Displin Prokes dan Vaksinasi Sukseskan Fase Adaptasi Kebiasaan Baru
Oleh : Agung Priyatna )*
Displin Prokes dan vaksinasi mampu menyukseskan fase adaptasi kebiasaan baru di masa pandemi Covid-19. Ketaatan terhadap imbauan tersebut diharapkan mampu menjaga warga tetap produktif namun aman dari penularan virus Corona.
Apakah Anda sudah lelah dengan pandemi? Memang selama 2 tahun ini, kita tidak hanya harus menjaga fisik dari serangan corona, tetapi juga mental. Penyebabnya karena makin takut untuk kena virus Covid-19 maka tingkat stress juga makin tinggi. Akibatnya, daya tahan tubuh menurun dan ini sangat buruk karena malah bisa tertular, ketika seseorang tidak menaati prokes.
Presiden Jokowi menyatakan bahwa masa pandemi belum tahu kapan berakhirnya, karena virus Covid-19 tidak bisa benar-benar pergi dari seluruh dunia. Oleh karena itu di masa adaptasi kebiasaan baru, semua orang mulai dari dewasa, anak-anak, ibu hamil, dll harus menaati protokol kesehatan dan mendapatkan vaksinasi. Dalam artian, vaksinasi adalah proteksi sehingga kita tidak mudah tertular corona.
Apalagi vaksinasi sudah digratiskan dan berstatus halal MUI, jadi tidak ada alasan untuk menolaknya. Saat akan naik kendaraan seperti pesawat terbang syaratnya harus menunjukkan kartu vaksin di aplikasi Peduli Lindungi. Bukan tak mungkin hal ini juga berlaku saat akan naik bus, angkot, kereta malam, dll. Jadi vaksin adalah kewajiban.
Presiden Jokowi melanjutkan, meski sudah divaksin, masyarakat harus menaati prokes dengan ketat. Dalam kehidupan sehari-hari, prokes ketat menjadi kebiasaan baru. Dalam artian, kita semua sudah terbiasa menjalankan prokes tetapi ada saja yang melanggarnya. Jadi semua orang tertib dan tidak melepaskan masker, agar aman dari serangan virus Covid-19.
Walau sudah divaksin masih harus memakai masker dan menjalani prokes ketat, karena masih ada sedikit kemungkinan untuk tertular, saat kondisi badan tidak fit. Apalagi herd community belum terbentuk karena baru 30% WNI yang divaksin, sementara untuk mendapatkan kekebalan kelompok yang bisa menghalau corona, syaratnya adalah minimal 75%.
Prokes yang dijalankan adalah yang 10M, bukan 3M atau 5M. Jadi selain memakai masker, harus mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari keramaian, menjaga higienitas lingkungan dan imunitas tubuh, mengganti baju, dll. Semua dilakukan agar benar-benar bersih dan bebas corona. Gaya hidup sehat juga dilakukan, seperti lebih sering makan sayur dan buah serta berolahraga.
Menaati prokes ketat juga menjadi kunci suskes PTM (pembelajaran tatap muka). Pemerintah memutuskan untuk memberbolehkan PTM karena para guru sudah divaksin dan berbagai daerah sudah masuk PPKM level 1-3 alias keadaan sudah membaik. Sehingga para murid boleh sekolah seperti biasa dan bersosialisasi dengan lingkungannya.
Namun PTM tentu dengan banyak syarat.Saat anak-anak sudah mulai masuk sekolah maka wajib pakai masker dan membawa hand sanitizer. Mereka juga tidak boleh bergerombol dan bermain seperti biasa. Pembelajaran juga tidak diadakan full, tetapi gantian alias hanya 50% murid yang masuk kelas. Sementara sisanya bergiliran untuk sekolah online.
Pada masa adaptasi kebiasaan baru, PTM juga tidak memperbolehkan kantin dibuka karena takut ada kerumunan siswa, pun penjual makanan di depan sekolah juga harus menjaga jarak. Hal ini dimaksudkan agar semuanya aman dan tidak muncul klaster sekolah.
Vaksinasi adalah cara untuk terhindar dari corona. Ditambah dengan ketaatan mematuhi prokes, maka kita bisa aman dari serangan penyakit mematikan ini. Semua orang wajib meningkatkan kewaspadaan di masa adaptasi kebiasaan baru. Selain itu, PTM sudah diperbolehkan tetapi dengan prokes yang ketat.
)* Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute