Deja Vu Pilpres 2014, Prabowo Konsisten Tuding Kebocoran Anggaran
Potensi penerimaan negara dari sektor pajak disalahartikan sebagai kebocoran keuangan negara, betapa sesatnya cara berhitung sang calon Presiden.
Bantahan Prabowo selama ini terkait tudingan kepada dirinya sebagai penyuka hoaks dan fitnah, bisa jadi karena hoaks dan fitnah itu tak secara sadar dilontarkannya, tetapi lebih disebabkan oleh kecerobohan dan bawaannya yang selalu terburu-buru, mengedepankan asumsi-asumsi dibanding fakta.
Tak disadarinya pula, bahwa di mata publik, kebiasaan yang selalu menjadi ciri khas dan merk dagangnya dalam setiap orasi kampanyenya, tidak membedakan apakah hoaks dan fitnah itu berlatarbelakang niat atau semata-mata kekurangcermatan dirinya.
Rakyat hanya melihatnya dari informasi yang terlanjur diterimanya, dan jangan-jangan para pembantunya sendiri sering terkaget-kaget ketika retorika junjungannya tak seperti yang mereka ketahui sebelumnya.
Cermati pula, sebagai analogi dari fakta yang dibuat melambung, ketika disebutkan peserta rapat akbar di GBK mencapai satu juta orang, padahal menurut sumber yang layak dipercaya, paling mentok kapasitas GBK, jika dihitung hingga ke area halaman luar tidak sampai setengahnya dari yang diklaim.
Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto mengungkapkan bahwa dirinya selalu diejek oleh para elite karena mengatakan kebocoran anggaran negara mencapai Rp 1.000 triliun. Namun tiga hari yang lalu, lanjut Prabowo, Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK) menyebut kebocoran anggaran mencapai Rp 2.000 triliun.
Hal itu ia ungkapkan saat berpidato di kampanye rapat akbar di Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, Minggu (7/4/2019). Baca juga: Merasa Diejek soal Data Kebocoran Anggaran, Prabowo Senang KPK Mengonfirmasi Datanya.
Menanggapi itu, Deputi Bidang Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Pahala Nainggolan mengatakan, pihaknya tak memiliki kajian khusus yang menyebut kebocoran anggaran mencapai Rp 2.000 triliun. “Enggak, enggak pernah kita mengkaji itu, Litbang (KPK) enggak pernah mengkaji khusus itu,” kata Pahala kepada Kompas.com, Minggu (7/4/2019).
Menurut Pahala, hal itu merupakan hitungan perkiraan penerimaan negara apabila seluruh wajib pajak di Indonesia patuh. Selain itu, kata Pahala, Indonesia seharusnya bisa meningkatkan rasio pajak (tax ratio). “Itu ngitungnya kira-kira begini, nih, kan ada tax ratio, kan itu diambil dari GDP, nah sekarang kan kita sekitar tax ratio kita 10 persenan.
Nah itu diandaikan, kalau kita benar-benar orang bayar pajak patuh semua gitu. Itu pun di negara-negara Skandinavia itu tax ratio bisa 30-40 persen dari GDP,” kata dia. Menurut Pahala, apabila Indonesia seandainya meningkatkan rasio pajaknya seperti negara-negara kawasan Skandinavia, Indonesia bisa mendapat penerimaan pajak lebih maksimal.
’Makanya diandaikan kalau kita bisa seperti negara-negara Skandinavia pasti penerimaan pajak kita bisa 3-4 kali lipat lebih tinggi gitu, karena kan penerimaan pajak kita kan sekitar Rp 1.000 triliun, berarti bisa jadi 4 kali lipat. Itu andai-andai aja, hitungan sederhana, kalau kayak Skandinavia, makanya kita harus bisa sampai Rp 4.000 triliun, gitu loh,” katanya. sumber : Bualan Prabowo Dibantah KPK.
Ironis jika para pendukung dan simpatisan Prabowo-Sandi sangat mengidolakan figur dengan bawaan kontroversial seperti itu. Sama kasusnya dengan cara mereka mengidolakan para pengkhutbah yang menjadi pendukung paslon nomor 02 itu, yang gemar dengan penggunaan narasi kasar berbau menghasut.
Jika ditelusuri, ternyata lontaran yang sama sudah sejak pilpres tahun 2014 dilakukan Prabowo, padahal kita tahu saat itu dia maju bersama Hata Rajasa yang dikenal sebagai partner koalisi pemerintah. Hal ini terlihat dari berita di media online tanggal 18 Juni 2014 lalu.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mempertanyakan pernyataan ngawur calon presiden Prabowo Subianto. Saat debat capres pada Minggu malam lalu, Prabowo menjelaskan, jika terpilih sebagai presiden, ia akan menutup kebocoran APBN yang setiap tahun mencapai Rp 1.000 triliun. “Angka saya Rp 1.134 triliun bocornya. Jadi, kalau Bapak tanya kenapa defisit perdagangan dan kenapa defisit APBN, itu intinya,” papar Prabowo.
Pernyataan Prabowo itu membuat Presiden SBY bertanya-tanya. Sebab, jumlah APBN sebesar Rp 1.800 triliun dan dikatakan bocor Rp 1.000 triliun. ”Presiden bertanya angkanya dari mana? Mungkin perlu ditanya ke Pak Hatta (mantan Menko Perekonomian Hatta Rajasa, yang saat ini menjadi cawapres Prabowo),” kata Menko Perekonomian Chairul Tanjung.
Hal senada juga dikemukakan oleh Juru Bicara Kepresidenan, Julian Aldrin Pasha. Dia meminta Hatta untuk mengklarifikasi angka itu. Apalagi Hatta lebih dari empat tahun menjabat menteri perekonomian di Kabinet Indonesia Bersatu II pimpinan Presiden SBY sebelum mundur untuk menjadi wakil Prabowo dalam pilpres kali ini. sumber : Prabowo Konsisten Dengan Data Palsu.
Semakin menggelikan ketika dalam kesempatan terakhir, dia bukannya memperbaiki gaya orasinya, justru semakin membuatnya menjadi bulan-bulanan masyarakat.
Semakin genap pula rasa skeptis kita akan kemampuan dan daya analisis seorang capres yang satu ini. Bagaimana kita meyakini kemampuannya memimpin sebuah bangsa yang besar, jika untuk persoalan yang seharusnya dipikrkan dengan matang, dia seakan-akan tetap teguh dengan datanya yang telah terbukti tidak akurat.
Sumber : seword.com