Diskusi Moya Institute, Akademisi Apresiasi KTT MSG Tolak Keanggotaan ULMWP
Jakarta – Pemerhati Isu-Isu Strategis dan Global, Prof Imron Cotan memberikan apresiasi terhadap keputusan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) negara-negara Melanesia atau Melanesian Spearhead Group (MSG), yang menolak keanggotaan organisasi pimpinan Benny Wenda, Persatuan Pembebasan Gerakan Papua Barat (ULMWP).
“Capaian yang dilakukan Indonesia di KTT MSG sangat baik. Kebanyakan pemberitaan di media sosial tentang Papua tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan.” terangnya dalam Webinar Moya Institute, Jumat (22/)
Imron Cotan menambahkan bahwa apa yang disampaikan Benny Wenda selama ini tidak mewakili rakyat Papua sama sekali.
“Benny Wenda dan ULMWP tidak mewakili sebagian besar masyatakat di Papua, karena ketujuh suku besar di sana sama sekali tidak terwakili oleh Benny.” Terang Prof. Imron
Mantan Duta Besar Indonesia itu menjelaskan bahwa dalam sidang PBB tahun lalu, salah satu tokoh pemuda dari kampung Benny Wenda justru mengibarkan bendera Merah Putih di New York. Menurut dia, hal ini membuktikan bahwa NKRI termasuk di dalamnya adalah Papua.
Terkait dengan maraknya aksi-aksi kekerasan di Papua dalam beberapa periode terakhir, Prof. Imron menjelaskan bahwa aksi kekerasan tersebut justru membuktikan bahwa KST merupakan pelanggar HAM.
“Sebagian besar kasus pelanggaran HAM dilakukan oleh KSTP bukan oleh aparat keamanan dan juga konflik sosial sesama orang Papua. Jadi mitos jika pelanggaran HAM berat dilakukan oleh aparat keamanan” ungkapnya.
Papua, kata Prof Imron, merupakan satu-satunya provinsi yang ditangani 37 Kementerian dan Lembaga.
“Tidak ada kawasan lain yang ditangani demikian, yang intinya adalah percepatan pembangunan dan kesejahteraan Papua, seluruhnya ditugaskan oleh Presiden untuk memastikan semua sektor, termasuk aparat keamanan hingga penanggung jawab lini depan keamanan” tuturnya.
Di tempat yang sama, Pakar Hubungan Internasional Universitas Pajajaran Bandung, Prof. Dr. Teuku Rezasyah turut memuji kerja keras delegasi Indonesia dalam KTT MSG.
“Program KTT tersebut luar biasa karena menempatkan kita pada Pasifik Selatan. Menarik sekali upaya keras dari Indonesia dan tidak terpengaruh pergerakan dari Benny Wenda yang selalu mengupayakan pemisahan Papua dari Indonesia.” Terangnya.
Senada, Ketua Badan Musyawarah Papua, Willem Frans Ansanai menilai bahwa pelaksanaan KTT MSG merupakan kemenangan diplomasi Indonesia.
“Pelaksanaan KTT MSG merupakan prestasi luar biasa dari diplomasi kita, kehadiran ULMWP itu seperti, kalau dia negara berdaulat, maka harusnya dia memiliki rakyat, wilayah dan pemerintahan, namun yang diambil ini semuanya milik NKRI sehingga tidak memiliki dasar untuk pembentukan negara.” Tuturnya.
Sementara itu, Politikus Reformasi, Mahfuz Sidik menjelaskan bahwa sikap Walk Out delegasi Indonesia sudah tepat.
“Kita perlu memberi apresiasi kepada delegasi Indonesia di forum MSG yang mengambil langkah tegas dan tepat dengan walk out ketika Benny Wenda menyampaikan pidatonya, dan sikap itu yang mempengaruhi keputusan akhir dari KTT MSG” jelasnya.