Oleh : Ones Yikwa )*
Karena terus saja melancarkan berbagai macam aksi sadis dan kejam serta terus mengganggu keamanan dan keselamatan masyarakat, maka personel gabungan dari seluruh aparat keamanan langsung meningkatkan atensi mereka pada kepemilikan dan terjadinya pertambahan jumlah persenjataan yang dimiliki oleh KST Papua.
Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Papua, Irjen Mathius D Fakhiri menerangkan bahwa ternyata persenjataan yang selama ini dimiliki oleh Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua, khususnya milik gerombolan yang dipimpin oleh Egianus Kogoya ternyata memang terus bertambah jumlahnya.
Mengenai adanya penambahan jumlah persenjataan yang terus terjadi pada KST Papua tersebut, kemudian setelah diselidiki oleh aparat keamanan, ternyata hasil persenjataan itu bukan karena mereka telah membelinya, namun mereka justru melakukan perampasan untuk terus menambah persenjataan yang dimilikinya.
Hal itu juga sebenarnya semakin memperjelas dan membuktikan bahwa kelompok separatis dan teroris itu sama sekali tidak memiliki rasa manusiawi serta terus saja melakukan serangkaian aksi keji dan kejam. Termasuk juga, membuktikan bahwa mereka sejatinya bukanlah sebuah kelompok yang memiliki power kuat karena mereka tidak memiliki cukup pendanaan.
Maka, dengan terus meningkatkan jumlah persenjataan yang dimiliki oleh KST Papua, membuat seluruh aparat keamanan dari personel gabungan yang terdiri dari anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), Tentara Nasional Indonesia (TNI) hingga Badan Intelijen Negara (BIN) terus memberikan atensi yang secara khusus.
Pemberian atensi secara khusus ini juga merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan dalam rangka terus melakukan pengawasan dan pengintaian kepada gerombolan kelompok separatis dan teroris itu. Pasalnya, dengan jumlah kepemilikan persenjataan yang bertambah, maka juga akan sangat berdampak nyata pada keselamatan seluruh masyarakat termasuk dari aparat keamanan sendiri.
Lantaran, pada dasarnya memang para gerombolan KST Papua sendiri merupakan sekumpulan orang yang sangat kejam dan keji, maka ketika mereka memiliki akses dan menguasai persenjataan, tentu sangat dikhawatirkan bahwa senjata-senjata tersebut akan mereka gunakan untuk semakin melancarkan aksi teror yang selama ini terus mereka lakukan.
Bahkan, data menyebutkan bahwa untuk sementara ini bisa dikatakan kalau sekitar 90% (persen) dari persenjataan yang dimiliki oleh kelompok separatis dan teroris di Papua pimpinan Egianus Kogoya itu didapatkan dari aksi perampasan yang mereka lakukan.
Tentunya dengan temuan data tersebut, membuat para aparat keamanan langsung semakin memperketat penjagaan mereka dan juga menjadi semakin waspada sehingga memang konsen terus ditambah agar mencegah supaya KST Papua tidak lagi memiliki akses untuk menambah persenjataan, yang mana bisa saja digunakan dengan semena-mena, utamanya adalah sangat mengancam keselamatan masyarakat di Tanah Air termasuk warga sipil yang sama sekali tidak berdosa.
Upaya peningkatan atensi pada KST Papua ini dilakukan juga dalam rangka supaya tidak terjadi lagi penambahan korban di lapangan, khususnya dari personel TNI, Polri ataupun BIN sendiri. Sehingga memang menjadi sangat penting agar akses persenjataan dari kelompok separatis itu bisa dikurangi dan diputus alirannya.
Sementara itu, mengenai operasi atau misi penyelamatan yang selama ini juga terus diupayakan oleh aparat keamanan demi bisa kembali membawa pulang dan membebaskan Pilot Susi Air bernama Philip Mark Mehrtens, yang merupakan seorang pria berkebangsaan Selandia Baru, Irjen Mathius sendiri menyatakan bahwa seluruh pihaknya terus melakukan evaluasi terhadap operasi penyelamatan tersebut.
Sejauh ini memang sudah banyak sekali hal serta upaya yang terus dilakukan oleh aparat keamanan dari personel gabungan, sehingga untuk semakin menyempurnakan seluruh langkah dan tindakan yang dilakukan di lapangan, maka evaluasi juga perlu untuk dilaksanakan.
Perlu diketahui bahwa dalam misi penyelamatan tersebut, pihak TNI dan Polri sendiri sudah melakukan pembagian tugas, yang mana pembagian tugas tersebut antara lain, pihak Polrii memiliki tugas untuk melakukan negosiasi, sedangkan untuk pihak TNI memiliki tugas dalam membantu kepolisian dalam melakukan penegakan hukum yang adil dan tegas.
Memang, langkah penegakan hukum yang sangat tegas dan berkeadilan merupakan salah satu kunci penting dalam kesuksesan misi penyelamatan Pilot Susi Air dari penyanderaan yang dilakukan oleh KST Papua. Sehingga, tentunya siapa saja pihak atau oknum yang mungkin saja terlibat dalam kasus ini harus bisa dihukum dengan berat.
Bahkan, aparat keamanan menegaskan bahwa seluruh pihaknya sama sekali tidak akan pernah pandang bulu dalam menindak siapa saja yang memang sudah terbukti memberikan bantuan pada gerombolan pimpinan Egianus Kogoya tersebut.
Dengan adanya peningkatan persenjataan yang terus terjadi pada KST Papua, hal tersebut semakin membuat seluruh aparat keamanan untuk meningkatkan atensi yang mereka miliki guna menindak tegas gerombolan itu. Bagaimana tidak, pasalnya dengan memiliki senjata yang cukup banyak dan terus bertambah seperti ini, maka potensi ancaman risiko yang akan mereka lakukan juga semakin meningkat dan bisa saja siapapun akan menjadi korban selanjutnya.
)* Mahasiswa Papua tinggal di Makassar