Disiplin Prokes Cegah Varian Baru Covid-19
Oleh : Elisabeth Sukmawati )*
Pemerintah terus mencermati perkembangan virus corona baru varian AY.4.2 yang sedang berkembang di Inggris. Masyarakat pun diminta untuk selalu disiplin Prokes guna mencegah penyebaran varian tersebut berkembang di Indonesia.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, Kemenkes memonitor ketat varian baru Delta dan varian AY.4.2 tersebut agar tak lolos masuk ke Indonesia dan memicu ledakan kasus.
Melalui Kanal YouTube Perekonomian RI, Budi Mengatakan, Di UK kasus Covid naik padahal vaksinasi sudah 70%. Kenaikan kasus tersebut disebabkan karena adanya varian baru, di Inggris ada sub varian jadi mutasi varian Delta namanya AY.4.2 yang sedang naik di Inggris hal itu yang tengah dimonitor secara ketat.
Budi mengatakan, saat ini, varian Delta dan varian turunannya yaitu AY.2.3 dan AY.2.4 masih mendominasi di Indonesia. Oleh karenanya, pihaknya akan memaksimalkan deteksi varian baru di 12 laboratorium whole genome sequencing (WGS).
Varian AY.4.2 sedang merambah di Singapura. Sehingga strategi utama adalah jangan sampai varian tersebut masuk dan didukung dengan monitor yang ketat. Lebih lanjut, Budi meminta agar mobilitas masyarakat menjelang libur Natal dan Tahun Baru dapata ditekan.
Budi juga mengingatkan kepada masyarakat untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama, karena dengan tingginya mobilitas akan berisiko meningkatkan kasus Covid-19. Jangan euforia dengan langsung jalan-jalan, masuk mal, masuk kafe-kafe penuh, karena hal tersebut bisa menyebabkan kenaikan kasus. Kita harus melihat Inggris dan Israel meski di kedua negara tersebut vaksinasi telah mencapai 80 persen, tetapi jika prokes tidak dijalankan maka kasus Covid dapat mengalami peningkatan.
Lebih lanjut, Budi menuturkan, kementerian kesehatan juga memantau kabupaten/kota di Indonesia dalam kurun waktu 4 pekan terakhir. Hasilnya, tercatat 105 kabupaten/kota mengalami peningkatan kasus. Meski angkanya masih dalam kategori tidak mengkhawatirkan, karena masih di bawah batas aman WHO tetapi kita mencoba untuk mengantisipasi secara lebih dini.
Saat ini pemerintah juga berfokus untuk mencegah peningkatan kasus Covid-19 yang berpotensi terjadi pada libur Natal tahun 2021 dan Tahun Baru 2022 mendatang.Budi menambahkan, pengendalian Covid-19 di saat Nataru ini akan sangat mempengaruhi penyelenggaraan berbagai ajang besar yang akan dilaksanakan di tanah air.
Secara tegas Budi mengatakan, pihaknya mencoba mengantisipasi secara lebih dini agar jangan sampai euforia yang berlebihan membuat kita jadi lengah, tidak waspada dan kenaikan kasus di 105 kabupaten/kota ini kemudian menjadi tidak terkontrol karena kenaikannya menjadi sangat tinggi.
Dalam upaya terus mengendalikan pandemi, dari sisi surveilans Menkes memastikan bahwa pelacakan tracing dan pengetesan atau testing terus diintensifkan. Pihaknya juga akan memastikan bahwa semua kontak erat harus dilakukan testing karena di situlah risiko terbesar dari penyebaran virus. Selain kasus konfirmasi, seluruh kontak erat harus dilakukan testingnya. Jadi protokol 3T-nya harus dijalankan dengan sebaik-baiknya.
Selain itu, pemerintah juga terus memastikan percepatan program vaksinasi nasional, terutama bagi kelompok masyarakat lanjut usia (lansia) yang memiliki risiko tinggi apabila terpapar Covid-19.
Menkes juga menyampaikan, hinga saat ini cakupan vaksinasi nasional telah mencapai 182 juta dosis. Dari target vaksinasi sebanyak 208 juta penduduk, sebanyak 113 juta orang atau 54 persen telah memnerima vaksinasi dosis pertama dan sekitar 68 juta orang atau 32 persen telah memperoleh dosis kedua.
Terkait ketersediaan obat-obatan dan alat kesehatan untuk penanganan Covid-19, Budi menyampaikan bahwa pemerintah tengah melakukan finalisasi kerjasama dengan Merck, perusahaan farmasi asal Amerika Serikat, untuk mendatangkan obat Molnupiravir ke tanah air.
Perlu kita ketahui bahwa varian AY.4.2 kemungkinan 10 persen lebih menular dibandingkan varian Delta yang paling umum. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur University College London Genetics Institute, Francois Balloux, PhD.
Meski lebih menular namun tidak selalu hal ini diartikan lebih mengkhawatirkan. Apalagi jika seseorang telah mendapatkan vaksin, kemungkinan kekebalan tubuhnya telah dirangsang untuk menjadi lebih kuat.
Kita semua tentu berharap agar prediksi gelombang 3 tidak akan terjadi, namun bukan berarti langkah antisipatif tidak dilakukan. Tentunya protokol kesehatan harus tetap diwujudkan sebagai upaya proteksi diri dan orang sekitar karena pandemi belum berakhir.
)* Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini