Dukung Strategi Baru Penanganan Konflik Papua
Oleh : Alfred Jigibalom )*
Masyarakat Papua mendukung Strategi baru dalam penanganan konflik di Papua. Strategi baru yang mengedepankan pendekatan dialog dan kesejahteraan tersebut diharapkan dapat menghentikan kekerasan yang terjadi di bumi Cenderawasih.
Sudah sejak lama, Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua menjadi sumber konflik bagi masyarakat. Mereka terkenal melakukan aksi keji dan brutal untuk mewujudkan cita-citanya dalam memerdekakan Papua. Termasuk dengan menyakiti sesama atau mengorbankan saudaranya.
Konflik Papua sebenarnya sudah sejak lama terjadi. Dimana menyisakan banyak sekali trauma hingga sejarah kelam berkepanjangan. Namun, bukan kurang pula perlakuan pemerintah mengupayakan beragam cara agar tercipta perdamaian. Akan tetapi, kelompok garis keras yang telah ditetapkan sebagai KST tersebut sepertinya enggan angkat tangan. Mereka tetap teguh pada pendirian untuk merdeka.
Dalam strategi penanganan atas Papua terbaru ini telah resmi ditetapkan. Yakni, unit TNI-Polri bakal menghilangkan cara kekerasan ketika bertugas. Hal ini dibenarkan oleh Irjen Polisi Mathius Fakhiri yang mengampu jabatan sebagai Kapolda Papua. Serta Pangdam XVII Cendrawasih yakni Mayjen TNI Ignatius Yogo Triono dalam sebuah binlat yang diikuti hingga 2.400 personil.
Keduanya sepakat untuk mengedepankan komunikasi ketimbang adu fisik yang dinilai tak pernah usai. Demi menyelesaikan setiap persoalan yang terjadi di masyarakat.
Kapolda juga berpesan bahwasanya dalam melaksanakan tugas harus mampu menampung seluruh aspirasi yang disampaikan masyarakat. Dirinya menilai mengutamakan hati, selalu disiplin serta menjaga tutur kata yang baik hingga berperilaku sederhana penting adanya.
Kapolda juga melarang jajarannya untuk mengonsumsi minuman keras serta harus lebih dekat pada masyarakat. Khususnya Papua yang memiliki begitu banyak karakteristik lingkungan hingga budaya.
Sementara itu, pola pendekatan atas penanganan konflik Papua juga mendapat beragam apresiasi. Hal ini dinyatakan oleh kepala suku Sebyar Papua barat. Yakni H. Aci Kosepa dimana menyatakan bahwa langkah Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa untuk menangani konflik dengan pendekatan teritorial-sosial dinilai sudah tepat.
Upaya pendekatan ini kabarnya juga akan diselaraskan untuk Papua juga Papua Barat. Menurutnya, koordinasi tersebut sudahlah bagus apalagi TNI juga telah berkoordinasi dengan pihak kodim hingga saat ini. Sebelumnya, Jenderal Andika Perkasa juga telah mengumumkan kebijakan baru terkait pengamanan di Papua. Yakni, melalui pola pendekatan teritorial-sosial tersebut, yang akan dilakukan sama di seluruh wilayah Nusantara.
Sejalan dengan pernyataan Kepala Suku Sebyar, fungsionaris PB HMI bernama Deni Iskandar menyatakan bahwa kebijakan serta pola pendekatan yang akan dilakukan oleh Jenderal Andika Perkasa dinilai telah tepat. Serta dianggap mampu menyelesaikan konflik di bumi Cenderawasih.
Deni menilai jika untuk mengurai konflik di Papua yang cukup kompleks akan efektif dengan cara tersebut. Sehingga dirinya turut mengapresiasi kebijakan ini.
Deni menambahkan dengan adanya upaya pendekatan yang ditawarkan jenderal Andika mampu menciptakan kedekatan antara TNI serta masyarakat. Semakin ideal pendekatan tentunya bakal semakin baik menyelesaikan permasalahan.
Memang upaya pengamanan selama ini cukup banyak diwarnai dengan kekerasan. Terlebih, timbul korban yang menyisakan ketakutan luar biasa. Belum lagi potensi munculnya dendam yang berkepanjangan.
Maka dari itu, kebijakan ini perlu didukung serta dijalankan dengan baik. Asumsinya ialah, upaya pendekatan secara halus hingga menciptakan kedekatan serta menghilangkan kesan garang atas pasukan militer kudu dilaksanakan. Sebab, manusia tentunya tetap memiliki sisi lain yang ingin diperhatikan.
Apalagi, masyarakat Papua yang kental dengan lingkungan serta kondisi budaya yang berkarakteristik membuat kondisi sosial juga berbeda. Selain itu, kebiasaan-kebiasaan sedari dulu memang tidaklah mudah untuk dihilangkan.
Kesan asing dan garang memang kerapkali terpancar dari pada pasukan militer. Padahal kesan ini hanya berupa tampilan luar, dimana mereka terbiasa dididik secara tegas dan disiplin. Sehingga, kesan ini seringkali timbul secara alami. Kendati demikian, TNI-Polri tetap manusia yang memiliki hati.
Mereka ingin sekali mengupayakan perdamaian di Papua dengan segera. Siapa yang tak mau hidup damai, aman dan sentosa bukan? Maka dari itu harapan kedepan penerapan kebijakan ini bisa dijalankan secara maksimal hingga memberikan hasil sesuai dengan keinginan. Yakni, Papua yang kaya, aman, damai nyaman serta bertumbuh menjadi wilayah yang ramah kepada siapapun. Termasuk masyarakat di wilayahnya sendiri.
)* Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Bali