Polemik Politik

Demonstrasi Buruh Berpotensi Menimbulkan Kluster Baru Covid-19

Oleh : Aditya Utama )*

Buruh yang akan berdemo pada tanggal 5 agustus 2021 ditentang keras oleh masyarakat karena khawatir menimbulkan kluster Covid-19. Jangan sampai unjuk rasa akan menaikkan kasus covid baru dan membuat banyak orang menderita karena tertular virus yang berbahaya. Para pendemo beresiko tinggi, juga orang-orang di sekitarnya, jadi batalkan saja kegiatan ini.

KSPI lagi-lagi membuat kehebohan dengan rencana demo tanggal 5 agustus 2021 dan akan dihadiri oleh puluhan ribu buruh, serta diadakan di banyak kota/kabupaten. Kali ini mereka meprotes mengapa para buruh banyak kehilangan haknya ketika corona dan akan mengibarkan bendera putih sebagai bentuk menyerah. Mereka juga menuntut Presiden Jokowi agar lebih memperhatikan rakyat kecil, terutama kaum buruh.

Masyarakat tentu menentang keras demo ini karena masih masa pandemi. Apalagi tanggal itu dalam fase PPKM sehingga tidak boleh ada kegiatan yang menarik massa. Jangankan berunjuk rasa, untuk sekadar keluar rumah pun sebaiknya dibatalkan saja, karena takut akan kena corona.

Para epidemiolog selalu mengingatkan untuk tidak membuat kerumunan di masa pandemi. Apalagi saat ini jumlah pasien corona masih tinggi. Menurut data tim sagtas covid, jumlah pasien covid masih di kisaran 30.000 orang per hari. Sehingga dikhawatirkan jika ada kerumunan akan menambah pasien corona.

Bayangkan jika ada peserta demo yang jadi OTG maka ia akan menularkan ke pengunjuk rasa yang lain. Mereka tidak tahu jika kena corona dan bisa menyebarkan virus berbahaya ini ke keluarganya di rumah. Ketika ada anak kecil maka akan lebih beresiko, karena ia belum mendapatkan vaksin, dan anak-anak lebih rentan karena sembuhnya lebih lama. Maukah mengorbankan mereka hanya demi emosi saat demo?

Lagipula, berapa persen peserta demo yang sudah divaksin? Kita tidak tahu siapa yang sehat, siapa yang OTG, dan siapa yang belum divaksin. Sehingga jika nekat berunjuk rasa maka sama saja dengan bersiap untuk kena corona. Penyebabnya karena pasti banyak yang akan melepas masker karena kegerahan dan tidak bisa menjaga jarak minimal 1 meter, sehingga melanggar protokol kesehatan.

Dari beberapa demo buruh yang lalu selalu ada petugas yang siap dengan peralatan medis dan alat tes rapid. Mereka melakukan tes acak kepada peserta unjuk rasa dan selalu menghasilkan fakta bahwa banyak yang positif covid. Jika sudah ada kejadian seperti ini, masihkah nekat untuk berdemo?

Ketika kena corona masihkah para buruh menyalahkan pemerintah? Atau malah menyalahkan takdir? Padahal sebenarnya penyakit ini bisa dicegah dengan menerapkan protokol kesehatan 10M, tetapi mereka malah menghampiri virus ini dan angkuh, seolah-olah akan kebal. Padahal berpotensi tinggi untuk kena corona.

Selain itu, saat demo tentu ada masyarakat yang tidak sengaja melintas di dekat lokasi. Bayangkan jika ada yang tidak sengaja berkontak dengan pengunjuk rasa, sedangkan sang pendemo ternyata OTG. Ia juga berpotensi untuk kena corona, karena varian delta bisa menyebar lewat udara.

Berapa lagi pasien covid yang dihasilkan oleh kluster demo? Penyebaran virus akan terus terjadi bagaikan lingkaran setan. Sungguh mengerikan karena bisa menyebabkan kematian massal. Kita tentu tidak ingin terjadi tragedi seperti yang terjadi di India, bukan? Jika terus begini maka pandemi seolah berjalan tiada akhir.

Oleh karena itu, batalkan saja rencana unjuk rasa para buruh, karena takut ada kluster corona baru. Jangan terbakar emosi atau terprovokasi lalu berangkat demo, karena akan berpotensi berkontak dengan banyak OTG. Ingatlah bahwa nyawa cuma 1, jangan brangkat unjuk rasa lalu terancam sakit karenanya.

)* Penulis adalah warganet tinggal di Karawang

Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button

Adblock Detected

Kami juga tidak suka iklan, kami hanya menampilkan iklan yang tidak menggangu. Terimakasih