Indonesia Sukses Gelar Pertemuan Pertama Sherpa G20
Oleh : Rahmat Effendi )*
Indonesia telah sukses menggelar pertemuan Pertama Sherpa G20 walau masih masa pandemi. Kesuksesan ini semoga diharapkan meningkatkan kepercayaan internasional terhadap kepemimpinan Indonesia di level internasional.
Indonesia merasa amat terhormat karena ditunjuk menjadi presidensi G20, sehingga penyelenggaraan acara ada di negeri ini. Forum G20 dibuka dengan sherpa meeting, pada 7 hingga 8 Desember 2021. Sherpa diambil dari istilah pemandu di Nepal, yang menggambarkan bagaimana para Sherpa G20 membuka jalan menuju KTT (summit) G20.
Dalam pertemuan pertama Sherpa G20 dihadiri oleh Menteri Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dan banyak perwakilan dari negara lain yang menjadi peserta G20. Acara diadakan di Jakarta dan karena masih masa pandemi, diadakan secara hybird alias kombinasi daring (online) dan luring (offline).
Forum G20 memang diadakan secara hybird agar memenuhi protokol kesehatan. Selain itu, semua peserta wajib mengenakan masker. Peserta dari perwakilan negara lain juga wajib sudah divaksin 2 kali, menunjukkan tes PCR yang akurat, mengunduh aplikasi Peduli Lindungi, menjaga jarak, dan memenuhi poin-poin lain dalam protokol kesehatan.
Indonesia sukses menyelenggarakan sherpa G20 sebagai pembuka dari KTT G20 karena setelah acara ini tidak dilaporkan adanya peserta atau panitia yang terkena Corona. Prosedur dan protokol kesehatan ketat berhasil dilakukan, dan memang seluruh perwakilan negara lain juga mematuhi aturan. Termasuk karantina dahulu sebelum menghadiri sherpa meeting, sehingga mereka datang jauh-jauh hari sebelum 7 desember 2021.
Dalam Sherpa meeting G20, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengajak dunia untuk pulih bersama, terutama di bidang ekonomi. Hal ini sesuai dengan tema G20 kali ini yakni ‘recover together, recover stronger’. Pemulihan diadakan bersama-sama dan ada kolaborasi agar cepat terwujud.
Mengapa harus ada recover together yang mengakibatkan kolaborasi antar negara peserta G20? Penyebabnya karena pandemi Covid-19 terjadi secara global, sehingga harus ada kerja sama yang baik untuk mengatasinya. Dampak pandemi begitu dahsyatnya, sehingga tak hanya negara miskin dan menengah yang terkena, tetapi juga banyak negara maju yang keteteran.
Jika ingin segera pulih dari dampak pandemi maka harus ada kerja sama yang bagus, dan diawali dari sherpa meeting G20, sehingga pasca acara itu ada banyak perjanjian ekonomi yang saling menguntungkan. Jika ingin maju kita wajib berkolaborasi, bukannya saling menjegal, karena peserta G20 sudah sepakat untuk kompak dan selalu rukun.
Menteri Airlangga melanjutkan, presidensi G20 merupakan kesempatan bagi Indonesia untuk menunjukkan kepemimpinan Indonesia dalam kancah global, guna menjawab berbagai tantangan internasional. Tentunya kepentingan nasional juga menjadi perhatian pemerintah Indonesia, yakni pemulihan ekonomi yang inklusif, berdaya tahan, dan berkesinambungan.
Untuk membantu pemulihan ekonomi maka kuncinya adalah vaksinasi, karena jika minimal 75% penduduk sudah divaksin, akan terbentuk herd immunity dan kita bebas dari masa pandemi. Setelah 9 bulan pasca program vaksinasi nasional dicanangkan, maka lebih dari 40% penduduk Indonesia mendapat vaksin 2 dosis, dan semoga tahun depan target 100% selesai tercapai.
Peserta sherpa G20 juga memahami pentingnya vaksinasi dan mereka juga bercerita bahwa di negerinya mayoritas mendapatkan vaksinasi. Mereka juga mengagumi Indonesia karena berani mengadakan program ini dan tidak dipungut biaya sedikitpun, padahal juga sempat mengalami dampak pandemi di awal tahun 2020 lalu.
Pada pertemuan sherpa G20, yang menjadi ‘pemanasan’ sebelum KTT G20 resmi dibuka, dibahas banyak hal, mulai dari pemulihan pandemi, perekonomian, hingga vaksinasi. Acara berlangsung dengan lancar dan semoga diikuti dengan kelancaran pula di KTT G20 mendatang.
)* Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute