Internet Untuk Propaganda Teroris
Oleh: Ardian Wiwaha )*
Masih lemahnya upaya kontrol dan pengawasan secara masif dan komprehensif dari pemerintah terkait tindak terorisme di internet, seringkali dimanfaatkan oleh beberapa kelompok radikal dan ekstrimis tidak hanya pada sarana prasarana propaganda. Terlebih dengan dengan meningkatnya lalu lintas informasi di internet, membuat kelompok teroris semakin marak menggunakan media internet sebagai upaya untuk menyediakan pelatihan dan kiat-kiat untuk menjadi seorang teroris yang berani dan mandiri. Dalam sebuah laporan United Nations (UN) tahun 2012 berjudul The Use of the Internet for Terorrist Purposes setidaknya terdapat enam tujuan kelompok teroris dalam memanfaatkan media internet
Media Propaganda
Merupakan salah satu tujuan utama dari kelompok terorrs dalam menggunakan internet sebagai kepentingan untuk mendiseminasi propaganda mereka secara luas. Terlebih dengan upaya propaganda yang dilakukan bersifat beragam dan multimedia, menyajikan doktrin ideologis, instruksi, penjelasan, justifikasi, dan promosi aktivitas dan kegagahan mereka. Kemasan propagandanya pun juga sangat beragam mulai dari pesan virtual, presentasi, majalah, audio, video, hingga aplikasi games.
Rekrutmen
Internet bagi kelompok terorisme tidak saja digunakan untuk menyebarkan dan mempromosikan kekerasan, akan tetapi juga digunakan sebagai upaya untuk menjalin hubungan dengan audiens yang dijadikan target rekrutmen. Oleh karenanya, untuk kepentingan menjalin sebuah hubungan dalam rangka merekrut anggotanya, kelompok teroris acapkali menyediakan media chat group ataupun forum diskusi.
Ajakan untuk Bertindak
Apabila propaganda internet sepenuhnya digunakan untuk memamerkan kekerasan dengan harapan dapat menarik anggota baru, pada level ini kelompok teroris acapkali telah menyiapkan berbagai materi dan data yang dapat dibaca hingga diunduh yang berisikan tentang ajakan untuk melakukan aksi teror. Seperti halnya pada kasus penemuan akun batalyon was sunah waljihad yang menyebarkan rilis-rilis seputar perilaku jihad namun isinya cenderung berisikan rentang ajakan untuk melakukan kekerasan, serta penemuan forum di twitter bernama al Busyro yang pada 10 April 2015 menyebarkan seruan bahwa mereka masih membutuhkan banyak ksatria media yang memiliki keahlian di semua bidang, termasuk analis, desainer, editor video, dan lain-lain.
Pendanaan
Sebagian kelompok teror menggunakan internet sebagai sumber dan sarana pendanaan aktivitas teror. Beberapa metode yang dilakukan dengan menjadikan internet sebagai media pendanaan antara lain: (a) permohonan bantuan langsung semisal melalui situs web, media sosial, chat room, dan lainnya dengan menyampaikan permohonan donasi dari pendukungnya, (b) e-commerce yakni menjadikan media internet sebagai sarana toko online dengan menawarkan buku, audio, merchandise, dan barang lainnya kepada para pendukungnya, (c) eksploitasi pembayaran online semisal membobol kartu kredit, peretasan situs investasi dan lainnya, (d) penipuan permohonan donasi secara legal kepada organisasi kemanusian.
Latihan
Dalam perkembangan terakhir, internet juga banyak digunakan oleh kelompok teroris sebagai tempat latihan. Sudah banyak situs, blog, dan media sosial yang menyebarkan panduan praktis baik dalam bentuk buku, video, maupun audio. Salah satu contoh akun blogspot Al Anshar007 pada tahun 2013 yang menyebarkan pelatihan komputer untuk mujahid dan mujahidah terkait dengan kegiatan dan perilaku tindak terorisme. Bahkan yang paling parah, sempat ditemukan buku dan modul dalam bentuk e-book di situs Scribd.com yang berjudul “Kursus Peledakan dan Pelaksanaan Training Peledakan.”
Perencanaan
Internet juga dapat dimanfaatkan oleh kelompok teroris sebagai sarana komunikasi untuk menyusun perencana pada setiap aksinya. Melalui internet, kelompok teroris acapkali menyusun strategi, target serangan, dan lainnya, dengan menggunakan kode dan pesan-pesan rahasia.
Cyber Attack
Serangan siber merupakan salah satu bentuk serangan yang merujuk pada unsur kesengajaan melalui jaringan komputer kepada jaringan yang dijadikan target semisal menyerang sstem komputer, server, penyebaran virus, malware, dan ancama siber lainnya.
)* Penulis adalah Mahasiswa FISIP Universitas Indonesia