Fase Adaptasi Kebiasaan Baru Mampu Pulihkan Ekonomi
Oleh : Raavi Ramadhan )*
Adaptasi kebiasaan baru yang kita jalani beberapa minggu ini diharap bisa memulihkan keadaan ekonomi di Indonesia. Pasar yang sempat ditutup akhirnya dibuka kembali dan roda perekonomian digulirkan lagi. Pembukaan era adaptasi kebiasaan baru adalah harapan baru, agak kondisi finansial kita membaik lagi.
Pemulihan ekonomi di fase adaptasi kebiasaan baru sangat disambut oleh masyarakat, terutama kalangan pengusaha. Mereka bisa berdagang lagi karena pasar tak lagi ditutup dan juga mendapatkan pembeli karena orang-orang tidak stay at home lagi. Jika kondisi ekonomi makin membaik, maka Indonesia tidak akan jatuh ke dalam lubang resesi yang menakutkan.
Pemerintah sudah berusaha agar kondisi perekonomian rakyatnya membaik. Namun tentu harus didukung oleh berbagai pihak. Mulai dari masyarakat umum hingga pebisnis, semua bersinergi untuk membantu pemerintah. Hal ini dikemukakan oleh H.Sudirman, SH,MH, Pj.Sekretaris Daerah Provinsi Jambi. Sinergi ini akan membuat keadaan negara jadi lebih baik.
Sinergi antara pemerintah dan pengusaha terjadi ketika pemerintah membuat beberapa pengaturan saat fase adaptasi kebiasaan baru. Misalnya keputusan untuk mengakhiri PSBB di suatu kota. Pengusaha bisa beraktivitas lagi untuk membuka toko dan kulakan barang-barang di pasar induk yang kembali dibuka. Masyarakat juga mulai belanja di toko seperti biasa.
Di masa adaptasi kebiasaan baru, keadaan ekonomi kita juga membaik karena tidak hanya pasar dan toko yang dibuka lagi. Namun juga tempat lain seperti restoran dan warung kopi. Sebelumnya mereka hanya melayani take away dan delivery order. Namun sekarang pembeli boleh makan di restoran. Kondisi ini membuat jumlah penjualan makanan jadi naik.
Namun dibukanya kembali restoran dan toko tetap harus menaati protokol kesehatan. Misalnya di bagian depan pintu ada wadah untuk cuci tangan. Semua pembeli dan pegawai wajib pakai masker. Jumlah orang yang masuk juga dibatasi, maksimal hanya 50% dari kapasitas. Hal ini untuk menaati aturan jaga jarak, sehingga tidak ada kerumunan orang.
Untuk memperbaiki kondisi ekonomi Indonesia, maka pabrik dan pekantoran juga dibuka lagi. Sehingga mereka bisa berkarya dan menyumbang pajak bagi negara. Pemilik perusahaan juga gembira karena bisnisnya berjalan lagi dan tidak mati suri akibat pandemi covid-19. Pelan-pelan kita menuju keadaan normal dan berdoa semoga pandemi segera berakhir.
Adaptasi kebiasaan baru bisa memperbaiki keadaan ekonomi Indonesia, namun semua orang harus menaati protokol kesehatan. Pemilik toko juga harus tegas. Jika ada pembeli yang tidak memakai masker, maka dilarang untuk masuk. Ketegasan seperti ini sangat penting. Jangan sampai memakan korban seperti kasir di medan yang meninggal karena corona.
Untuk menghindari penularan corona, kita tidak bisa melakukan lockdown total seperti di negara lain. Karena bisa mengakibatkan krisis ekonomi. Pemerintah hanya membuat peraturan stay at home saat awal pandemi dan membebaskan masyarakat di fase adaptasi kebiasaan baru. Karena hidup harus terus berjalan dan kita tak bisa selamanya bersembunyi.
Di fase adaptasi kebiasaan baru ini, untuk memulihkan ekonomi, kita wajib bekerja lebih keras daripada biasanya. Manfaatkan kesempatan di era ini, agar lebih berkarya dan berusaha. Hal ini juga dilakukan untuk mentupi kerugian selama bisnis sempat sepi saat awal pandemi. Jadi minusnya tidak terlalu banyak dan bahkan bisa surplus, bukan hanya BEP.
Fase adaptasi kebiasaan baru membuat kita memiliki kesempatan untuk meningkatkan kondisi perekonomian yang sempat pingsan karena badai corona. Bersemangatlah bekerja dan berbisnis. Tetaplah optimis dan berdoa agar pandemi lekas berakhir. Semoga semua usaha di fase adaptasi kebiasaan baru membuahkan hasil yang sangat manis.
)* Penulis adalah mahasiswa Universitas Pakuan Bogor