Indonesia Terkuat di Asia Menghadapi Perang Dagang
Penulis: Mega Catur Noviana*
Indonesia adalah satu dari delapan negara yang dipandang paling aman dalam menghadapi krisis ekonomi. Gejolak ekonomi dunia yang telah menghantam Turki dan Venezuala, tidak melumpuhkan ekonomi Indonesia. Menurut Lembaga keuangan ternama asal Jepang, Nomura Holdings Inc, ada tujuh negara lain yang juga dipandang paling aman dalam menghadapi krisis moneter antara lain Brasil, Bulgaria, Kazakhstan, Peru, Filipina, Rusia, Thailand, dan Indonesia. Negara tersebut mempunyai skor nol terkait risiko krisis moneter, yang artinya kedelapannya dinilai paling aman dalam menghadapi krisis ekonomi.
Adapun yang menjadi indikasinya dengan melihat sejumlah faktor, diantaranya cadangan devisa, tingkat utang luar negeri, suku bunga, dan impor. Dalam tulisan ini dipaparkan stabilitas ekonomi Indonesia berdasarkan indikasi tersebut.
Cadangan Devisa, posisi cadangan devisa Indonesia per Agustus 2018 dinilai cukup tinggi sebesar USD 117,9 miliar, sedikit bergeser lebih rendah dari Juli 2018 sebesar USD 118,3 miliar. dikarenakan pembayaran utang luar negeri dan faktor eksternal yaitu perubahan nilai tukar akibat ketidakpastian pasar keuangan global. Kondisi keuangan Indonesia sejalan dengan pembangunan infrastruktur dan kegiatan produktif pemerintah lainnya.
Suku bunga, seperti juga negara lain, kebijakan The Fed atau Bank Sentral Amerika menaikkan tingkat bunga tentunya berakibat bagi negara-negara lain. Mengingat dolar Amerika adalah kiblat bagi mata uang negara lain. Namun tidak untuk Indonesia, seiring terselesaikannya berbagai proyek infrastruktur dalam negeri sehingga membantu pemulihan dan percepatan perputaran ekonomi yang meningkatkan pendapatan negara. Artinya Indonesia mampu mengembalikan walaupun terjadi kenaikan suku bunga akibat kebijakan The Fed Amerika.
Sementara nilai impor pada pertengahan 2018 telah mencapai USD 5 miliar. Besarnya impor ini turut berpengaruh pada defisit neraca transaksi berjalan mencapai USD 13,5 miliar pada semester I 2018. Oleh karena itu secara resmi pemerintah telah menerbitkan aturan terbaru mengenai pengenaan kenaikan tarif Pajak Penghasilan (PPh) 22 untuk barang impor. Resmi sebanyak 1.147 barang impor dilakukan revisi tarif, aturan ini bertujuan menstabilkan nilai tukar rupiah dengan penghematan devisa dan mendorong industri dalam negeri. Penekanan impor juga akan mendorong (industri) dalam negeri untuk bertumbuh.
Ada banyak alasan yang menyakini Indonesia aman melaju ditengah badai ekonomi global. Bahkan kestabilan negeri ini pun terlihat dan diakui di mata dunia. Kini Indonesia telah masuk dalam golongan negara besar dengan menjadi anggota G20 (Group of Twenty). Indonesia diberi kehormatan bergabung menjadi anggota G-20 ini pada tahun 2008 dan sebagai satu-satunya negara ASEAN yang menjadi anggota G-20. Seperti namanya, anggota G20 terdiri dari 19 negara dengan perekonomian besar dan ditambah dengan Uni Eropa. Tujuan utama G20 adalah menghimpun para pemimpin negara ekonomi maju dan berkembang utama dunia untuk mengatasi tantangan ekonomi global.
Dikatakan oleh Presiden Joko Widodo, “Yang perlu saya ingatkan, kita ini sudah masuk negara di G20. Artinya kita ini sudah masuk golongan negara besar, jangan lagi ada yang merasa inferior, merasa kita ini rendah. Kita jangan lagi mencari-cari bantuan-bantuan. Kita itu seharusnya sudah harus membantu, membantu, membantu. Dibalik. Kita ini negara besar. Ekonomi kita juga pertumbuhannya juga baik. Mungkin juga di G20 nomor tiga atau nomor empat. PDB, GDP kita juga besar. Kalau kita masih merasa inferior juga ya bagaimana kita mau gagah.”
