Dukung Otsus Jilid 2 Demi Menyehatkan Masyarakat Papua
Oleh : Abner Wanggai )*
Wilayah Papua masih rawan penyakit, seperti malaria. Pemerintah daerah tak tinggal diam dan berusaha mengatasnya agar semua warga sipil sehat wal afiat. Untuk mengatasi penyebaran berbagai penyakit berbahaya, maka pemberian dana otsus dari pemerintah pusat sangat membantu. Karena bisa untuk membangun RS dan melengkapi fasilitasnya.
Otsus adalah kewenangan khusus pada provinsi Papua dan Papua Barat. Selain mendapat kucuran dana, maka masyarakat di Bumi Cendrawasih juga punya keistimewaan untuk memilih kepala daerah asli putra Papua dan mengelola wilayahnya sendiri. Program ini berlangsung selama 20 tahun dan diperpanjang.
Jelang perpanjangan otonomi khusus, pendanaan program jadi sorotan. Masyarakat menyimak pidato Menteri Keuangan Sri Mulyani dengan teliti. Sri Mulyani menyatakan bahwa dana otsus dinaikkan menjadi 7,8 trilyun rupiah. Nominalnya naik, karena anggaran otsus tahun sebelumnya hanya 7,5 trilyun rupiah.
Sri Mulyani melanjutkan, pemberian dana otsus periode 2 dikhususkan untuk bidang teknologi, edukasi, dan kesehatan. Sehingga wilayah Papua makin maju dan banyak murid yang mahir menggunakan internet. Pembangunan di bidang teknologi informasi juga penting sekali, karena jadi alat komunikasi, sehingga tidak ada cerita kehilangan sinyal di pedalaman.
Presiden Jokowi juga berpesan agar pemberian dana otsus jilid 2 dilakukan dengan efektif dan efisien. Dalam artian, jika ada kucuran uang dari pemerintah pusat, jangan ada korupsi. Karena akan sangat fatal akibatnya. Jika sebuah RS dibangun tapi dananya disunat, fasilitasnya bisa kurang lengkap dan berakibat buruk bagi para pasien.
Pemberantasan penyakit masih menjadi PR di Bumi Cendrawasih. Selama ini di Papua, penyakit yang paling umum adalah malaria, karena sebagian wilayahnya adalah hutan dan rawa yang dikellingi nyamuk. Selain itu penduduk juga ada yang sakit kusta, TBC, bahkan HIV-AIDS. Pemerintah Papua tentu berusaha keras agar tidak ada penularan penyakt berbahaya tersebut.
Untuk mengatasi malaria dan penyakit lain, maka butuh dana besar dari program otsus. Nantinya uang itu dibelikan pil kina dan obat yang lain. Anggaran otsus juga digunakan untuk mendukung program vaksinasi untuk mencegah penularan penyakit di Papua. Misalnya vaksin hepatitis A dan C, meningitis, TBC, dan lain-lain.
Permasalahan dalam pemberantasan penyakit di Papua adalah wilayahnya sangat luas sementara rasio Rumah Sakit dengan jumlah penduduk kurang seimbang.Di Provinsi Papua Barat tercatat hanya ada 16 Rumah Sakit. Itupun hanya ada 1 yang memiliki alat CT Scan baru, yakni di RSUD Teluk Bintuni. Jadi takutnya ada masyarakat yang tidak tertolong tim medis.
Jika dana otsus sudah dikeluarkan oleh pemerintah pusat, maka bisa digunakan untuk membangun Rumah Sakit dan klinik. Tak hanya bangunan yang bagus, tapi juga punya fasilitas lengkap. Misalnya ventilator, CT Scan, alat rontgent, mesin USG, dan lain-lain. di Rumah Sakit juga punya kamar rawat inap yang bersih dan membuat pasien merasa nyaman.
Anggaran otsus juga digunakan untuk merekrut tenaga kesehatan yang representratif. Jadi di dalam RS, isinya bukan hanya 1 dokter dan beberapa perawat. Melainkan ada dokter dengan spesialisasi masing-masing, juga ada bidan untuk RS bersalin. Para tenaga medis juga lulusan dari Kampus dan Akademi Kesehatan yang bonafid, sehingga berilmu tinggi.
Jika program otsus berjalan dengan baik, maka tidak ada lagi pasien yang meninggal dalam perjalanan, karena harus berjalan berkilo-kilo menuju Rumah Sakit. Karena di daerahnya sudah ada klinik dengan fasilitas yang cukup lengkap dan dokter yang selalu stand by.
Oleh karena itu, perpanjangan program otsus sangat penting. Karena bisa untuk mengatasi masalah kesehatan di provinsi Papua dan Papua Barat. Misalnya untuk menghalau penyebaran malaria, TBC, dan AIDS. Masyarakat di Bumi Cendrawasih jadi sehat dan merasa diperhatikan oleh pemerintah.
)* Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Yogyakarta
Dukung Otsus Jilid 2 Demi Menyehatkan Masyarakat Papua
Oleh : Abner Wanggai )*
Wilayah Papua masih rawan penyakit, seperti malaria. Pemerintah daerah tak tinggal diam dan berusaha mengatasnya agar semua warga sipil sehat wal afiat. Untuk mengatasi penyebaran berbagai penyakit berbahaya, maka pemberian dana otsus dari pemerintah pusat sangat membantu. Karena bisa untuk membangun RS dan melengkapi fasilitasnya.
Otsus adalah kewenangan khusus pada provinsi Papua dan Papua Barat. Selain mendapat kucuran dana, maka masyarakat di Bumi Cendrawasih juga punya keistimewaan untuk memilih kepala daerah asli putra Papua dan mengelola wilayahnya sendiri. Program ini berlangsung selama 20 tahun dan diperpanjang.
Jelang perpanjangan otonomi khusus, pendanaan program jadi sorotan. Masyarakat menyimak pidato Menteri Keuangan Sri Mulyani dengan teliti. Sri Mulyani menyatakan bahwa dana otsus dinaikkan menjadi 7,8 trilyun rupiah. Nominalnya naik, karena anggaran otsus tahun sebelumnya hanya 7,5 trilyun rupiah.
Sri Mulyani melanjutkan, pemberian dana otsus periode 2 dikhususkan untuk bidang teknologi, edukasi, dan kesehatan. Sehingga wilayah Papua makin maju dan banyak murid yang mahir menggunakan internet. Pembangunan di bidang teknologi informasi juga penting sekali, karena jadi alat komunikasi, sehingga tidak ada cerita kehilangan sinyal di pedalaman.
Presiden Jokowi juga berpesan agar pemberian dana otsus jilid 2 dilakukan dengan efektif dan efisien. Dalam artian, jika ada kucuran uang dari pemerintah pusat, jangan ada korupsi. Karena akan sangat fatal akibatnya. Jika sebuah RS dibangun tapi dananya disunat, fasilitasnya bisa kurang lengkap dan berakibat buruk bagi para pasien.
Pemberantasan penyakit masih menjadi PR di Bumi Cendrawasih. Selama ini di Papua, penyakit yang paling umum adalah malaria, karena sebagian wilayahnya adalah hutan dan rawa yang dikellingi nyamuk. Selain itu penduduk juga ada yang sakit kusta, TBC, bahkan HIV-AIDS. Pemerintah Papua tentu berusaha keras agar tidak ada penularan penyakt berbahaya tersebut.
Untuk mengatasi malaria dan penyakit lain, maka butuh dana besar dari program otsus. Nantinya uang itu dibelikan pil kina dan obat yang lain. Anggaran otsus juga digunakan untuk mendukung program vaksinasi untuk mencegah penularan penyakit di Papua. Misalnya vaksin hepatitis A dan C, meningitis, TBC, dan lain-lain.
Permasalahan dalam pemberantasan penyakit di Papua adalah wilayahnya sangat luas sementara rasio Rumah Sakit dengan jumlah penduduk kurang seimbang.Di Provinsi Papua Barat tercatat hanya ada 16 Rumah Sakit. Itupun hanya ada 1 yang memiliki alat CT Scan baru, yakni di RSUD Teluk Bintuni. Jadi takutnya ada masyarakat yang tidak tertolong tim medis.
Jika dana otsus sudah dikeluarkan oleh pemerintah pusat, maka bisa digunakan untuk membangun Rumah Sakit dan klinik. Tak hanya bangunan yang bagus, tapi juga punya fasilitas lengkap. Misalnya ventilator, CT Scan, alat rontgent, mesin USG, dan lain-lain. di Rumah Sakit juga punya kamar rawat inap yang bersih dan membuat pasien merasa nyaman.
Anggaran otsus juga digunakan untuk merekrut tenaga kesehatan yang representratif. Jadi di dalam RS, isinya bukan hanya 1 dokter dan beberapa perawat. Melainkan ada dokter dengan spesialisasi masing-masing, juga ada bidan untuk RS bersalin. Para tenaga medis juga lulusan dari Kampus dan Akademi Kesehatan yang bonafid, sehingga berilmu tinggi.
Jika program otsus berjalan dengan baik, maka tidak ada lagi pasien yang meninggal dalam perjalanan, karena harus berjalan berkilo-kilo menuju Rumah Sakit. Karena di daerahnya sudah ada klinik dengan fasilitas yang cukup lengkap dan dokter yang selalu stand by.
Oleh karena itu, perpanjangan program otsus sangat penting. Karena bisa untuk mengatasi masalah kesehatan di provinsi Papua dan Papua Barat. Misalnya untuk menghalau penyebaran malaria, TBC, dan AIDS. Masyarakat di Bumi Cendrawasih jadi sehat dan merasa diperhatikan oleh pemerintah.
)* Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Yogyakarta