Di WWF ke-10, Puan Maharani Dukung Inisiatif untuk Wujudkan Ketahanan Air
BALI — Ketua DPR RI, Puan Maharani dalam World Water Forum (WWF) ke-10 di Bali menyatakan bahwa pihaknya mendukung penuh berbagai inisiatif untuk air dan melakukan realokasi sumber daya untuk ketahanan air.
“Parlemen dengan teguh mendukung berbagai inisiatif untuk air dan melakukan realokasi sumber daya untuk katahanan air,” katanya.
Bukan hanya itu, namun Puan juga menegaskan bahwa pihaknya sangat siap untuk mewakili rakyat demi menyelesaikan persoalan air pada level dunia.
“Parlemen siap memainkan peran sebagai institusi yang mewakili rakyat untuk melakukan aksi demi menyelesaikan persoalan air di level nasional maupun internasional,” tegasnya.
Dirinya menyampaikan bahwa sejauh ini komitmen parlemen demi agenda air tentunya sangat kuat.
Pasalnya, isu air terus menjadi prioritas parlemen baik itu di dalam negeri maupun melalui diplomasi antar parlemen dunia.
Maka dari itu, pemerintah dan juga parlemen memiliki tanggung jawab yang sama, yakni mengubah kondisi kelangkaan air menjadi ketahanan air.
“Komitmen parlemen terhadap agenda air sangat kuat, isu air akan menjadi prioritas parlemen di dalam negeri maupun melalui diplomasi parlemen,” ujar Puan.
“Pemerintah dan parlemen memiliki tanggung jawab yang sama untuk mengubah kondisi kelangkaan air menjadi ketahanan air, dan menjadikan air sebagai sumber kerja sama internasional,” tambahnya.
Dia kemudian mengajak kepada seluruh pihak untuk bisa semakin menambah upaya sehingga hak dunia atas air bersih bisa terpenuhi.
“Saya mengajak, mari kita lipatgandakan upaya bersama sehingga hak semua orang atas air bersih dapat terpenuhi dan parlemen siap untuk menjadi bagian dari aksi bersama ini,” ajak Ketua DPR RI itu.
Pada kesempatan tersebut, Puan Maharani juga sempat mengutarakan bahwa pada saat ini tantangan dunia sangat banyak.
Telah terjadi berbagai macam bencana, yang mana juga penyebabnya karena pengelolaan air yang kurang baik.
Meski ancaman sudah di depan mata, namun Ketua DPR RI tersebut menyinggung bahwa ternyata masih belum banyak pihak yang sadar.
“Namun demikian perhatian masyarakat internasional saat ini lebih fokus pada isu geopolitik, persaingan kekuatan dan kompetisi ekonomi, bukan pada isu ketahanan air,” singgungnya.