Sendi BangsaSosial BudayaWarta Strategis

Seruan Tokoh Bangsa Wujudkan Situasi Kondusif di Papua

Oleh : Alfa )*

Isu Rasisme yang bergulir di tengah masyarakat Papua baru-baru ini ditengarai sebagai pemicu kerusuhan. Pembakaran serta tindakan radikal sama sekali tidak mencerminkan seorang Indonesia. Budaya Gemah ripah lohjinawi, dan kerukunan antar umat beragama agaknya hanya sebagai angin lalu dan pengisi ruang kosong tanpa arti.

Beberapa berita muncul mengenai dugaan kerusuhan Di wilayah Manokwari muncul akibat tindak kekerasan. Serta dipicu oleh pengusiran sejumlah mahasiswa Papua di Kota Malang dan Surabaya.

Setelah melalui ketegangan, akhirnya Wilayah Papua dan Papua Barat dinyatakan kondusif. Massa telah menyampaikan aspirasi dan telah kembali ke rumah masing-masing. Situasi terpantau aman hingga malam. Sementara untuk kerusuhan di Manokwari, TNI-Polri menyatakan kerusuhan yang terjadi masih berada di bawah kontrol mereka.

Kabar baiknya, hasil komunikasi antara beberapa pihak telah mencapai kesepakatan. Pihak-pihak tersebut antara lain, Kapolda, Pangdam, Wagub, tokoh masyarakat serta tokoh pemuda, dan juga elemen mahasiswa. Aspirasi yang disampaikan telah rampung dan diwadahai untuk disampaikan ke pemerintah pusat.

Beberapa pesan damai dan imbauan positif kemudian berdatangan. Hal ini bertujuan guna memperkuat persatuan sebagai satu kesatuan rakyat Indonesia.

Gomar Gultom selaku Sekretaris Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI), meminta agar masyarakat untuk menahan diri. Serta tak mudah terprovokasi terhadap isu yang beredar. Tak hanya itu beberapa pihak juga menyampaikan imbauannya terkait keprihatinan akan kerusuhan yang tengah terjadi. MUI, Mensos, aparatur negara, walikota Surabaya, juga kota lainnya juga menyerukan kedamaian untuk negeri.

Kerusuhan di Manokwari ini seharusnya bisa diambil pelajaran. Bahwa, semua masalah mampu diselesaikan secara damai tanpa kejadian yang dirasa menyesalkan ini. Karena pihak pemerintahan tentunya juga akan menyediakan wadah aspirasi yang tepat bagi Indonesia yang terkenal dengan negara multikultur.

Penanaman sikap bertutur kata yang baik dan saling menghormati memang dinilai sebagai pendidikan mendasar. Mengingat, manusia sangat mudah dibentuk karakter juga kebiasaannya. Lingkungan sekitar tempat tinggal yang mendukung juga berpengaruh terhadap pengembangan karakter setiap orang.

Beberapa mampu mengendalikan emosi dengan ketenangan. Namun, beberapa juga ada yang meluap-luap kondisi psikologisnya hanya karena hal-hal sepele. Memang, manusia tentunya memiliki watak yang berbeda karena terdiri dari hati dan juga pemikiran yang beraneka ragam.

Meskipun begitu, kita tidak bisa serta-merta mengabaikan kepentingan maupun pemikiran orang lain. Pentingnya menerapkan sikap toleransi dalam kehidupan sehari-hari juga merupakan salah satu bentuk dukungan yang mampu menjaga persatuan. Tindakan radikal dan rasisme mungkin saja dinilai efektif bagi beberapa kelompok untuk mencapai keinginan.

Akan tetapi apapun itu tetap tidak dibenarkan. Bagaimana mungkin seorang Indonesia yang terkenal akan sisi toleransi yang tinggi berbuat kerugian bagi orang lainnya. Sebagai contoh, telah terjadi aneka kerusuhan yang tercatat di Indonesia dengan aneka tindakan rasis dan radikal meninggalkan bekas luka yang mendalam. Isu-isu diangkat dengan implikasi keinginan pribadi maupun kelompok agar segera terpenuhi.

Ditilik dari perjuangan pahlawan di masa lalu yang dengan sekuat tenaga merebut kemerdekaan. Kita bisa mengambil pelajaran, betapa mereka berusaha menciptakan perdamaian dan kerjasama yang kuat untuk mencapai kemerdekaaan. Lalu kenapa kini kita harus mengotori nilai-nilai persatuan hanya demi kepentingan pribadi maupun kelompok?

Pengaruh kecanggihan teknologi dan digitalisasi agaknya juga harus disikapi dengan bijak. Jangan serta-merta mengirimkan konten-konten yang mampu menimbulkan kontra dan perpecahan. Terlebih jika pengiriman konten disertai penambahan komentar yang dinilai malah membuat keruh keadaan. Akhirnya, buntut dari kerusuhan semacam ini hanyalah luka di hati.

Meksi hal ini terkesan remeh, namun memang telah banyak bukti dari tidak bijaksananya penggunaan teknologi. Padahal tujuan utama pemanfaatan teknologi ialah mendukung kemajuan masyarakat dalam menjalani kehidupan agar menjadi lebih baik.

Darisini bisa kita simpulkan, semoga kedepannya semua elemen lapisan masyarakat dapat bersikap arif dan bijaksana. Jika dirasa terdapat suatu permasalahan harusnya disampaikan secara terbuka dan baik-baik. Semoga, seluruh rakyat Indonesia ini mampu menjadi pribadi yang baik guna keberlangsungan kehidupan yang aman dan nyaman kedepannya.

Untuk warga Manokwari, Timika, Fakfak, dan Sorong semoga tidak akan ada lagi kerusuhan maupun tindakan tidak terpuji lainnya. Serta perdamaian dan kerjasama dapat dipupuk kembali.

)* Penulis adalah pengamat sosial politik

Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button

Adblock Detected

Kami juga tidak suka iklan, kami hanya menampilkan iklan yang tidak menggangu. Terimakasih