Imigrasi Lakukan Pengawasan Ketat Jelang KTT G20
Oleh : Saiful Anwar )*
Pihak imigrasi akan melakukan pengawasan ketat menjelang Konferensi Tingkat Tinggi ( KTT) G20. Penyebabnya karena acara ini berkelas internasional, sehingga faktor keamanan sangat penting.
KTT G20 adalah acara internasional dan dihadiri oleh delegasi dari anggota G20, yang merupakan para tokoh penting. Oleh karena itu, penjagaan acara ini sangat ketat. Jangan sampai ada kekacauan jelang KTT yang bisa mencoreng nama baik Indonesia sebagai Presidensi G20 2022. Baik pihak imigrasi, TNI, Badan Intelijen Negara (BIN) maupun Polri, berjaga dengan seksama, agar KTT berjalan lancar.
Direktur Intelijen Keimigrasian Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, RP Mulya, menyatakan untuk mencegah ancaman dan gangguan saat G20 berlangsung, maka Imigrasi beserta kementerian atau lembaga terkait menggelar operasi intelijen sejak Juli 2022.
RP Mulya melanjutkan, petugas akan melaksanakan pemantauan pada setiap penyelenggaraan KTT G20, baik pertemuan sela, acara utama, maupun kegiatan puncak. Para petugas juga mengantisipasi kerawanan pelanggaran keimigrasian. Potensi gangguan keamanan juga dipetakan, jangan sampai ada gangguan ketertiban misalnya unjuk rasa yang dilakukan oleh pihak asing.
Pengawasan ketat jelang KTT G20 harus dilakukan, karena acara ini akan diselenggarakan 2 minggu. Jangan sampai ada peristiwa seperti ancaman pengeboman, demonstrasi, atau serangan lain. Oleh karena itu tim gabungan dari TNI, Polri, dan Imigrasi berjaga agar Bali tetap aman dan kondusif, menjelang dan selama KTT G20 diselenggarakan.
Apalagi Bali adalah provinsi yang sudah biasa dikunjungi oleh banyak turis asing, sehingga lebih terbuka kepada semua wisatawan, baik lokal maupun internasional. Jangan sampai keterbukaan ini disalahgunakan sehingga ada penyusup yang menyamar menjadi turis. Oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan yang ketat di pintu-pintu masuk Bali, baik di bandara maupun pelabuhan.
Pemeriksaan ketat dilakukan karena bisa jadi ada delegasi G20 yang mengingat peristiwa bom bali, padahal sudah terjadi lebih dari 20 tahun lalu. Mereka diyakinkan bahwa Bali saat ini sangat aman dan tidak akan ada ancaman teroris yang menggagalkan KTT G20.
Sementara itu, Kepala Bidang Humas Polda Bali, Kombes Pol Stefanus Bayu Setianto, menyatakan bahwa 5 pintu masuk utama Bali akan dijaga ketat oleh personel Polri, jelang KTT G20. Kelima pintu masuk tersebut di antaranya Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Pelabuhan Padangbai, Pelabuhan Benoa, Pelabuhan Gilimanuk, dan Pelabuhan Celukan Bawang.
Kombes Pol Stefanus juga menambahkan, pelabuhan kecil turut diawasi agar tidak ada penjahat yang nekat masuk ke Bali dan menggagalkan KTT G20. Saat ada pengawasan dari tim gabungan Polri maka orang-orang yang masuk via bandara dan pelabuhan akan diperiksa secara ketat, berikut juga barang-barang bawaannya.
Pemeriksaan ini bukan berarti petugas akan melanggar privasi. Namun masyarakat yang baru saja sampai ke Bali harus memahami bahwa pemeriksaan ketat dilakukan sebagai tindakan pencegahan, agar tidak ada penjahat atau teroris yang lolos. KTT G20 adalah acara besar dan segala kesalahan dan kekacauan harus dicegah, agar berjalan dengan lancar.
Masyarakat yang baru saja masuk Bali adalah warga negara yang baik. Oleh karena itu mereka ikut mendukung KTT G20 dan rela diperiksa oleh petugas keamanan. Para petugas melakukan pemeriksaan dengan sangat teliti tetapi tetap sopan, sehingga masyarakat tidak takut akan terjadi macam-macam.
Sementara itu, pengawasan ketat juga dilakukan untuk mencegah merebaknya Corona varian Omicron di Bali. Irjen Dedi Prasetyo, Kepala Divisi Humas Polri, menyatakan bahwa pihaknya akan memperketat pintu masuk dan keluar dari Bali. Selain menekan potensi kejahatan jelang KTT G20, kegiatan ini bertujuan untuk mencegah masuknya virus covid-19 varian Omicron.
Pengawasan dilakukan dengan ketat di tiap pintu masuk Bali dan para turis wajib menjalani rapid test agar mereka diketahui positif atau negatif Corona. Saat statusnya negatif maka baru boleh masuk Bali, sedangkan jika positif mereka harus dikarantina di tempat khusus. Saat ada pemeriksaan maka tidak pandang bulu, baik wisatawan lokal maupun asing harus menjalaninya.
Pemeriksaan dan pengawasan dilakukan agar Bali aman dari Omicron yang bisa mengacaukan KTT G20. Forum ini dilakukan di masa pandemi dan ada ancaman Corona, tetapi bisa dicegah dengan protokol kesehatan yang ketat dan pengawasan di Pelabuhan dan Bandara, agar tidak ada turis yang datang dan membawa omicron.
Pihak imigrasi melakukan pengawasan ketat menjelang persiapan KTT G20. Selain menjaga pintu masuk Bali, maka ada operasi khusus sehingga bisa meminimalisir resiko kejahatan selama acara berlangsung. KTT G20 harus sukses, oleh karena itu ada kerja sama antara pihak Imigrasi dan Polri agar situasi tetap kondusif. Bali dijaga dari tiap kemungkinan kasus kriminalitas maupun terorisme.
)* Penulis adalah kontributor Persada Institute