Hubungan Diplomatik RI-Rusia Tunjukkan Tren Positif di Tengah 75 Tahun Kerja Sama

Oleh: Dhita Karuniawati )*
Hubungan diplomatik Indonesia dan Rusia memasuki usia 75 tahun pada 2025, menandai sebuah perjalanan panjang yang penuh dinamika, kerja sama strategis, serta upaya memperkuat kemitraan di berbagai sektor. Dari kerja sama pertahanan, perdagangan, pendidikan, hingga energi, kedua negara terus menunjukkan tren positif dalam memperdalam hubungan bilateral, terutama di tengah perubahan geopolitik global yang semakin kompleks. Momentum 75 tahun diplomasi ini menjadi titik penting bagi Indonesia dan Rusia untuk menegaskan kembali komitmen membangun kemitraan setara, saling menghargai, dan berorientasi pada kepentingan jangka panjang.
Pada dekade terakhir, intensitas kerja sama RI–Rusia terus meningkat. Kunjungan pejabat tinggi, forum bisnis, serta dialog strategis berlangsung di berbagai sektor. Indonesia melihat Rusia sebagai mitra yang penting untuk diversifikasi kerja sama luar negeri, khususnya dalam transfer teknologi, ketahanan pangan dan energi, serta penguatan industri pertahanan nasional. Sebaliknya, Rusia melihat Indonesia sebagai pasar yang potensial dan mitra penting dalam memperluas pengaruh ekonominya di kawasan Asia Pasifik.
Pertemuan bilateral Presiden Rusia Vladimir Putin dengan Presiden Prabowo Subianto di Istana Kremlin, Moskow, Rusia, telah membahas sejumlah proyek kerja sama strategis, serta perkembangan situasi internasional dan kawasan.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pemerintah Rusia bersedia membantu Indonesia dalam mengembangkan teknologi nuklir sipil. Putin juga menyampaikan komitmen untuk memperkuat hubungan bilateral dengan Indonesia. Menurutnya, hubungan Rusia-Indonesia terus menunjukkan tren positif, terutama seiring 75 tahun terjalinnya hubungan diplomatik kedua negara.
Putin mengatakan komisi bersama ekonomi juga bekerja dengan bagus. Hubungan kerja sama perdagangan juga berkembang selama 9 bulan pertama tahun ini. Nilai perdagangan kita naik 17 persen.
Kedua pemimpin juga membahas potensi kerja sama dalam sektor perindustrian dan pertanian. Putin menyebut bahwa isu soal gandum turut dibahas bersama Prabowo.
Dalam sektor industri pertahanan, Putin mengatakan bahwa Indonesia sebagai mitra tradisional Rusia. Putin menyoroti kerja sama teknis militer yang dinilai berjalan solid, serta meningkatnya jumlah personel militer Indonesia yang menempuh pendidikan di lembaga militer Rusia.
Putin juga menyinggung peningkatan hubungan di bidang kemanusiaan dan pariwisata, didukung konektivitas penerbangan langsung dan kebijakan bebas visa antarwarga kedua negara.
Terkait peran Indonesia di dunia internasional, Putin menyampaikan apresiasinya atas keanggotaan penuh Indonesia di BRICS, serta menyinggung pembahasan mengenai kemungkinan kerja sama perdagangan bebas antara Indonesia dan Eurasian Economic Union (EAEU).
Pada kesempatan itu pula, Presiden RI Prabowo mengatakan, dalam beberapa bulan terakhir, sejumlah delegasi pemerintah dan dunia usaha Rusia telah berkunjung ke Jakarta. Pemerintah Indonesia telah mempertemukan para pelaku industri dan perusahaan nasional dengan mitra Rusia untuk mempercepat realisasi berbagai kerja sama strategis.
Sementara itu, Menteri Perindustrian Republik Indonesia Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan kolaborasi antara Indonesia dan Rusia merupakan fondasi utama dalam meningkatkan daya saing industri nasional di pasar global. Menperin melalui kunjungan kerja ke Moscow, Rusia, berfokus pada percepatan penandatanganan sejumlah kesepakatan kerja atau Memorandum of Understanding (MoU) yang tengah dijalin kedua negara.
Salah satu capaian utama dari pertemuan ini adalah disepakatinya dua perjanjian kerja sama berupa MoU on Cooperation in the Field of Scientific Research on the Safe Use of Chrysotile Asbestos dan MoU on Cooperation in the Field of Shipbuilding.
Adapun dalam MoU on Cooperation in the Field of Shipbuilding mengatur kerja sama di sektor industri galangan kapal. Melalui perjanjian ini, Menperin berharap kolaborasi tersebut dapat memberikan manfaat dan kontribusi signifikan bagi pengembangan industri galangan kapal di Indonesia maupun Rusia.
Sementara pada MoU on Cooperation in the Field of Scientific Research on the Safe Use of Chrysotile Asbestos merupakan kolaborasi dalam penelitian ilmiah mengenai penggunaan krisotil yang aman. Sebagai bagain dari kerja sama ini, dua tenaga laboratorium asal Indonesia telah mengikuti pelatihan yang didukung oleh Pemerintah Rusia pada September 2024.
Menperin menegaskan kerja sama ini akan memberikan manfaat signifikan bagi pengembangan sektor industri manufaktur dan SDM industri, serta membuka ruang kolaborasi yang lebih luas antara Indonesia dengan Rusia.
Ke depan, peluang kerja sama masih sangat terbuka luas, terutama dalam digitalisasi, keamanan siber, pengembangan teknologi transportasi, hingga transisi energi. Indonesia yang sedang mempercepat transformasi digital dan penguatan industri hijau dapat memanfaatkan pengalaman Rusia dalam penelitian ilmiah dan rekayasa teknologi. Sebaliknya, Rusia membutuhkan mitra stabil dan strategis di Asia Tenggara, dan Indonesia berada pada posisi yang ideal untuk menjalin kemitraan jangka panjang.
Secara keseluruhan, tren positif hubungan RI–Rusia mencerminkan kedewasaan diplomasi kedua negara. Tantangan global yang ada justru memperkuat urgensi untuk memperluas ruang dialog, memperkuat keterbukaan, serta mendorong kolaborasi yang lebih konkret. Dengan fondasi sejarah yang panjang dan semangat kerja sama yang kuat, Indonesia dan Rusia berpeluang besar untuk membawa kemitraan ini ke tingkat yang lebih strategis dan berorientasi masa depan.
Tahun ke-75 hubungan RI–Rusia bukan hanya perayaan nostalgia sejarah, tetapi momentum untuk melihat masa depan membangun kemitraan yang relevan, adaptif, dan membawa manfaat nyata bagi masyarakat di kedua negara.
*) Penulis adalah Kontributor Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia



