Impor Jagung Jaga Kestabilan Harga Telur dan Daging Ayam Ternak
Oleh: Ali Imron Rosadi )*
Pemerintah Indonesia di masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo memiliki menteri-menteri yang andal di bidangnya. Sebut saja Susi Pudjiastuti, Sri Mulyani, Retno Marsudi, dan lain-lain. Mereka bekerja sama untuk membawa Indonesia ke arah yang lebih baik. Setiap kebijakan yang diambil Presiden pasti akan melibatkan para menteri untuk berdiskusi. Sehingga kebijakan yang diambil akan konsisten di semua bidang dan tidak bertentangan.
Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan selama pemerintahan Presiden Jokowi kerap kali disudutkan oleh pihak oposisi. Namun nyatanya, kebijakan tersebut akhirnya berjalan dan menuai hasil yang dapat dirasakan masyarakat Indonesia saat ini. Salah satu kebijakan baru yang dikritisi oleh pihak oposisi adalah kebijakan impor jagung. Maklum saja, oposisi akan selalu berusaha menggambarkan citra buruk untuk menjatuhkan pemerintah. Mereka sengaja melihat dari satu sudut pandang atas suatu kebijakan sehingga bisa memutarbalikkan tujuan akhir kebijakan tersebut.
Pada dasarnya, Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah, termasuk jagung. Lalu kenapa dilakukan impor jagung jika stoknya banyak? Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, menjelaskan alasan pemerintah mengimpor jagung, yaitu untuk memenuhi kebutuhan akan pakan ternak yang mencapai 130 ribu ton. Saat ini Indonesia tengah gencar memajukan sektor peternakan, sehingga kebutuhan pakan terus meningkat. Apabila impor tidak dilakukan, harga jagung untuk pakan ternak dapat mencapai Rp 8.000/kg. Sedangkan harga saat ini berada pada kisaran Rp 5.500 per kg.
Harga jagung yang tinggi, akan memukul peternak ayam skala usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang tidak memiliki gudang untuk menyimpan stok. Untuk itu, kebijakan impor jagung ini sangat vital bagi stabilitas harga pasar. Lebih jauh lagi, Indonesia memiliki masyarakat dengan sumber protein mengandalkan telur dan daging ayam. Artinya impor jagung dan ketersediaan pakan ternak akan berpengaruh besar pada pasar, termasuk kebutuhan gizi masyarakat.
Impor jagung hanya akan dilakukan selama dua bulan. Pada Maret-April 2019 Indonesia akan memasuki masa panen raya jagung. Rencananya, sesuai yang telah dibahas oleh Menteri Pertanian Amran Sulaiman dan rapat kerja dengan Komisi IV DPR RI, jagung dari sentra produksi Sulawesi akan diekspor ke Filipina. Termasuk panen raya di daerah lain juga akan menyasar pasar luar negeri sebagai langkah peningkatan ekspor. Tapi yang lebih penting adalah kestabilan harga jagung dalam negeri.
Keseriusan pemerintah dalam memajukan Indonesia terus dilakukan dengan kebijakan-kebijakan yang sangat bagus dan berdampak baik untuk jangka pendek, menengah, maupun panjang bagi perekonomian Indonesia. Masyarakat tidak perlu khawatir dan terpengaruh berita – berita yang menyudutkan kebijakan pemerintah dan membuat kita khawatir. Kita sudah mengukir prestasi bahwa Indonesia adalah satu dari delapan negara yang dipandang paling aman dalam menghadapi krisis ekonomi. Indonesia juga merupakan negara dengan tingkat kestabilan yang tinggi, bahkan kestabilan diakui di mata dunia.
)* Penulis adalah mahasiswa Universitas Lancang Kuning