Luar biasa ditengah gejolak ekonomi dunia Indonesia optimis jauh dari krisis ekonomi, namun sebaliknya Indonesia akan melakukan lompatan besar sebagai negara maju. Indonesia terus melaju mengejar target menjadi negara maju pada 2039. Di bawah pemerintahan Jokowi berbagai kebijakan moneter telah dilakukan dengan solusi kreatif. Berbagai proyek infrastruktur sudah terealisasikan dengan baik. Pembangunan infrastruktur yang digalakkan pemerintah selama 4 tahun terakhir memang butuh waktu untuk dinikmati, tidak segera dirasakan, tetapi dalam jangka panjang. Tetapi yang pasti pembangunan ini membawa efek positip bagi ekonomi dan tingkat kepercayaan dunia.
Sebuah manuver baru juga diambil pemerintahan Jokowi dengan giat memperkuat konektivitas tol laut dengan pembangunan dan pengembangan pelabuhan, yang pada 2015-2017 sudah mencapai 477 lokasi. Pembangunan Tol Laut diharapkan mampu menghubungkan wilayah-wilayah di Indonesia sehingga berdampak positif terhadap harga-harga barang yang tidak perlu berbeda di setiap daerahnya, dan ini sudah menunjukan hasil yang positip. Kehadiran Tol Laut yang merupakan konsep pengangkutan logistik dengan kapal laut telah berhasil menurunkan harga bagan pokok di beberapa wilayah timur Indonesia. Dengan adanya hubungan antara pelabuhan-pelabuhan laut ini, maka terciptanya kelancaran distribusi barang hingga ke pelosok.
Kemudian diantara tahun 2015 sampai 2017, juga dibangun jalur kereta api yang panjang akumulatif-nya sekitar 369 km spoor rel kereta; 11 bandara baru, dan 397 km jalan tol yang sudah beroperasi. Pemerintah juga terus membangun dan mengintegrasikan jalan Trans Sumatera, Trans Jawa, Trans Papua, yang akan membuka kesempatan-kesempatan baru bagi masyarakat.
Pelabuhan, bandara, rel kereta api, jalan, dan jalan tol dibangun terintegrasi dengan sentra-sentra pertumbuhan ekonomi daerah sehingga bisa memberi nilai tambah bagi pengembangan wilayah dan juga berdampak pada UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah). Tidak lupa juga pembangunan waduk, bendungan, dan irigasi agar petani-petani di seluruh Indonesia agar dapat melakukan panen lebih dari satu kali, yang akan membantu bangsa Indonesia mencapai ketahanan pangan, dan bahkan menjadi komoditas ekspor.
Sedangkan untuk perkotaan pemerintah terus membangun transportasi massal modern seperti LRT dan MRT, yang kemudian nantinya menjadi budaya baru, peradaban baru dalam bidang transportasi massal. Sekaligus mengubah karakter bangsa Indonesia, karena ada budaya disiplin yang ditanamkan. Ada banyak pekerjaan rumah untuk membawa Indonesia melaju menjadi Indonesia hebat. Perlahan Indonesia mampu menguasai pangsa pasar dunia melalui komoditas ekspor unggulan, seperti karet (terbesar kedua didunia), tekstil, kelapa sawit (sebagian besar produksi kelapa sawit Indonesia untuk diekspor), kakao (ketiga terbesar didunia), kopi (termasuk nomor satu pemasok kopi dunia), peralatan elektronik, hasil hutan dan olahannya, udang, otomotif, batubara, ikan, dan rempah-rempah.
Pesatnya pembangunan di era pemerintahan Jokowi bukan fiksi, tetapi dunia bisa melihat secara nyata. Di tengah gejolak ekonomi global Indonesia melaju pesat, Indonesia mampu membuat dunia menaruh kepercayaan. Terbukti dari hasil kunjungan Presiden Jokowi ke Korea Selatan pada 9 September 2018. Hasil dari kunjungan tersebut adalah terjalinnya kerja sama bisnis antara Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dengan Korea Selatan senilai 6,2 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau setara dengan Rp 91,76 triliun (kurs Rp 14.800), dan ini terdiri dari kesepakatan bisnis dan komitmen investasi.
Ekonomi Indonesia aman melaju itu pasti. Tidak ada alasan untuk pesimis. Bangsa Indonesia dikaruniai dengan begitu banyak potensi. Fokuslah mengolah dan membangun negeri ini. Sudah waktunya kita menjadi bangsa yang mandiri, berhenti bergantung pada bangsa lain. Optimis ekonomi Indonesia sangat aman. Sumber daya alam, potensi populasi penduduk, kepercayaan rakyat Indonesia dan dunia Internasional yang disertai doa dan kerja keras adalah modal yang kita miliki. Kita harus bangga pada Indonesia, bersama Indonesia kita melangkah pasti menuju Indonesia maju 2039!
*) Mahasiswa Universitas Hassanuddin