untuk menstabilkan harga pangan di pasar adalah dengan membentuk satgas pangan yang dilaksanakan oleh Lembaga Polri. Adanya satgas pangan ini memberikan hasil yang sangat memuaskan. Sedikitnya dalam 2 bulan ditemukan 400 kasus yang berasal dari mafia dan kartel. Karena selama ini, faktor paling besar yang menyebabkan ketidakstabilan harga pangan di pasar adalah adanya permainan mafia dan kartel.
Masyarakat memang harus extra hati-hati dalam memahami perkataan yang keluar dari setiap paslon capres dan cawapres. Harus diperhatikan betul mana yang berdasarkan data dan mana yang hanya asal bersuara untuk mencari perhatian. Kita sudah mendengar ucapan yang keluar dari Sandi ketika blusukan ke pasar. Kemudian kita juga sudah mengetahui fakta bersuara tentang kepemimpinan Jokowi. Sebaiknya kita tetap menjaga kekondusifan di masyarakat dan mendukung semua program-program yang telah dicanangkan oleh pemimpin kita. Semua kita lakukan demi terwujudnya Indonesia yang sejahtera.
)* Mahasiswa Fakultas Ekonomi, Pemerhati Perekonomian Mikro