Drama Terdzolimi HRS, Bahan untuk Demonstrasi ?
Oleh: Fakhri Kumolo )*
Baru-baru ini kita dikejutkan dengan berita terhangat yaitu adanya penangkapan yang dilakukan oleh kepolisian Arab Saudi terhadap Habib Rizieq. Ini menjadi perbincangan populer di dunia maya Indonesia. Orang nomor satu di ormas Islam FPI dan manusia paling fenomenal atas upayanya melaksanakan berbagai aksi provokatif terhadap umat Islam di Indonesia. Berita penangkapan ini langsung direspon oleh para netijen dan segelintir FPI dengan munculnya berbagai macam analisis bercampur aduk dengan propaganda. Kita dapat melihat dengan seksama munculnya berbagai macam pro kontra baik itu dari pendukung ataupun dari kubu yang berseberangan.
Kita akan sedikit mengulas bagaimana kronologi kejadian sebenarnya. Yaitu 5 November pukul 08.00 kediaman Habib Rizieq didatangi kepolisian Mekkah, pukul 16.00 HRS dijemput oleh badan intelijen Saudi lalu ditahan di kantor polisi. Pukul 23.30 Dubes Saudi menerima kabar penahanan HRS. Kemudian pada 6 November pukul 16.00 HRS selesai diperiksa, KBRI mengirimkan diplomat untuk mendampingi Rizieq. Pukul 20.00 Didampingi staff KJRI, HRS keluar tahanan dengan jaminan. Menurut Agus Maftuh (Dubes Indonesia untuk Arab Saudi), Arab Saudi melarang keras segala bentuk jargon, label, atribut, dan lambang apapun yang berbau terorisme. Menurut warga Arab, bendera yang ditempelkan di dinding rumah HRS itu bendera ISIS sehingga menimbulkan keresahan di masyarakat.
Berdasarkan kronologi di atas kita dapat melihat di sini siapa pihak yang disalahkan, siapa pihak yang menolong, dan siapa pihak penegak hukum. Namun apa respon yang mengudara di khalayak masyarakat Indonesia. Saya akan mengambil beberapa pernyataan dari kubu FPI karena menurut saya menarik. Pertama, Munarman (Juru bicara FPI) mengatakan pihak yang diduga kuat sebagai pelaku adalah ‘intelijen busuk dari Indonesia. Kedua, Fadli Zon mengatakan bisa saja ada orang yang secara sengaja memasang bendera tersebut di rumah Habib Rizieq Shihab. Padahal faktanya HRS ditangkap atas dasar laporan warga negara Saudi yang melihat bendera dan diduga mirip dengan bendera ISIS terpasang di depan rumah.
Menurut saya ini lucu sekali. Respon yang diberikan oleh kubu FPI tidak ada sedikitpun rasa bersyukur atas tindakan apa yang telah diambil oleh pemerintah Indonesia untuk menyelamatkan HRS. Padahal kita semua paham bagaimana hukum yang diterapkan di Arab Saudi. Seorang pengkhianat atau pemberontak dapat dilaksanakan hukuman pancung/mati. Tatkala demikian, bendera yang dipampang di dinding rumah HRS itu sama seperti bendera yang dikibarkan ketika aksi 211. Tidakkah kalian berfikir bahwa Arab Saudi saja menolak adanya bendera tersebut, tapi kenapa di Indonesia justru bendera tersebut dipuja-puja? Arab Saudi memahami bahwa bendera tersebut termasuk dalam atribut yang berbau terorisme (ISIS).
Kemudian kritikan saya selanjutnya untuk ormas FPI. Tidakah kalian memahami bahwa kalian telah menyebarkan fitnah yang begitu keji kepada khalayak masyarakat melalui pembicaraan media? Kalian secara tegas melakukan playing victim atau bermain hakim sendiri menetukan siapa yang bersalah tanpa memiliki bukti-bukti yang jelas. Saya rasa ini sudah sangat keterlaluan ormas Islam dengan segala bentuk atribut, perjuangan, dan kemunafikannya melakukan scenario untuk menampilkan sebuah drama terdzolimi. Belajar dari pengalaman, segala aksi yang dilakukan untuk memobilisasi masssa pemeluk Islam di Indonesia itu berawal dari adanya sesuatu yang terdzolimi sehingga dapat munculah aksi bela ini dan aksi bela itu.
)* Pemerhati politik