Demonstrasi Anarkis, Tidak Mencerminkan Budaya Bangsa
Oleh : Alfisyah Kumalasari )*
Demonstrasi berujung anarkis yang terjadi beberapa hari belakangan ini dinilai telah menyengsarakan banyak pihak. Selain itu, demonstrasi yang penuh kebencian juga dianggap telah jauh dari jati diri bangsa.
Aksi demonstrasi yang tersorot akhir-akhir ini menunjukkan tingkatan anarkisme yang cukup tinggi. Di beberapa wilayah, para pendemo turun ke jalan dan membakar atau merusak fasilitas publik hingga rumah warga, bahkan juga adanya korban jiwa. Jika ditilik dari aksi sebetulnya bertujuan baik, yakni menyuarakan aspirasi rakyat. Namun, sayang aksi semacam ini ternodai oleh hal-hal yang dinilai sebagai peluapan emosi yang tak terkendali.
Salah satu tema isu yang tengah disoroti ialah berkaitan dengan RUU KUHP. Seperti yang bisa kita lihat, aksi demo berujung ricuh ini banyak diangkat ke permukaan. Penyuaraan aspirasi rakyat dinilai hanya sebagai topeng, guna melampiaskan tindakan anarkis. Banyak pihak yang mengimbau jika telah adanya penundaan RUU KUHP ini harusnya juga dibarengi penghentian demo mahasiswa. Hal ini dinyatakan oleh Charles Honoris, selaku Politikus PDI Perjuangan.
Ia mengatakan jika aksi terkait hal ini dinilai sudah tidak berlaku lagi. Kecuali mereka ingin memberi kesempatan kepada pengacau atau perusuh untuk ikut mendompleng aksi ini. Menurut Charles, demo yang terjadi di area sekitar Senayan yang berujung anarkis sangat mungkin ditunggangi pihak selain mahasiswa. Bahkan, pihak kepolisian telah mengonfirmasi akan adanya dugaan perusuh yang berada dalam aksi ini bukanlah mahasiswa. Ditambahkan pula, aksi ini hampir serupa dengan aksi 22 Mei silam.
Charles juga menyebutkan jika aspirasi mahasiswa juga telah didengar dan dihargai. Presiden Jokowi-pun telah mendengarkan aspirasi publik yang diangkat. Namun, agaknya demo ini membuka kesempatan pihak lain untuk menyusup dan membuat kondisi makin kacau. Ia mengimbau agar aksi ini lebih baik disudahi. Jika nantinya ada ketidapkuasan, maka mahasiswa bisa menggunakan jalur konstitusional yang telah disediakan. Ia juga menyatakan agar seluruh elemen menyatukan langkah dan fokus untuk membangun bangsa tanpa harus membuang energi. Padahal sebetulnya masalah ini bisa diselesaikan dengan cara non anarkis.
Presiden Jokowi juga mengutarakan keprihatinannya akan aksi anarkisme yang terjadi. Ia meminta kepada mahasiswa yang melakukan aksi demo tidak bertindak kontroversial dan menghindari aksi anarkisme. Jokowi menyampaikan apresiasi juga penghargaannya terhadap pada demonstran. Ia menilai hal ini merupakan suatu bentuk demokrasi yang ada di dalam negara Indonesia. Serta masukan-masukan yang disampaikan akan menjadi catatan besar buatnya.
Wiranto, selaku Menkopolhukam mengimbau agar masyarakat tidak terprovokasi dan terpengaruh. Sehingga tidak akan ikut terjerumus ke dalam aksi demo yang anarkis tersebut. Wiranto juga menyatakan gerakan semacam ini diprediksi menimbulkan kerusuhan hingga dapat berujung ketidakpercayaan terhadap kepemerintahan yang sah.
Pendapat serupa datang dari Mahfud MD selaku Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi. Ia mengakui aksi-aksi demo mahasiswa itu tak bisa menutup kesempatan akan adanya penyelundup yang bertujuan memprovokasi untuk bertindak kericuhan. Namun, penyusup demo itu tak mampu menghilangkan arus utama aspirasi aksi mahasiswa di seluruh wilayah Indonesia. Pihaknya juga menghargai mahasiswa jika tak membiarkan para penyusup ini untuk ikut ke dalam arus utama dan mengambil kendala.
Tindakan anarkis ini dinilai menjadi salah satu indikasi faham hedonisme. Secara garis besar, hedonisme ini ialah pandangan yang menganggap kesenangan serta kenikmatan materi sebagai tujuan paling tinggi di dalam kehidupan. Budaya hedonisme juga telah mempengaruhi kehidupan bangsa Indonesia. Sebagai contoh, gaya hidup yang konsumtif, free sex, menggunakan narkoba, juga bertindak anarkis. Sebagian orang terbiasa melakukan hal tersebut tanpa memikirkan akibat yang akan timbul pada tingkah laku mereka.
Kebanyakan dari mereka beranggapan jika hidup ini hanya sekali, sehingga mereka merasa ingin menikmati hidup dengan sebebas-bebasnya, tanpa harus memikirkan beragam aturan yang dinilai terlalu merepotkan. Mereka juga hanya memprioritaskan hawa nafsu belaka dalam menjalankan kehidupannya, sehingga hal ini akan memunculkan kesenangan-kesenangan untuk pribadi yang mana sebetulnya akan merugikan dirinya sendiri.
Menjadi bagian dari pembawa aspirasi rakyat tidaklah salah. Hanya saja perlu fokus serta mental yang kokoh agar tak ikut terjerumus kepada tindakan anarkis. Selain itu budaya Hedonisme ini selayaknya patut untuk dihindari, mengingat hal ini tidak sesuai dengan nilai-nilai kehidupan berbangsa dan bernegara kita, Indonesia. Stop bertindak Anarkis!
)* Penulis adalah pemerhati sosial politik