Digital Economy Menjadi Salah Satu Pilar Keketuaan Indonesia di KTT ASEAN 2023
Manggarai Barat – Indonesia menjadi tuan rumah KTT ASEAN Summit 2023. Selain di Labuan Bajo pada bulan Mei ini, konferensi yang menghadirkan negara-negara se-ASEAN akan digelar juga di Jakarta pada September 2023 mendatang.
Ekonomi digital diangkat sebagai salah satu pilar strategis Keketuaan ASEAN Indonesia tahun 2023 dalam rangka untuk dapat mengakselerasi transformasi digital yang inklusif untuk mengurangi kesenjangan digital di kawasan. Hal itu selaras dengan tekad Indonesia yang ingin memperkuat ASEAN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi kawasan.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, optimisme kinerja ekonomi yang baik perlu didukung oleh potensi besar di sektor digital.
“Di dua tahun terakhir, perilaku masyarakat semakin contactless. Dan ini salah satunya ditopang oleh layanan e-commerce dan on-demand, seperti ride hailing atau ojol (ojek online), online food delivery, dan juga bisnis logistik berbasis online,” ungkap Airlangga.
Airlangga menjelaskan bahwa di tahun 2022, Indonesia sudah menjadi pemain utama di digital ASEAN, karena 40% dari nilai total transaksi ekonomi digital ASEAN berasal dari Indonesia. Sedangkan realisasi potensi ekonomi digital Indonesia sendiri didukung oleh beberapa hal yakni jumlah penduduk Indonesia yang sebagian dalam usia produktif, posisi Indonesia sebagai peringkat ke-6 negara dengan jumlah startup terbesar di dunia karena memiliki lebih dari 2.400 startup, dan penetrasi internet Indonesia yang telah mencapai 76,8%.
“Kita berharap Keketuaan Indonesia di KTT ASEAN 2023 dapat mendorong perekonomian nasional di berbagai kota yang menjadi tempat diselenggarakannya rangkaian side event KTT ASEAN 2023 sekaligus menjadi momen untuk memperlihatkan ketangguhan ekonomi Indonesia sehingga Indonesia layak menjadi tujuan investasi asing,” kata Airlangga.
Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menekankan tentang pentingnya kerangka kebijakan ekonomi yang kuat dan kredibel, didukung dengan kerangka bauran kebijakan fiskal dan moneter yang kuat.
“Oleh karena itu, diperlukan kerangka yang sistematis untuk mengatur kebijakan ekonomi makro dan reformasi struktural untuk mengatasi tantangan yang timbul dari perubahan iklim, kerawanan pangan, hilirisasi dan digitalisasi,” kara Perry.
Perry juga mengatakan bahwa pengembangan Local Currency Transactions (LCT) guna mendukung transaksi perdagangan lintas batas dan investasi di kawasan ASEAN merupakan hal yang juga sangat penting.
Sebelumnya, Perry juga mengungkapkan bahwa ASEAN merupakan salah satu regional yang memiliki digitalisasi ekonomi tercepat. Terlebih lagi dalam metode pembayaran.
“Digitalisasi ekonomi terjadi di mana-mana, termasuk ASEAN. Tidak hanya pemulihan ekonomi, tetapi juga mendukung keuangan ekonomi inklusif melalui pengenalan pembayaran melalui QR. Termasuk merangkul UMKM, pekerja wanita, pemuda, milenial. Inilah pentingnya digitalisasi,” tutur Perry.
Dalam KTT ASEAN tahun ini, Indonesia sebagai tuan rumah mengusung 3 tujuan strategis atau strategic thrust, yaitu recover-rebuilding, digital economy, dan sustainability.