Polemik Politik

Harapan untuk Sang Jendral Pesimisme

Penulis: Abdul Manan*

Prabowo kerap mengeluarkan pernyataan dan klaim yang tidak sesuai data kredibel yang dapat dipertanggungjawabkan. Alih-alih menegakkan demokrasi, padahal seluruh ucapannya bisa dibilang ngawur dan cenderung bohong. Sejatinya, demokrasi yang substansial adalah demokrasi di mana argumen politik dibangun berbasis analisa data yang sesuai dengan kaidah keilmuan. Banyak pihak menilai Prabowo dengan kapabilitasnya sebagai Capres yang setiap hari disorot media, sering melakukan pembodohan publik.

Yang terbaru, Prabowo Subianto, dalam pidato kebangsaannya di JCC, Senayan, Senin lalu (14/1), yang berjudul ‘Indonesia Menang’, berbicara mengenai perbaikan gaji hakim, jaksa, polisi, guru, hingga dokter jika dirinya dan Sandiaga Uno menang di Pilpres 2019. Prabowo juga menyinggung mengenai gaji dokter di Indonesia yang menurutnya lebih kecil dibanding petugas penjaga parkir mobil. “Dokter kita harus dapat penghasilan layak. Sekarang banyak dokter kita gajinya lebih kecil dari tukang jaga parkir mobil,” katanya.

Kalimat ini memunculkan kontroversi di masyarakat, terutama kalangan dokter. Teuku Adifitrian, alias Tompi, dokter spesialis bedah kecantikan, melayangkan tanggapannya yang mengenai kalimat Prabowo dalam pidatonya ini. Beberapa dokter yang tidak terima juga menyanggah pernyataan kandidat nomor 02 itu. Tidak hanya dokter, beberapa kalangan cendekiawan juga mengkritisi isi pidato Prabowo yang hambar dan tanpa menampilkan fakta dan data. Seharusnya pidato seperti itu dilengkapi dengan data dan fakta yang ditampilkan.

Pidato Prabowo Subianto memang sering menjadi sorotan. Sebelumnya, beberapa pidato Prabowo diketahui menuai sejumlah kritikan. Sebut saja pidatonya mengenai ‘Muka Boyolali’ dan juga ‘Indonesia Punah’. Setelah itu, Prabowo kembali menuai kritikan setelah salah menyebut lokasi Haiti berada di Benua Afrika. Pidato tersebut ia sampaikan di hadapan ribuan jemaah Majelis Tafsir Alquran (MTA) di Jalan Ronggowarsito, Kota Solo, pada Minggu (23/12/2018).

Memasuki awal tahun baru, Prabowo berbohong masalah selang RSCM yang dikatakannya dipakai lebih dari 40 pasien. Bukan hanya Prabowo, pembodohan publik juga dilakukan oleh pasangannya Sandiaga Uno dan timses-timsesnya. Seakan tidak punya malu, kebohongan itu terus menerus diulang-ulang meskipun telah mendapat predikat penghargaan ‘Kebohongan Awards’ dari PSI. Masyarakat pun akhirnya banyak yang mengerti dan tidak percaya lagi dengan Prabowo.

Prabowo seharusnya sadar, sebagai seorang mantan Jenderal walaupun pensiun dengan pemecatan, dia harus memiliki wibawa atas perkataan yang dikeluarkan. Prabowo tak ubahnya mantan politikus yang telah stres dan gila, luntang-lantung di pasar dan kadang berpidato sendiri tanpa ada yang mendengarkan. Pidatonya memang seperti politikus pada umumnya, namun isinya tidak sesuai fakta. Ya iyalah kan orang gila. Pak Prabowo, stop jangan lagi melakukan pembodohan kepada masyarakat. Suguhkan data-data yang benar-benar valid, jangan seperti orang gila tadi.

*) Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang 

Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button

Adblock Detected

Kami juga tidak suka iklan, kami hanya menampilkan iklan yang tidak menggangu. Terimakasih