Dinamika Global Terus Terjadi, Ekonomi RI Tetap Cetak Pertumbuhan
Oleh Niken Dwinanda )*
Dalam lanskap ekonomi global yang terus berubah dan penuh ketidakpastian, Indonesia tetap menunjukkan prospek pertumbuhan yang menjanjikan. Indonesia telah menunjukkan ketangguhannya dengan pertumbuhan ekonomi yang tetap stabil. Kondisi global yang penuh dengan tantangan, mulai dari konflik geopolitik, fluktuasi harga komoditas, hingga pandemi yang berkepanjangan, tidak menghalangi Indonesia untuk tetap berlayar di jalur pertumbuhan positif.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil ini bukanlah hasil kebetulan. Sejumlah faktor kunci telah berkontribusi terhadap pencapaian ini, termasuk kebijakan fiskal dan moneter yang tepat, diversifikasi ekonomi, serta peran aktif pemerintah dalam menjaga stabilitas politik dan sosial.
Berdasarkan laporan terbaru dari Bank Dunia, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan akan tetap stabil pada tahun-tahun mendatang, didukung oleh berbagai faktor domestik yang kuat. Meskipun menghadapi tantangan global seperti volatilitas harga komoditas, ketegangan geopolitik, dan fluktuasi harga pangan dan energi, ekonomi Indonesia diproyeksikan tumbuh rata-rata sebesar 5,1% per tahun dari 2024 hingga 2026.
Peningkatan belanja masyarakat, investasi bisnis yang terus berkembang, serta permintaan konsumen yang stabil menjadi pilar utama yang mendukung proyeksi ini. Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste, Carolyn Turk, menggarisbawahi pentingnya kerangka kebijakan makroekonomi yang kuat yang telah diterapkan oleh pemerintah Indonesia. Kebijakan ini tidak hanya membantu menarik investasi, tetapi juga menjaga pertumbuhan ekonomi yang tangguh di tengah berbagai guncangan eksternal. Kebijakan makroekonomi yang hati-hati, kredibel, dan transparan sangat penting untuk dipertahankan guna menciptakan ruang fiskal yang memungkinkan pengeluaran prioritas untuk perlindungan sosial dan investasi dalam sumber daya manusia dan infrastruktur.
Namun, tantangan struktural tetap ada dan memerlukan perhatian khusus. Bank Dunia menyoroti beberapa tantangan ini, termasuk meningkatnya konsentrasi di sektor manufaktur, perlambatan dalam mengurangi kesenjangan pendapatan regional, pertumbuhan upah yang lebih lemah, dan meningkatnya ketidaksetaraan sejak pandemi Covid-19. Mobilitas angkatan kerja yang terbatas juga mempersulit pencocokan pekerja dengan lapangan kerja yang sesuai, yang pada gilirannya mempengaruhi peningkatan standar hidup. Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, diperlukan reformasi regulasi yang dapat membantu membuka pasar dan meningkatkan produktivitas perusahaan-perusahaan di sektor manufaktur dan jasa.
Salah satu elemen penting yang menjadi sorotan adalah peningkatan konsumsi masyarakat. Program belanja sosial yang baru dari pemerintahan mendatang diharapkan dapat mendorong peningkatan konsumsi, yang pada gilirannya akan mendukung pertumbuhan ekonomi. Meski demikian, dengan meningkatnya belanja sosial dan investasi publik, defisit fiskal diperkirakan akan lebih tinggi namun tetap dalam batas yang dapat diterima, yakni sekitar 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Posisi eksternal Indonesia diperkirakan akan tetap penuh tantangan, dengan lambatnya pemulihan tekanan perdagangan dan pembiayaan global yang menjadi hambatan utama.
Inflasi yang diperkirakan akan mencapai rata-rata sekitar 3% pada tahun 2024 juga menjadi perhatian. Kenaikan inflasi ini sebagian besar disebabkan oleh kenaikan harga pangan, yang dipicu oleh kondisi iklim buruk yang mengurangi panen beras dalam negeri. Untuk mengatasi inflasi ini, Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga acuan ke 6,25% pada April 2024. Namun, BI diperkirakan akan mulai menurunkan suku bunga pada tahun depan, seiring dengan stabilisasi ekonomi dan penurunan tekanan eksternal.
Di sisi lain, dinamisme sektor swasta juga menjadi kunci dalam mendorong pertumbuhan jangka panjang. Reformasi regulasi yang mendukung sektor swasta diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan dan meningkatkan produktivitas. Bank Dunia mencatat bahwa perusahaan besar di Indonesia masih menunjukkan produktivitas yang menurun, dan jika tidak segera diatasi, hal ini dapat memperpetuasi ketidakefisienan alokasi sumber daya dalam ekonomi. Oleh karena itu, reformasi yang mendukung dinamisme sektor swasta sangat diperlukan.
Dalam menghadapi tantangan eksternal seperti potensi peningkatan konflik bersenjata atau ketidakpastian geopolitik, Indonesia perlu tetap waspada. Guncangan eksternal ini dapat mengakibatkan penurunan nilai tukar perdagangan yang lebih tajam dari perkiraan, sehingga berdampak pada pendapatan dan posisi fiskal yang lebih ketat. Untuk itu, sikap fiskal yang lebih longgar seiring dengan meningkatnya belanja sosial perlu diimbangi dengan pengelolaan utang yang hati-hati agar tidak mengganggu belanja pembangunan prioritas.
Melihat prospek jangka panjang, Indonesia memiliki potensi besar untuk naik dari status negara berpenghasilan menengah ke status negara berpenghasilan tinggi pada tahun 2045. Untuk mencapai tujuan ini, dorongan investasi dan dinamisme sektor swasta perlu dipertahankan dan ditingkatkan. Ekonom Utama Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste, Habib Rab, menekankan bahwa reformasi regulasi yang membantu membuka pasar dan meningkatkan produktivitas perusahaan-perusahaan di sektor manufaktur dan jasa sangat diperlukan.
Secara keseluruhan, meskipun terdapat berbagai tantangan, prospek ekonomi Indonesia tetap positif. Dengan kebijakan yang tepat dan komitmen untuk mengatasi tantangan struktural, Indonesia dapat terus tumbuh dan mencapai tujuan jangka panjangnya. Stabilitas makroekonomi, peningkatan konsumsi, investasi yang berkelanjutan, dan reformasi regulasi adalah kunci untuk memastikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif di masa depan. Dengan pendekatan yang hati-hati dan terencana, Indonesia dapat menghadapi dinamika global yang penuh ketidakpastian dan tetap mempertahankan pertumbuhan ekonominya.
)* penulis merupakan pengamat kebijakan ekonomi