Debat Perdana Sebagai Momentum Kemenangan Demokrasi
Oleh : Ahmad Harris )*
Debat perdana capres-cawapres dalam menyongsong Pemilu 2019 menarik perhatian masyarakat Indonesia. Saya sendiri memilih untuk menyaksikan debat tersebut di salah satu cafe yang menyediakan fasilitas nobar (nonton bareng) bagi kedua pendukung calon Presiden. Debat tersebut seolah mengingatkan saya pada final Piala dunia lalu antara Prancis dan Kroasia. Di cafe yang sama, saya menonton pertandingan tersebut diiringi dengan sorak sorai dari para pendukung kedua negara. Tak ubahnya dengan nobar piala dunia, debat perdana capres perdana tersebut juga mampu membuat para penonton debat untuk saling bersorak sesaat ada momentum debat yang menarik.
Salah satu momentum yang cukup menarik perhatian di kafe tersebut ialah sesi debat terkait Hak Asasi Manusia. Dalam kesempatan tersebut, Prabowo Subianto menyindir Jokowi dengan menyebut penegakan hukum dalam era pemerintahannya tidak adil. Prabowo memberikan contoh kasus tentang penangkapan salah satu kepala desa yang mendukungnya. “Kadang-kadang aparat itu berat sebelah. Sebagai contoh kalau ada kepala daerah, gubernur yang dukung paslon 01 itu menyatakan dukungan tidak ada, tapi ada kepala desa menyatakan dukungan 02 ditangkap. Saya kira ini suatu perlakuan tidak adil sebab menyatakan pendapat itu dijamin UUD. Siapapun boleh menyatakan pendapat dukungan kepada siapapun saya kira. Kami mohon bapak perhitungkan ada anak buah bapak berlebihan,” sindir Prabowo.
Membantah kritikan Prabowo, Jokowi menyatakan ada dasar hukum yang dapat ditempuh jika tuduhan yang disampaikan Prabowo sesuai fakta. Bahkan, Jokowi kembali menyindir Prabowo dengan mengungkit kasus hoax Ratna Sarumpaet yang mengaku babak belur karena dipukuli padahal sebenarnya karena operasi plastik. “Jangan menuduh seperti itu Pak Prabowo. Kita ini adalah negara hukum, ada prosedur hukum mekanisme hukum, kalau ada bukti sampaikan saja ke aparat, jangan kita grasa grusu menyampaikan sesuatu. Jurkam Pak Prabowo katanya dianiaya mukanya babak belur, kemudian konferensi pers akhirnya apa yang terjadi, ternyata operasi plastik,” balas Jokowi. Sindiran tersebut sontak mengubah suasana cafe yang semula diam menjadi riuh. Pendukung kubu 01 tertawa terpingkal-pingkal didampingi dengan pendukung kubu 02 yang hanya bisa tersenyum tanpa berkata apapun.
Seketika, momen tersebut memang sangat mirip dengan nobar pertandingan bola di cafe saat ada salah satu tim yang mencetak gol ke gawang lawan. Para pendukung Jokowi saat itu merasa sangat puas atas sindiran Jokowi kepada pihak Prabowo Subianto. Tak lama setelah itu, momentum panas dalam debat kembali muncul. Jokowi menyindir pernyataan Prabowo tentang korupsi di Indonesia yang sudah mencapai stadium 4. Menurut Jokowi, Partai Gerindra mengajukan 6 eks napi korupsi dalam pemilihan legislatif. Sindiran tersebut langsung mendorong Prabowo untuk memotong pertanyaan Jokowi. Seketika, suasana cafe kembali menjadi riuh dengan tertawaan pendukung kubu Jokowi. Apalagi, momentum Prabowo melakukan joget di depan kamera TV menambah suasana lucu dalam keriuhan di cafe tersebut. Lagi-lagi, pendukung Prabowo pun hanya bisa tersenyum malu melihat tingkah laku tokoh yang didukungnya.
Meski sekilas mirip dengan suasana nobar dalam pertandingan bola piala dunia, ada yang berbeda dalam nobar debat Capres perdana tersebut, khususnya dalam sesi akhir debat. Presiden Jokowi bersama Kyai Ma’ruf Amin tiba-tiba melangkah menuju Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno. Melihat hal tersebut, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno pun menyambut dan menuju ke arah Jokowi dan Kyai Ma’ruf Amin. Sontak, kedua paslon saling berpelukan satu sama lain. Seketika itu juga, cafe tersebut dipenuhi dengan tepuk tangan dari pendukung kedua pasangan calon. Tidak ada tatapan sinis, tidak ada tatapan saling bermusuhan antar pendukung, yang ada hanyalah sikap apresiasi secara mendalam untuk sportifitas yang ditampilkan oleh kedua pasangan calon. Kedua kubu pendukung dalam cafe tersebut pun saling bersalaman dan tersenyum satu sama lain. Saat itu pula saya tersadar, bahwa dalam debat perdana tersebut, bukan pasangan Jokowi-Kyai Ma’ruf Amin ataupun Prabowo-Sandiaga Uno yang memenangkan pertandingan melainkan demokrasilah yang muncul sebagai pemenang. Bukan hanya menang atas segala perbedaan pilihan politik, tetapi juga mampu meredam narasi perselisihan antar keduanya.
)* Mahasiswa FISIP Universitas Dharma Agung